Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
KETUA Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso mengatakan anak yang sehat lebih baik tidak mengonsumsi makanan olahan ultra (ultra processed food) untuk menghindari masalah kesehatan di kemudian hari.
"Secara umum anak-anak sehat jauh lebih baik tidak mengonsumsi ultra proses food maupun junk food, keduanya tidak baik bagi kesehatan anak-anak yang sehat," Piprim, Rabu (17/7).
Piprim mengatakan makanan dengan pemrosesan ultra memiliki kandungan yang minim serat namun sangat tinggi kalori dan gula. Hal itu dapat membuat indeks glikemik pada pada tubuh meningkat sehingga langsung mengubah makanan menjadi gula.
Baca juga : Keamanan Pangan Bisa Cegah Anak Anda Sakit
Gula dalam tubuh yang berlebihan inilah yang menyebabkan potensi adiktif dan membuat anak menjadi ketergantungan makanan olahan.
Selain itu, makanan olahan ultra memiliki rasa yang sangat lezat sehingga menyebabkan palet rasa anak menjadi terlalu tinggi dan tidak mengenal rasa makanan asli.
Kecanduan makanan olahan, kata Piprim, berakibat anak bisa menderita berbagai macam penyakit metabolik seperti obesitas, dislipidemia (kolesterol tinggi) hingga hipertensi.
Baca juga : Pengenalan Aneka Ragam Makanan Lewat MPASI akan Penuhi Kebutuhan Gizi Anak
"Kalau anak kita mengonsumsi ultra processed food di pasaran bebas ini akan sangat adiktif dan overkonsumsi, sehingga akibatnya akan menjadi overkalori, obesitas dan seterusnya," katanya.
Dibandingkan mengonsumsi makanan olahan, Piprim menganjurkan untuk memberi anak makanan asli (real food) seperti buah utuh dan bukan jus buah dalam kemasan.
Selain itu, penting juga untuk memberikan kalori pada anak dengan jumlah yang cukup dan dari makanan alami seperti daging merah atau daging unggas.
Ia juga menyarankan orangtua untuk tidak menyediakan makanan olahan agar anak tidak terbiasa mengonsumsinya, dan lebih sering untuk menyajikan makanan rumahan yang dimasak sendiri.
"Membatasi sedemikian rupa supaya di rumah atau di lemari es tidak disiapkan aneka makanan yang berupa UPF, kedua siapkanlah makanan alamiah di lemari es atau di lemari berupa buah, sayuran, telur, ikan, itu aneka olahan real food, insya Allah lebih baik," kata dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo itu. (Ant/Z-1)
Tidak hanya menyenangkan, bermain juga diakui sebagai sarana penting untuk menumbuhkan berbagai keterampilan hidup yang esensial.
Langkah yang dapat dilakukan orangtua dalam mendorong anak supaya terbiasa mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi antara lain melalui pembelajaran dari kebiasaan sehari-hari.
Kebiasaan makan bergizi seimbang beragam dan aman pada anak bukan semata tentang apa yang disajikan, namun juga penanaman nilai gizi secara konsisten dalam keluarga.
Orangtua dianjurkan untuk menyajikan camilan sehat seperti buah potong segar, jagung rebus, ubi kukus, bola-bola tempe, puding susu tanpa gula tambahan, atau dadar sayur mini.
Pertanian tetap menjadi sektor terbesar untuk pekerja anak, menyumbang 61% dari semua kasus, diikuti oleh jasa (27%), seperti pekerjaan rumah tangga.
Wakil Duta Besar Australia untuk Indonesia Gita Kamath mengatakan bidan merupakan inti dari sistem perawatan kesehatan primer, terutama bagi perempuan dan anak perempuan.
Proses menggoreng menghasilkan senyawa berbahaya, termasuk senyawa karsinogenik yang berpotensi meningkatkan risiko kanker jika dikonsumsi dalam jangka panjang.
Orangtua perlu memberikan contoh kepada anak dan menjelaskan pentingnya mengonsumsi makanan yang bergizi.
Pada makanan yang dimasak di rumah, setiap porsinya dapat ditakar sesuai kebutuhan. Hal ini berbeda dengan langsung menggunakan bumbu cepat saji.
Oat dan gandum utuh terbukti secara ilmiah bisa membantu menurunkan kolesterol karena tinggi serat larut yang dapat mengikat kolesterol dalam usus.
Sarapan adalah bagian penting dari rutinitas harian yang tidak boleh dilewatkan, baik oleh anak-anak maupun orang dewasa. Faktanya, sarapan menyumbang sekitar 20% energi harian
Jaja Mihardja mengalami sejumlah penyakit seperti infeksi pernapasan, infeksi ginjal, dan diabetes.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved