Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
KHAWATIR dan takut pasti menjadi salah satu respon yang dikeluarkan oleh orangtua ketika mendapati anaknya mengidap penyakit kritis, salah satunya kanker. Hal tersebut membuat orangtua rentan mengalami stres dan cemas. Akan tetapi, orangtua juga harus bisa mengontrol perasaan cemas dan takut guna bisa terus mendukung perjuangan perawatan si kecil.
Karena itu, orangtua harus tahu cara mengelola emosi selama mendukung proses perawatan sang anak. Melalui Webinar Satu Nyawa Berharga yang diselenggarakan oleh Pita Kuning, Shahnaz Haque (penyintas kanker dan caregiver) berbagi kiat menjadi orangtua tangguh saat mengetahui anak mengalami penyakit kritis, berikut;
Saat menjadi pengasuh, orangtua terus memberikan seluruh energi dan perhatian kepada anak. Orangtua kerap harus menunjukkan sisi terkuat dan terbaik meski sesungguhnya ada banyak emosi negatif yang dirasakan seperti takut, bingung, sedih, hingga marah.
Baca juga : Dukungan Kelompok Bantu Pertahankan Kualitas Hidup Anak dengan Kanker
Shahnaz menyampaikan pentingnya untuk orangtua bisa memberi waktu kepada diri sendiri dan mengekspresikan perasaan yang terpendam. Hal ini bisa dilakukan dengan berbagai cara pelepasan stress yang sehat, seperti bercerita kepada orang terpercaya, menulis atau journaling, meditasi, hingga berlatih pernapasan. Dengan demikian, emosi orangtua bisa lebih stabil dalam mendampingi si kecil.
Memiliki seseorang atau sekelompok orang yang bisa menjadi ruang aman dan support system akan sangat membantu orangtua dalam menjalani peran sebagai pengasuh.
Shahnaz memberi saran untuk orangtua mencari dukungan yang diperlukan, baik itu ke keluarga, teman dekat, komunitas orangtua pengasuh lainnya, atau profesional. Dengan adanya dukungan ini, orangtua bisa mengurangi tekanan psikologis yang dirasakan serta keinginan isolasi/menyendiri.
Baca juga : Anak Sebaiknya tidak Diberi Makanan Cepat Saji Agar Terhindar dari Kanker
Meski sering merasa kelelahan setelah merawat anak, jangan lupa gerakkan badan meski hanya 15 menit dalam sehari. Orangtua bisa memilih aktivitas fisik apa yang ingin dilakukan, misalnya jalan kaki, lari, atau bersepeda. Menjaga kesehatan fisik juga menjadi kunci kesehatan mental karena ada hormon kebahagiaan yang dilepas saat melakukan aktivitas.
Menjadi pengasuh bagi anak pejuang kanker atau penyakit kritis lainnya merupakan hal yang tidak mudah namun bisa dijalani. Salah satu caranya adalah dengan terus membekali diri dengan pengetahuan yang relevan. Orangtua pengasuh bisa bertanya kepada para ahli atau mengunjungi situs atau sosial media terpercaya untuk mengetahui informasi seputar kanker pada anak.
Selain itu, orangtua perlu memercayai kemampuan dan kekuatan diri sendiri, serta merayakan setiap keberhasilan kecil, seperti berhasil menemani anak menjalani kemoterapi. Dengan memiliki pandangan yang positif terhadap diri akan membantu orangtua menjadi penopang atau penguat bagi si kecil.(M-3)
Putri Catherine dari Wales mengumumkan sedang menjalani kemoterapi pencegahan untuk mengobati kanker. Tapi apa itu kemoterapi pencegahan?
Berbicara kepada anak-anak tentang penyakit serius, seperti kanker bisa menjadi tantangan besar bagi orang tua.
Sistem kekebalan tubuh akan mengalami penurunan akibat pengobatan kanker yang berisiko pada risiko infeksi bakteri.
Sebuah petisi kepada Administrasi Makanan dan Obat-obatan AS menyerukan larangan bahan kimia metilen klorida dalam proses dekafinasi kopi karena kekhawatiran terhadap kanker.
Selain faktor genetik, gaya hidup dan pola makan juga memiliki peran yang signifikan dalam risiko terkena kanker.
Sebuah analisis menemukan pola makan vegetarian, vegetarian lacto-ovo, atau vegan secara signifikan mengurangi risiko kematian dini akibat kanker, dan jantung.
Orangtua sebaiknya mendorong anak untuk berpikir lebih luas dengan memberikan ruang untuk bertanya dan tidak membatasi jawaban dengan kata iya dan tidak atau benar dan salah.
"Lakukan secepatnya, enggak perlu window shopping ke tempat lain sehingga pas balik dari stadium awal bisa ke stadium lanjut."
Diagnosis kanker tidak hanya persoalan kondisi fisik pengidapnya, tapi juga pasti berdampak pada aspek finansial, hubungan antarpribadi, komunikasi, dan kesehatan mental.
Shahnaz yang terpaut usia 10 tahun dari Marissa pun semakin sedih mengingat pada 15 Oktober mendatang, sang kakak mestinya berulang tahun ke-62.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved