Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Psikolog Forensik Reza Indragiri Bahas Motif Remaja Bunuh Ayah dan Nenek

Rahmatul Fajri
01/12/2024 16:03
Psikolog Forensik Reza Indragiri Bahas Motif Remaja Bunuh Ayah dan Nenek
Psikolog Forensik Reza Indragiri.(MI/VICKY GUSTIAWAN)

PSIKOLOG Forensik Reza Indragiri Amriel mengatakan untuk mengetahui motif remaja yang tega membunuh ayah dan neneknya di Cilandak, Jakarta Selatan perlu dilakukan proses berjenjang. Reza mengatakan setidaknya ada lima hal yang perlu diketahui untuk mengungkap motif dari pelaku. Reza menjelaskan pertama ia akan mencari tahu apakah pelaku memiliki rekam jejak kejiwaan yang bermasalah.

"Pertama, ada tidak kemungkinan bahwa pelaku memiliki kondisi mental yang khusus sifatnya sekaligus adakah kemungkinan bahwa yang bersangkutan menyalahgunakan zat-zat terlarang. Baik itu narkotika, psikotropika, maupun zat adiktif lainnya," kata Reza, melalui keterangannya, Minggu (1/12).

Reza kemudian akan mendalami tentang fantasi-fantasi kekerasan yang ada di kepala pelaku. Dalam hal ini, kata dia, bisa dilihat dari tontonan dan mimpi yang dialami pelaku beberapa waktu terakhir.

"Bicara fantasi kekerasan berarti relevan bagi kita untuk mencoba mengidentifikasi apa saja yang dia baca, situs apa saja yang dia kunjungi, film-film atau tayangan seperti apa saja di channel YouTube yang dia saksikan, mimpi-mimpinya seperti apa, itu akan membantu kita memahami tentang bagaimana anak ini mengekspresikan atau membangun fantasi-fantasi tentang kekerasan," katanya.

Ketiga, Reza mengaku akan melihat bagaimana pelaku mengekspresikan amarah. Apakah ada perbedaan pelaku dengan anak-anak lainnya dalam mengekspresikan amarah harus diketahui lebih lanjut.

Yang keempat, Reza akan mengecek stabilitas pelaku di lingkungan pendidikan. Apakah pelaku bermasalah dengan pelajaran di sekolah, pernah dikeluarkan dari sekolah, pernah tidak naik kelas, mengalami kesulitan belajar.

Selanjutnya, kata Reza perlu diketahui relasi sosial pelaku, baik dengan teman subaya, teman sekolah, teman tetangga, ataupun juga relasi dengan keluarga, termasuk dengan orang tuanya.

"Dari lima hal itu tadi, maka, semoga pada akhirnya kita akan bisa menyimpulkan faktor apa yang paling dominan, yang melatar belakangi munculnya perilaku nakal (perilaku jahat) pada diri anak," katanya.

Lebih lanjut, Reza menjelaskan mengacu pada hasil studi, faktor yang paling dominan anak-anak melakukan kejahatan ada dua, yaitu relasi pertemanan dan relasi dengan keluarga atau relasi dengan orang tua. Ia mengatakan ada potensi anak menerima informasi yang tidak baik dari orang lain melalui sosial media.

"Inilah relasi sosial yang juga perlu dikaji dalam situasi kontemporer seperti sekarang. Konsekuensinya, memang masuk akal kalau kemudian kita ekstra hati-hati dalam memberikan akses kepada anak-anak ke gawai ataupun ke media sosial. Kalaulah larangan tidak mungkin untuk dilakukan, paling tidak kontrol atau kendali yang harus diperketat," katanya. (Faj/P-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irvan Sihombing
Berita Lainnya