Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
SEORANG emak-emak di Kota Depok, Jawa Barat (Jabar), marah-marah efek meroketnya harga beras saat berbelanja di Pasar Sukatani Jalan Bunga 3 Nomor 12 B5 Kelurahan Sukatani, Kecamatan Tapos, Depok.
Berawal ketika emak-emak yang mengaku bernama Komaria berusia 49 tahun belanja di salah satu ritel pedagang beras pagi pukul 10.00 WIB, Selasa (27/2/2024).
Komaria bermaksud beli beras kualitas medium yang harganya lebih terjangkau. Oleh pedagang menjawab jika stok beras kualitas medium sedang kosong.
Baca juga : 3 Pasar Tradisional di Depok Kehabisan Stok Beras
Komaria menyambung pertanyaan, kalau begitu beras kualitas peremium saja. Lagi-lagi pedagang yang bernama Henri menjawab, itu juga sedang kosong.
Komaria bertanya lagi, kalau begitu beras program stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) saja. Henri menjawab apalagi beras SPHP, itu kita tidak jual karena belum di distribusikan pemerintah.
Henri melanjutkan beras kualitas medium, kualitas premium sudah dua pekan ini kehabisan stok. "Sedangkan beras SPHP seperti apa bentuknya dan kualitasnya tak tahu, " kata Henri.
Baca juga : Wow, Harga Beras Cianjur Tembus Rp16 Ribu Per Kg
Henri pun menawarkan beras lain. " Kalau ibu mau,ada beras petruk dan beras ramos. Tapi harganya mahal. Namanya beras petruk harganya Rp18 ribu per kilogram dan beras ramos harganya Rp17 ribu per kilogram, " kata Henri.
Mendengar penyampaian Henri, Komaria naik tensi. "Kamu ya, kalau jual beras jangan mahal-mahal, itu sama saja mencekik. Udah ya saya mau pulang ga jadi beli, " ucap Komariah sambil berlalu.
Sementara emak-emak yang omon-omon sendiri kejadiannya di Pasar Agung, Jalan Proklamasi, Kelurahan Abadijaya, Kecamatan Sukmajaya.
Baca juga : Harga Beras di Solo Menggila, Pasokan Beras SPHP Susah Didapat
Di pasar yang berbeda yakni Pasar Agung, seorang emak-emak omon-omon sendiri. Tak diketahui apa yang sedang digumamkannya
Emak-emak yang tidak bersedia menyebut namanya itu, cuma mulutnya yang komat kamit setelah meninggalkan ritel pedagang beras. Perempuan setengah abad itu terdiam saat dicoba di tanya-tanya.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (KUPTD) Pasar Agung, Raden Hermawan menjelaskan lonjakan harga beras yang terjadi saat ini sangat memukul masyarakat. " Oleh sebab itu, masyarakat terlebih emak-emak sangat cepat pusing.
Baca juga : Kemendagri Minta Pemda Koordinasi dengan Bulog Bantu Salurkan Beras SPHP
"Karena emak-emak-lah yang tahu tentang kebutuhan rumah tangga, " ucapnya.
Per hari ini, Selasa (27/2/224), sambung dia semua harga kebutuhan pokok naik tinggi. Harga kebutuhan pokok yang melambung tinggi mulai dari beras, gula pasir, minyak goreng, daging sapi, daging ayam, telur ayam, tepung terigu, bawang, cabe, dan lain-lain.
"Jadi, sangat dimaklumi jika emak-emak cepat naik tensi, " ucap Raden.
Baca juga : Pemkot Bandung Gelar Operasi Pasar Beras SPHP, Cek Jadwal dan Lokasinya
KUPTD Sukatani, Tri Handoko pun menyampaikan banyak emak-emak naik tensi akibat harga sembako melambung tinggi, tidak hanya beras, melainkan gula, cabai, bawang, terigu, dan mie instan semuanya mengalami kenaikan.
" Luar biasa memang kenaikan harga sembako ini, padahal belum bulan ramadhan, " katanya.
Kenaikan sembako ini, ucapnya tak hanya membuat pembeli kepusingan, para pedagang juga memusingkan akan hal itu.
"Pedagang sembako bingung mengambil untung dari mana karena harga dari agen tempat belanja mereka saja sudah menaikkan harga.
Beli dari sananya sudah mahal. Jadi bingung ngambil untung dari mana kalau di sananya sudah mahal, ya kan mereka mau tidak mau pasti melakukan penyesuaian harga," kata Tri Handoko (Z-4)
Pemerintah resmi mengubah klasifikasi penjualan beras dari sebelumnya berdasarkan kualitas (medium dan premium) menjadi dua kategori baru.
Total proyeksi produksi beras sampai Agustus dapat mencapai 24,96 juta ton, sementara total konsumsi beras Januari-Agustus membutuhkan 20,66 juta ton.
Inspeksi bersama KPPU Kanwil I Medan, Disperindag Sumut dan Bulog menemukan produsen beras premium berhenti beroperasi akibat ketiadaan bahan baku.
Hingga saat ini tidak ditemukan indikasi beras oplosan di wilayah Kabupaten Brebes, dan kondisi tersebut akan terus dijaga.
Petugas gabungan Satgas Pangan di sejumlah daerah di Jawa Tengah terlihat turun dan mendatangi pasar tradisional dan langsung melakukan pengecekan para pedagang dan distributor beras.
kenaikan harga gabah dan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras premium yang tidak berubah mendorong pihak-pihak tertentu untuk melakukan pengoplosan beras
PEDAGANG beras di Kota Depok, Jawa Barat mengeluhkan isu beras oplosan yang saat ini tengah ramai beredar. Pasalnya isu tersebut berdampak signifikan terhadap aktivitas jual beli.
Dalam program ini, BI Tegal menyediakan total dana sebesar Rp1 miliar. Penukaran ini merupakan agenda rutin bulanan yang yang dilakukan BI Tegal.
Tim Gabungan melakukan inspeksi dengan mendatangi 8 lokasi agen dan distributor beras di Kabupaten Kudus untuk melakukan pengecekan beras terkait beras oplosan.
Beberapa pasar tradisional seperti Pasar Jakabaring, Pasar Sungki, Pasar Kertapati, Pasar 13 Ulu, hingga Pasar Palimo, di Palembang, Minggu (30/3), dipenuhi warga sejak pukul 07:00 WIB.
Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, turun langsung ke pasar tradisional untuk memastikan harga pangan tetap terkendali selama Ramadan dan menjelang Lebaran 2025.
Kenaikan juga terjadi pada sayuran, bawang putih, bawang merah, minyak goreng, gula pasir, beras dan terigu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved