Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
PENYEBAB tewasnya diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) berinisial ADP, 39, dengan kondisi kepala terlilit lakban di kamar kos di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, masih terus diselidiki oleh pihak kepolisian.
Hingga saat ini, polisi belum menetapkan penyebab pasti kematian korban, apakah karena dibunuh, bunuh diri, atau sebab alami akibat penyakit tertentu.
Menanggapi hal itu, Kriminolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Soeprapto mengatakan bahwa terdapat sejumlah fakta menarik yang bisa menjadi bahan awal analisis, meski belum cukup untuk memastikan motif atau penyebab kematian korban.
"Terlalu dini untuk menganalisis apakah korban meninggal karena dibunuh, bunuh diri, atau sakit. Namun, beberapa keterangan saksi bisa menjadi petunjuk awal dalam mendalami kasus ini," kata Soeprapto saat dihubungi, Selasa (9/7).
Soeprapto memaparkan sejumlah temuan yang disebutkan oleh saksi dan penyidik yang dapat menjadi perhatian. Pertama, terkait dengan lakban yang melilit kepala korban.
Ia mengatakan, pihak kepolisian bisa mencari tahu melalui posisi pasti lakban tersebut, apakah di dahi, mata, hidung, atau mulut.
"Jika lilitan di dahi, bisa jadi korban melakukannya sendiri untuk mengurangi nyeri akibat penyakit seperti tumor otak. Tetapi jika menutup hidung atau mulut, kemungkinan besar mengarah pada dugaan pembunuhan atau upaya bunuh diri," ujarnya.
Kemudian terkait dengan pintu kamar yang terkunci dari dalam, menurutnya hal ini bisa menjadi indikasi korban berada sendirian. Namun hal itu perlu ditelusuri apakah ada jalur lain seperti jendela yang bisa dijadikan akses keluar oleh orang lain.
"Kalau pelaku mengunci dari dalam lalu keluar lewat jendela, maka tetap ada kemungkinan intervensi pihak ketiga. Apalagi jika kunci masih tertancap di lubangnya, ini bisa menjadi petunjuk teknis penting," jelasnya.
Selanjutnya, Soeprapto menilai, temuan bahwa tidak ada barang korban yang hilang di kamar kos-nya saat kejadian, bisa juga menjadi menjadi trik pelaku untuk mengaburkan motif pembunuhan, bila ADP menjadi korban pembunuhan.
"Jika ini pembunuhan, tidak adanya barang yang hilang justru bisa menjadi kelalaian pelaku. Biasanya perampokan disertai pencurian agar terlihat wajar," kata dia.
Adapun, rencana korban untuk pindah kos saat setelah menjual mobilnya juga harus patut di curigai. Hal itu dapat mengindikasikan adanya pengancaman atau korban tidak merasa nyaman di kosan tersebut.
"Alasan ingin pindah patut dicurigai, apakah ia merasa terancam? Tidak nyaman? Atau ada masalah pribadi di lokasi tersebut? Ini harus di selidiki," tuturnya.
Lebih lanjut, Soeprapto mengatakan, jika memang dapat dipastikan bahwa kematiannya bukan karena penganiayaan, kekerasan atau pembunuhan, maka kemungkinan penyebabnya adalah karena serangan penyakit tertentu atau karena tekanan jiwa dan melakukan bunuh diri.
Menurutnya, jika memang korban melakukan bunuh diri dengan cara melilit lakban di kepalanya untuk menyumbat saluran pernafasan, hal itu pastinya ada tanda tersendiri di tubuh korban.
"Jika betul dapat dipastikan bukan karena tindak kekerasan, berarti disebabkan oleh dua hal, yaitu karena gangguan kesehatan, atau gangguan psikologis, yang jika tidak ada satupun kerabat yang tahu, termasuk istrinya pun tidak tahu, berarti beliau sengaja merahasiakan problema yang dihadapinya," ucapnya.
Diketahui sebelumnya, polisi masih menyelidiki penyebab kematian diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) berinisial ADP, 39, yang ditemukan tewas dengan terlilit lakban di kamar indekosnya di Jalan Gondangdia Kecil, Menteng, Jakarta Pusat.
Kapolsek Menteng Rezha Rahandhi mengatakan saat ini pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan lab forensik sidik jari pada lakban yang melilit kepala korban.
"Baru pemeriksaan saksi-saksi saja. Kami menunggu hasil juga dari labfor Untuk pemeriksaan yang sisa lakbannya dan sidik jarinya segala macam yang tertempel gitu," kata Rezha kepada wartawan, Selasa (9/7).
Pihak kepolisian juga masih melakukan pemeriksaan terhadap CCTV yang ada di lokasi.
"CCTV sudah ada, sudah kita amankan cuma prosesnya tidak langsung seperti ini karena itu kepotong-potong," ujarnya.
"Jadi kita harus recording ulang untuk menyatukan posisi selama satu malam itu," imbuhnya. (H-3
Polisi memeriksa istri dari diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) berinisial ADP, 39, yang tewas dengan kepala terlilit lakban di kos-nya di Kawasan Menteng,
ADP yang merupakan Diplomat Kemlu ADP ditemukan tewas dengan kepala terlilit lakban di indekos di Menteng, Jakarta, pada Selasa (8/7/2025).
Diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) berinisial ADP, 39, ditemukan tewas dengan kepala terlilit lakban di kamarindekos di Menteng pada Selasa (8/7/2025).
Korban juga tampak mengambil pesanan makanan dari ojek online. Korban pun juga sempat makan di ruang makan indekosnya.
Departemen Ilmu Hubungan Internasional (DIHI) UGM menyampaikan duka cita atas berpulangnya Arya Daru Pangayunan, yang ditemukan meninggal di Menteng
JENAZAH diplomat Kemlu berinisial ADP, 39, yang ditemukan tewas dengan kepala terbungkus lakban di kamar indekosnya di Jalan Gondangdia Kecil, Menteng, Jakarta Pusat, segera dimakamkan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved