Headline
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
MEMASUKI masa usia lanjut (lansia) sebaiknya makin waspada dengan penyakit degeneratif namun bukan berarti hidup dengan kerentanan. Jika disiapkan dengan baik dan waspada sejak dini, usia lanjut bisa dijalani dengan sehat dan berdaya.
Sayangnya, perhatian masyarakat Indonesia untuk mempersiapkan kesehatan di usia lanjut masih kurang sehingga tak jarang yang terkena penyakit kronis degeneratif sehingga kondisi organ atau jaringan terus mengalami penurunan seiring waktu.
Spesialis Penyakit Dalam Konsultasi Geriatri di RS Atma Jaya dr. Rensa, Sp.PD, K.Ger, FINASIM mengatakan bahwa ada beberapa jenis penyakit kronis degeneratif yang sering dijumpai pada lansia atau geriatri antara lain hipertensi, artritis (pengapuran sendi), stroke, dan COPD (gangguan paru-paru).
Baca juga : Pentingnya Memilih Popok Lansia yang Tepat untuk Cegah Penyakit Kulit
Dikatakan bahwa jenis penyakit tersebut membutuhkan masa pengawasan san mukihan yang cukup panjang selama 6-12 bulan bahkan hitungan tahun.
“Sering dengan penambahan usia, tentu banyak sekali organ-organ di tubuh yang mengalami penurunan fungsi. Setidaknya ada 10 penyakit kronis yang banyak dialami para lansia, tapi yang paling sering ditemukan adalah hipertensi, radang sendi, diabetes, paru, stroke dan kanker. Sebagian besar penyakit kronis pada lansia juga termasuk dalam kategori silent killer atau tak bergejala sehingga harus diwaspadai,” ungkapnya kepada Media Indonesia di Jakarta pada Jum’at (16/6).
Rensa menjelaskan bahwa penyebab lansia terkena penyakit kronis tak melulu karena pertambahan usia, namun faktor risiko penyakit degeneratif kronis sangat multifaktor antara lain bisa dipengaruhi oleh gaya hidup, lingkungan hingga riwayat penyakit serupa dari keluarga atau genetik.
Baca juga : Ini Tips Perawatan Kulit Lansia yang Menderita Gangguan Ginjal
“Faktor lain yang paling dominan kita amati adalah gaya hidup, selain itu ada penyebab dari faktor lingkungan bukan hanya lingkungan eksternal tapi juga internal seperti apa yang kita makan dan hirup itu juga termasuk ke dalam lingkungan. Selain itu bisa jadi ada faktor keturunan atau genetik yang akan semakin beresiko jika ditunjang dengan gaya hidup tidak sehat dapat mendorong munculnya berbagai penyakit kronis di usia lanjut,” jelasnya.
Kendati demikian, Rensa menyatakan bahwa penyakit kronis biasanya ditandai dengan beberapa gejala awal seperti menurunnya status fungsional kemampuan dalam melakukan aktivitas dasar seperti sulit berjalan hingga mudah lelah dan terjadi pusing hingga tak mampu beraktivitas seperti biasanya.
“Kita periksa status fungsional kemampuannya dalam melakukan aktivitas dasar harian sebagai manusia seperti mandi, makan, berjalan dan sebagainya. Apakah sudah mulai menurun misalnya saat berjalan sudah mulai lelah ada pusing, sulit untuk menggerakkan badan dan lainnya. Gejala itu bisa sangat tidak khas pada lansia,” ungkapnya.
Baca juga : Perhatikan! Lansia Hindari Minum Kopi dan Es saat Perut Kosong
Lebih lanjut, Rensa mengatakan bahwa umumnya lansia memiliki penyakit kronis dan biasanya lebih dari satu penyakit, maka untuk meminimalisir dan menanggulangi hal tersebut, ia menyarankan agar para lansia tidak melakukan self diagnosis secara tergesa-gesa tanpa bukti media.
“Diagnosis harus tepat jadi jangan mengira-ngira dulu dengan self diagnosis lewat referensi Google dan sebagainya, diagnosis harus dilakukan secara hati-hati. Pertama harus dipastikan terlebih dahulu gejala apa yang dialami, dari sana dapat dilihat jenis penyakitnya dan setelahnya kita harus membedakan tata laksana serta penanggulangan secara umum biasanya ada dua tindakan yaitu dengan obat atau terapi farmakologis dan tanpa obat atau non-farmakologis,” ungkapnya.
Rensa mengatakan bahwa secara teori di Indonesia lansia 60 tahun keatas hingga 70 tahun amat sangat rentan terhadap penyakit kronis.
Baca juga : Keluarga Berperan Penting Tangani Osteoporosis pada Lansia
Jika sudah terjadi komplikasi pada seorang pasien sudah dalam kategori parah maka penanganan yang dilakukan medis ialah beralih pada pencegahan sekunder, artinya mencegah terjadinya komplikasi.
“Lansia di atas 70 tahun itu sudah kelompok yang paling rentan dan cukup banyak kasus yang terkena diagnosis secara mendadak karena gejalanya mungkin sudah ada tapi diabaikan. Tapi cukup banyak faktor resiko penyakit kronis terjadi di atas usia 45 tahun contohnya pada pasien diabetes atau pradiabetes maka penting untuk screening. Sementara untuk lansia 60 tahun yang belum pernah screening, harus segera screening penyakit kronis,” katanya.
Selain rehabilitasi di rumah sakit, Rensa mengatakan bahwa para lansia juga bisa menjalani proses penyembuhan di rumahnya secara mandiri dengan panduan medis. Dijelaskan bahwa lansia dianjurkan untuk menjalani aktivitas fisik ringan selama 30-50 menit setiap hari.
“Rehabilitasi medis ke RS pertemuannya hanya 2-3 kali seminggu, paling lama durasinya per sekali datang hanya 1-2 jam. Sedangkan hari-hari kita lebih banyak di rumah maka harus ada latihannya, biasanya para dokter yang menangani penyakit degeneratif lansia ini akan membuatkan jadwal harian untuk latihan fisik misalnya 30-50 menit per hari. Untuk mereka yang melakukan itu di rumah justru menghasilkan dampak lebih baik,” tandasnya. (Dev)
Penemuan ilmiah terbaru mengungkap kenyataan mengejutkan: penyakit jantung, khususnya aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah), bukanlah momok eksklusif zaman modern
Jaja Mihardja mengalami sejumlah penyakit seperti infeksi pernapasan, infeksi ginjal, dan diabetes.
Selain menyebabkan ruam di kulit, cacar api juga dapat menimbulkan rasa sakit ekstrem seperti terasa tersengat listrik, rasa terbakar, atau tertusuk paku.
Saat ini, covid-19 menunjukkan peningkatan di beberapa negara di kawasan Asia, yaitu Thailand, Hongkong, Malaysia maupun Singapura.
Kemenkes dan AstraZeneca dalam penanganan penyakit tidak menular (PTM), seperti diabetes, kanker, asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), infeksi virus RSV, penyakit ginjal kronis.
MASYARAKAT diajak tanggap terhadap dampak kolesterol yang dapat memengaruhi kualitas hidup.
Indonesia menjadi negara urutan ke-20 dengan jumlah korban terbanyak di dunia, tetapi termasuk negara yang cepat memulihkan keadaan melalui vaksinasi.
Para nelayan di wilayah terdampak mengatakan kekhawatiran mereka terhadap kondisi cuaca yang memburuk.
Secara keseluruhan, banjir di Kabupaten Bekasi berdampak pada 5.159 kepala keluarga atau 17.200 jiwa.
Area bekas tanah longsoran sementara ini ditutup dengan terpal agar tanah bekas longsoran tidak mudah tergerus saat terjadi hujan
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menegaskan bahwa tim Densus 88 Antiteror Polri akan bekerja sama dengan BIN, BAIS, dan BNPT untuk mengantisipasi ancaman teror.
Berdasarkan hasil pemantauan visual dan instrumental, menunjukkan terjadi peningkatan aktivitas vulkanik pada Gunung Lewotobi Laki-laki. Badan Geologi esdm minta masyarakat waspada
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved