Batasi Konsumsi Gula pada Anak untuk Cegah Obesitas dan Diabetes Dini

Devi Harahap
03/9/2024 14:47
Batasi Konsumsi Gula pada Anak untuk Cegah Obesitas dan Diabetes Dini
Ilustrasi(freepik.com)

BERAGAMNYA makanan maupun minuman dengan kadar gula tinggi yang kerap dikonsumsi anak-anak mulai dari permen, kue kering, biskuit, cokelat, jus buah kemasan, hingga minuman bersoda menjadi ancaman dan harus menjadi kewaspadaan para orang tua.

Dokter spesialis anak konsultan gizi dan metabolik, dr.Yoga Devarea mengatakan gula merupakan salah satu sumber energi yang dibutuhkan tubuh. Namun, asupan gula berlebih khususnya pada anak justru dapat memengaruhi kesehatan tubuh dan proses tumbuh kembangnya.

“Kebutuhan gizi yang harus didapatkan, gula ini masuk dalam kebutuhan karbohidrat untuk pemenuhan energi dan mendapatkan tenaga. Jadi kalau anak jumlah kalorinya rendah maka pertumbuhannya akan terganggu, jika kalorinya berlebihan akan kegemukan. Untuk semua kelompok umur sama saja bahwa tidak boleh kelebihan dan kekurangan gula,” jelasnya dalam diskusi kesehatan bertajuk ‘Meluruskan Miskonsepsi Gula pada Nutrisi Anak’ di Jakarta pada Selasa (4/9).

Baca juga : Program Makan Bergizi Gratis Berpotensi Tinggi Gula, Garam, dan Lemak

Yoga menjelaskan bahwa kadar konsumsi kandungan gula pada anak harus sesuai dengan rekomendasi medis dan disesuaikan dengan kebutuhan kalori anak. Dikatakan bahwa setiap anak memiliki kebutuhan gula dan kalori yang berbeda-beda.

“Jumlah rekomendasi penggunaan gula tambahanbagi anak dari Ikatan Dokter Anak Eropa adalah 10 persen dari kalori. Jadi jika ada anak yang kebutuhan kalorinya 1.000 dengan berat badan 10 kilo gram maka dia membutuhkan 25 gram gula dalam sehari, tidak boleh lebih dari itu,” tuturnya.

Mengenai kandungan gula pada produk pangan anak, Yoga menekankan pentingnya bagi masyarakat mengetahui perbedaan berbagai jenis gula seperti gula alami, gula tambahan dan gula bebas. Hal itu akan memengaruhi kualitas gula dalam tubuh.

Baca juga : Orangtua, Perhatikan Gula Tersembunyi pada Bahan Makanan Anak

“Yang harus diatur adalah rekomendasi konsumsi gula tambahan atau gula bebas. Kalau 20 tahun lalu masih direkomendasikan oleh WHO penggunaan gula maksimal 15-20 persen, tapi saat ini tidak boleh melebihi 10 persen, dengan ada tanda bintangnya bahkan akan lebih baik jika bisa dibawah lima persen,” jelasnya.

Belakangan ini beredar juga informasi di media sosial mengenai meningkatnya diabetes dikarenakan konsumsi gula seperti maltodextrin. Merespons hal tersebut, Yoga menurunkan bahwa sebenarnya fenomena anak yang terkena gagal ginjal merupakan sebuah siklus yang panjang.

“Kasus gagal ginjal anak beberapa waktu lalu di RSCM disebabkan karena kelainan bawaan yang memang berat, Jadi bukan hanya karena konsumsi gula. Memang gula bisa menyebabkan gagal ginjal tapi dalam jangka panjang dengan berbagai tahap mulai dari obesitas, diabetes hingga gagal ginjal,” katanya.

Baca juga :  Kelebihan Gula pada Anak Turunkan Daya Tahan Tubuh

Sementara itu, Doktor dalam bidang ilmu gizi, Dr.Rosyanne Kushardina mengatakan negara memiliki kewajiban untuk menyediakan keamanan pangan dan gizi seimbang bagi anak sesuai amanat pangan UU Pangan No.18 tahun 2012. Terlebih lagi, saat ini banyak bahan pangan tambahan yang harus menjadi perhatian para orang tua, salah satunya zat maltodextrin pada produk susu.

“Apakah Maltodextrin aman? Sejauh ini belum ada penelitian terkini yang menunjukkan efek negatif khususnya pada anak-anak. Tapi mengonsumsi terlalu banyak makanan olahan dengan bahan tambahan dapat menyebabkan masalah kesehatan sehingga menerapkan gizi seimbang pada anak untuk kesehatan yang optimal dibutuhkan untuk mendukung tumbuh kembangnya,” tuturnya.

Rosyane menjelaskan bahwa saat ini terdapat 27 bahan tambahan pangan (BTP) yang telah dikeluarkan oleh BPOM. Diantaranya ada pemanis alami, pemanis buatan, pengawet, lengental, penguat rasa, peningkat volume, perisa dan lainnya.

“Tapi BTP Pemanis Buatan tidak dapat digunakan pada produk Pangan yang khusus diperuntukkan bagi bayi, anak usia di bawah tiga tahun, ibu hamil dan/atau ibu menyusui,” ujarnya. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya