Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
PEMERINTAH Suriah mengumumkan berhasil mengusir kelompok bersenjata Badui dari kota Suwayda yang mayoritas dihuni warga Druze. Damaskus menyatakan bentrokan di kawasan itu resmi dihentikan, menyusul pengerahan aparat keamanan ke wilayah selatan Suriah yang dilanda kerusuhan.
Pernyataan itu disampaikan pada Sabtu (19/7) waktu setempat, beberapa jam setelah Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa memerintahkan gencatan senjata baru antara kelompok Badui dan Druze.
Upaya itu dilakukan setelah tercapainya kesepakatan terpisah yang difasilitasi Amerika Serikat guna mencegah campur tangan militer Israel yang lebih luas.
Namun, sebelum pengumuman itu, terdengar rentetan tembakan senapan mesin di kota Suwayda dan tembakan mortir di sejumlah desa sekitar. Hingga berita ini diturunkan, belum ada laporan resmi mengenai korban.
Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri Suriah, Nour al-Din Baba, menegaskan melalui kantor berita resmi Sana bahwa bentrokan berhasil dihentikan berkat “upaya intensif” pemerintah dan penerjunan pasukan keamanan di wilayah utara dan barat Provinsi Suwayda.
“Kota Suwayda kini telah dibersihkan dari semua pejuang suku, dan bentrokan di dalam kota berhasil dihentikan,” ujar Baba dikutip dari Al Jazeera.
Bentrokan bermula pekan lalu ketika seorang sopir truk dari komunitas Druze diculik di jalan raya. Insiden itu memicu aksi balas dendam yang melibatkan masuknya pejuang suku dari berbagai penjuru Suriah ke Suwayda, sebagai bentuk dukungan terhadap komunitas Badui.
Konflik tersebut turut melibatkan tentara pemerintah Suriah. Bahkan, Israel melancarkan serangan udara ke Suwayda dan Damaskus pada Rabu (16/7), dengan dalih melindungi warga Druze dari dugaan kekerasan oleh pasukan pemerintah. Tentara Suriah akhirnya mundur dari Suwayda pada Kamis (17/7).
Menurut Kementerian Kesehatan Suriah, sedikitnya 260 orang tewas dan 1.700 lainnya terluka. Namun, sejumlah kelompok lokal mengklaim korban mencapai lebih dari 900 jiwa. Konflik ini juga memaksa lebih dari 87.000 warga mengungsi.
Krisis Suwayda menjadi tantangan terbaru bagi pemerintahan al-Sharaa, yang menggantikan Bashar al-Assad setelah kudeta Desember lalu. Dalam pernyataan yang disiarkan televisi, Sabtu (19/7), al-Sharaa mengimbau semua pihak meletakkan senjata dan mendukung upaya pemerintah memulihkan keamanan.
“Kami menghargai keberanian suku Badui, tetapi kami menyerukan mereka mematuhi gencatan senjata dan menaati perintah negara,” kata al-Sharaa. Ia juga mengecam keras intervensi Israel yang dianggap “memperparah krisis dan mengancam stabilitas nasional.”
Usai pernyataan itu, pemerintah mulai mengerahkan pasukan ke Suwayda, sementara kelompok Badui menyatakan siap mundur dari wilayah kota.
“Setelah berkonsultasi dengan seluruh pimpinan suku di Suwayda, kami memutuskan mematuhi gencatan senjata, mengedepankan akal sehat, dan memberikan ruang bagi institusi resmi negara menegakkan keamanan dan stabilitas,” demikian pernyataan resmi faksi Badui. (Ndf/I-1)
PEMERINTAH Suriah menyatakan pertempuran di Suwayda, wilayah selatan negeri itu, telah dihentikan sejak Minggu (20/7).
PASUKAN otoritas sementara Suriah pada Sabtu (19/7) mulai menyebar di seluruh Provinsi Suwayda untuk melaksanakan fase pertama kesepakatan gencatan senjata.
PRESIDEN sementara Suriah, Ahmad al-Sharaa, mendesak Suku Badui agar sepenuhnya mematuhi kesepakatan gencatan senjata untuk mengakhiri bentrokan berdarah dengan kelompok bersenjata Druze.
PEMERINTAH Suriah menyerukan semua pihak di wilayah selatan, khususnya Suwayda, untuk menahan diri di tengah meningkatnya kekerasan di kawasan tersebut.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved