Headline

Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.

Fokus

Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.

Ketegangan Memuncak, Israel Gempur Suriah demi Lindungi Komunitas Druze

Ferdian Ananda Majni
17/7/2025 12:55
Ketegangan Memuncak, Israel Gempur Suriah demi Lindungi Komunitas Druze
Ilustrasi, serangan rudal.(Dok. Al Jazeera)

SURIAH kembali dilanda kekerasan sektarian yang mengakibatkan puluhan korban jiwa, dan lokasi komunitas Druze di kota Suwayda menjadi pusat ketegangan.

Bentrokan antara milisi Druze dan loyalis pemerintah Suriah memicu keterlibatan militer Israel, yang meluncurkan serangan udara ke wilayah tersebut dengan alasan melindungi saudara sesama Druze.

Militer Suriah turun ke Suwayda setelah konflik antara milisi Druze dan kelompok Badui pecah, menewaskan sedikitnya 30 orang. Pasukan Islamis pro-pemerintah turut terlibat, sehingga memicu permintaan perlindungan internasional dari tokoh-tokoh Druze.

Israel menanggapi dengan menyerang posisi militer Suriah yang bergerak menuju Suwayda. Kementerian Luar Negeri Suriah mengecam serangan tersebut sebagai pelanggaran kedaulatan dan bentuk agresi asing. Militer Israel menyatakan mereka menargetkan kendaraan militer milik rezim Suriah di wilayah selatan.

Utusan khusus AS untuk Suriah, Tom Barrack, menyatakan di platform X bahwa AS khawatir dan aktif berdialog dengan semua pihak untuk mencari penyelesaian damai.

Seorang pejabat AS mengatakan Israel sebelumnya berjanji menghentikan serangan pada Selasa (15/7) malam, namun pada Rabu (16/7), Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menegaskan serangan akan ditingkatkan jika pasukan Suriah tidak mundur.

"Rezim Suriah harus melepaskan suku Druze di Suwayda dan menarik pasukannya," kata Katz seperti dilansir CNN Kamis (17/7).

Dia menambahkan bahwa Israel akan terus melancarkan serangan hingga tentara Suriah mundur sepenuhnya.

Keselamatan Minoritas

Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa, yang menggantikan Bashar al-Assad akhir 2024, berjanji menjaga keberagaman namun gagal menjamin keselamatan komunitas minoritas.

Ketegangan dengan Druze diperparah oleh upaya pelucutan senjata milisi Druze dan integrasi ke dalam militer nasional. Komunitas Druze menolak, menyebut Al-Sharaa sebagai pemimpin Islamis yang eksklusif.

Setelah pasukan pemerintah masuk Suwayda, Kementerian Pertahanan Suriah mengumumkan gencatan senjata sementara. Namun, pada hari berikutnya, pertempuran kembali pecah akibat serangan dari kelompok yang disebut “penjahat”.

Israel menjelaskan tindakan mereka sebagai bentuk perlindungan terhadap komunitas Druze di Suriah, yang memiliki hubungan erat dengan Druze di Israel. Sekitar 130.000 warga Druze tinggal di Israel dan diwajibkan mengikuti wajib militer.

Sementara itu, Israel secara sepihak mendeklarasikan zona demiliterisasi di Suriah selatan. Pemerintah Damaskus menolak langkah tersebut dan menyerukan penghentian agresi.

Serukan Bantuan Internasional

Pemimpin spiritual Druze, Hikmat Al-Hijri, menyerukan bantuan internasional untuk menghadapi kampanye kekerasan yang disebutnya sebagai perang pemusnahan total. Pernyataan ini disusul seruan dari pemimpin Druze lainnya yang meminta agar kelompok bersenjata menyerahkan senjata kepada pemerintah.

Di sisi lain, Israel juga dituduh memanfaatkan ketegangan ini untuk memperluas cengkeramannya atas wilayah Suriah pasca-jatuhnya Assad. Meskipun AS telah mencabut sanksi terhadap Suriah dan mendorong normalisasi melalui Perjanjian Abraham, Israel tetap melanjutkan serangan militer.

Israel menyatakan keinginan untuk menormalisasi hubungan dengan Suriah dan Libanon, mengindikasikan perubahan besar dalam dinamika politik kawasan. Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, menyatakan bahwa Suriah termasuk dalam daftar negara target untuk masuk ke dalam lingkaran perdamaian baru Israel.  (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya