Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Gencatan Senjata Israel-Suriah Didukung Turki dan Yordania

Khoerun Nadif Rahmat
19/7/2025 13:40
Gencatan Senjata Israel-Suriah Didukung Turki dan Yordania
Pasukan keamanan Suriah terlihat memasuki Kota Suwayda, Suriah selatan, Selasa (15/7/2025).(Antara/Xinhua )

ISRAEL dan Suriah mencapai kesepakatan gencatan senjata, demikian diungkapkan Duta Besar Amerika Serikat untuk Turki, Tom Barrack, Jumat (18/7) waktu setempat.

Menurut Barrack, yang juga menjabat utusan khusus AS untuk Suriah, kesepakatan itu mendapat dukungan dari Turki, Yordania, dan negara-negara tetangga lainnya. 

"Kami mengajak komunitas Druze, Badui, dan Sunni untuk meletakkan senjata, serta bersama kelompok minoritas lain membangun identitas Suriah yang baru dan bersatu, hidup berdampingan dalam damai dan sejahtera bersama para tetangga," tulis Barrack dalam pernyataannya di X.

Gencatan senjata ini diumumkan dua hari setelah Israel melancarkan serangan udara ke Suriah, Rabu (16/7), dengan dalih melindungi komunitas Druze — kelompok minoritas Arab beragama yang tengah terlibat bentrok dengan pasukan pro-pemerintah. Sejak kejatuhan Bashar al-Assad, bentrokan tersebut dilaporkan telah menewaskan puluhan orang.

Serangan Israel ke Damaskus menghantam sejumlah gedung pemerintah, menewaskan sedikitnya tiga orang. Salah satu siaran televisi Suriah bahkan menayangkan detik-detik serangan ke gedung Kementerian Pertahanan, hingga membuat pembawa acara terpaksa berlindung di tengah siaran langsung.

Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa, dalam pidato yang disiarkan Rabu malam waktu setempat, mengumumkan bahwa pasukan pemerintah mulai ditarik dari Suwayda, wilayah yang menjadi pusat bentrokan antara milisi Druze dan suku Badui. Pemerintah Suriah juga menyatakan telah mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan faksi-faksi Druze.

Dalam pidatonya, al-Sharaa menuding Israel berusaha memecah belah rakyat Suriah dan menjadikan negaranya "medan kekacauan."

Amerika Serikat, yang sebelumnya menyatakan keprihatinan atas meningkatnya ketegangan di Suriah, melancarkan upaya diplomatik intensif dalam beberapa hari terakhir.

Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, melakukan pembicaraan via telepon dengan Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan membahas situasi tersebut. “Ini akan membutuhkan semua pihak untuk menepati komitmen mereka, dan kami sepenuhnya berharap itu terjadi,” tegas Rubio, dalam pernyataan terpisah di X.

Rubio sebelumnya menyebut semua pihak yang terlibat telah sepakat menjalankan langkah-langkah khusus guna meredakan konflik. (Ndf/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irvan Sihombing
Berita Lainnya