Headline

Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.

Fokus

Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.

Masyarakat Teh Luncurkan Logo Jatayu Indonesia, Memajukan Produk Teh Dalam Negeri

Sugeng Sumariyadi
17/7/2025 11:10
 Masyarakat Teh Luncurkan Logo Jatayu Indonesia, Memajukan Produk Teh Dalam Negeri
Peluncuran Logo Jatayu Indonesia menyemangati masyarakat teh Indonesia untuk lebih maju.(MI/SUMARIYADI)

SEKTOR teh Indonesia memasuki babak baru. Para pemangku kepentingan di sektor ini bersepakat meluncurkan logo Jatayu Indonesia, di Bandung, Rabu (16/7) malam.

"Jatayu Indonesia merupakan simbol yang merepresentasikan komitmen bersama untuk memajukan produk teh dalam negeri," ungkap Board Indonesian Tea Marketing Association (ITMA), Delima Hasri Azahari.

Menurut dia, logo ini tidak hanya menjadi identitas visual, tetapi juga penanda penting bagi konsumen bahwa produk yang mereka beli berasal dari perkebunan teh dalam negeri, diproduksi di dalam negeri, dan dikerjakan oleh tangan-tangan anak bangsa.

Dukungan terhadap peluncuran Jatayu Indonesia mengalir dari berbagai pemangku kepentingan strategis. Di antaranya kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Dewan Teh Indonesia, produsen-produsen teh Indonesia serta petani.

Logo Jatayu Indonesia akan disematkan pada kemasan produk teh sebagai bentuk pengenalan kepada konsumen. Meskipun penggunaan logo ini bersifat sukarela, pemerintah dan industri teh berharap semakin banyak pelaku usaha, baik besar maupun kecil, yang mengadopsi logo ini sebagai bentuk dukungan terhadap kemandirian dan daya saing industri teh nasional.

"Peluncuran Jatayu Indonesia bukan sekadar seremoni. Ini langkah strategis untuk memberi ruang bagi produk teh otentik Indonesia. Melalui logo ini, kami ingin memperkuat kesadaran masyarakat bahwa membeli produk teh lokal adalah kontribusi nyata bagi perekonomian nasional,” tambah Delima.

Sektor teh menjadi sumber mata pencaharian bagi jutaan orang pada seluruh rantai pasoknya. Industri ini berperan penting dalam penyerapan tenaga kerja, mulai dari petani, pemetik daun teh, hingga pekerja di pabrik pengolahan.


Disambut produsen


Di sisi lain, tren konsumsi teh di dalam negeri menunjukkan pertumbuhan positif, dengan bergesernya preferensi konsumen ke arah produk teh premium. Minuman berbasis teh modern juga digemari, seperti teh kekinian dan ready-to-drink (RTD), mencerminkan potensi pasar domestik yang terus berkembang dan menantang pelaku industri untuk terus berinovasi.

"Logo Jatayu Indonesia hadir untuk memperkuat posisi industri ini melalui peningkatan citra, keterlibatan konsumen, dan kepercayaan pasar domestik. Ini gerakan bersama untuk menghidupkan kembali kejayaan teh Indonesia," tambah Veronika Ratri, Managing Director Business Watch Indonesia, salah satu inisiator pengembangan Logo Jatayu Indonesia.

Dukungan datang dari pelaku usaha teh. Nanang Christianto, pengelola merek Teh nDeso dan Teh Juwara, brand teh milik petani menyatakan logo ini menjadi bentuk identitas yang membedakan produk lokal dengan yang lain.

"Konsumen saat ini semakin cerdas dan sadar akan pentingnya mendukung produk buatan negeri sendiri. Logo ini akan sangat membantu kami dalam membangun kepercayaan itu,” ujarnya.

Pemerintah dan asosiasi industri juga mengajak masyarakat untuk lebih sadar akan dampak positif dari setiap pilihan pembelian yang mereka lakukan.

“Ketika Anda memilih produk berlogo Jatayu Indonesia, Anda tidak hanya membeli teh. Anda mendukung petani teh Indonesia, pabrik teh lokal, dan ribuan pekerja di seluruh rantai pasok teh dalam negeri. Ini adalah bentuk nyata cinta pada Indonesia,” tegas Delima Hasri.


Tantangan pemerintah


Sementara itu, pemerintah, melalui Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Fajarini Puntodewi menantang para pemangku kepentingan di sektor teh untuk memberikan kontribusi terhadap perkembangan ekonomi Tanah Air.

"Indonesia merupakan produsen teh terbesar ketujuh di dunia. Namun, dari sisi ekspor Indonesia berada di nomor 13, kalah dari negara yang tidak memiliki kebun teh, seperti Polandia, Jepang, Jerman dan Inggris yang berada di 10 besar," paparnya.

Selain itu, tambah dia, ekspor teh Indonesia juga masih tergolong kecil dibanding komoditas lain. Ekspor teh Indonesia hanya 0,06% dari total ekspor non migas Indonesia.

"Tantangan besar ada di depan kita bersama. Presiden Prabowo menargetkan pertumbuhan ekonomi mencapai 8% pada 2029," jelas Fajarini.

Untuk itu, Kementerian Perdagangan juga menargetkan ekspor pada 2025 meningkat 7,1% dan naik bertahap menjadi 9% pada 2029. Angka ini diharapkan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 8%.

"Kami mengajak pemangku kepentingan di sektor teh untuk bersama-sama bergerak meningkatkan ekspor. Mari bersama-sama pemerintah, kita berperan dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional," tandasnya.

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sugeng
Berita Lainnya

Bisnis

Wisata
Kuliner