Headline
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
Menciptakan kedekatan dengan anak menjadi hal penting bagi para orangtua. Upaya mendekatkan diri dengan anak bisa dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya melakukan berbagai aktivitas yang disukai anak bersama-sama.
Hal itu misalnya dilakukan oleh Astrid Wulandari, ibu dua anak, yang juga founder Lady Bos Jakarta, sebuah komunitas perempuan mandiri dan independen. Acid, sapaan akrab dari Astrid, memiliki sepasang buah hati yang masih kecil-kecil.
Anak pertamanya perempuan yang akan masuk SD tahun ini. Sementara anak kedua laki-laki yang mau berumur 3 tahun.
Baca juga : Ikuti Cara Ini untuk Mengatasi Anak Kecanduan Main Gadget
Acid mengatakan bahwa menciptakan kedekatan dengan anak perempuan dan laki-laki cukup berbeda. Untuk yang perempuan, ia sering melakukan aktivitas bersama seperti perawatan bareng, ke salon bareng, hingga belanja baju bareng. "Itu menambah bonding sih," ujarnya dalam sebuah sesi bertajuk Inspiring Moms Sharing Session dalam acara Summer Holiday di Senayan Park, Jakarta Selatan, Sabtu (15/6).
Sementara itu, anak laki-lakinya lebih suka diajak beraktivitas fisik. Untuk itu kegiatan bersama yang dilakukan seperti main sepak bola dan basket.
Menurutnya, berbagai aktivitas itu bisa membuat hari-hari sang anak lebih gembira. Hal itu misalnya bisa membuat mereka tidur lebih cepat.
Baca juga : Orangtua Harus Bijak saat Kenalkan Gawai ke Anak
Di sisi lain, anak zaman sekarang tidak bisa dipisahkan dari gawai atau gadget. Acid menyebut bahwa gadget diberikan saat weekend.
"Itu juga kalau bisa kita main bareng sama anaknya," katanya. Ia juga menyampaikan sisi positif gadget, bahwa itu tidak sekadar untuk main game, melainkan bisa juga untuk belajar membaca, menggambar, dan sebagainya.
Pada kesempatan yang sama, Loretta Kartikasari, dosen, penulis, dan pengusaha mengatakan pentingnya membuat perjanjian dengan anak perihal gawai. "Bikin perjanjian kapan waktunya megang, kapan waktunya meletakkan gadget dan ngobrol," ujarnya.
Loretta yang mengidap disleksia juga merupakan founder Marcommads Edulearn Center. Lembaga tersebut giat mengedukasi dan melatih penyandang disabilitas untuk berkarya sebagai konten kreator. Dari situ, manfaat gadget jadi lebih terasa.
"Pengennya adik-adik spesial ini makin gede nantinya, tetap ada batch-batch selanjutnya untuk konten kreator. Terus mereka juga bisa belajar bikin desain, bahkan mereka juga bisa bikin desain tuh misalnya pakai apa. Jadi bisa lebih panjang kegiatannya," ungkapnya
Pemerintah Louisiana gugat Roblox dengan tuduhan memfasilitasi penyebaran materi pelecehan seksual anak.
Hasil kajian juga menyebutkan bahwa kekerasan dalam bentuk verbal dan psikis/emosi adalah bentuk kekerasan yang paling banyak dialami oleh anak dengan disabilitas.
Peran dominan ibu penting diterapkan terutama bagi anak yang diasuh dalam lingkup keluarga lebih besar melibatkan nenek, kakek, atau pengasuh lainnya.
Program pemeriksaan kesehatan gratis sebaiknya menjangkau anak usia sekolah yang bersekolah maupun tidak bersekolah di wilayah perkotaan sampai daerah terpencil.
Masih maraknya kebiasaan konsumsi kental manis sebagai minuman susu anak dan balita oleh masyarakat diperkuat oleh sejumlah riset dan penelitian yang dilakukan kalangan akademisi.
Penelitian menunjukkan ibu-ibu di Indonesia lebih dari 30%-40% anemia yang berdampak pada lemahnya imunitas tubuh.
ANGGOTA Komisi E DPRD DKI Jakarta Abdul Aziz menilai penggunaan gawai (gadget) tak baik jika dijadikan alat utama pembalajaran untuk anak sekolah di jenjang SD, SMP maupun SMA.
Fenomena ini, menurut Kak Seto, tak lepas dari lemahnya interaksi sosial di dunia nyata, yang semakin tergeser oleh aktivitas di dunia maya.
Ketika anak mengalami kecemasan saat dijauhkan dari gawainya, itu menjadi salah satu gejala adiksi atau kecanduan.
KEHIDUPAN masyarakat modern semakin tergantung dengan sejumlah gawai seperti telepon seluler (ponsel) tetapi juga ramah lingkungan.
Balita berumur kurang dari dua tahun menjadi kelompok paling berisiko terhadap dampak dari screen time (paparan waktu layar).
Kebiasaan bermain dan melihat konten menggunakan gawai bisa membuat anak susah memusatkan perhatian dan menyebabkan penurunan kemampuan sensorik anak.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved