Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Suriah Tegakkan Gencatan Senjata di Suwayda, Siapkan Pertukaran Tahanan

Ferdian Ananda Majni
21/7/2025 10:58
Suriah Tegakkan Gencatan Senjata di Suwayda, Siapkan Pertukaran Tahanan
Pejuang suku berlindung selama bentrokan di Kota Wolgha, pedesaan barat Suwayda, Suriah selatan, pada 18 Juli 2025.(Dok. Antara/Xinhua)

PASUKAN keamanan dalam negeri Suriah berhasil menegakkan gencatan senjata di Kota Suwayda, membuka jalan menuju pertukaran tahanan dan pemulihan ketertiban secara bertahap di provinsi selatan. 

Hal ini diumumkan oleh Menteri Dalam Negeri Suriah, Anas Khattab, pada Minggu (20/7).

“Setelah berhari-hari terjadi pertumpahan darah di Suwayda, pasukan keamanan internal berhasil menenangkan situasi setelah ditempatkan di wilayah utara dan barat provinsi tersebut,” kata Khattab dalam pernyataannya yang dikutip kantor berita negara SANA, Senin (21/7).

Dia menyatakan bahwa penerapan gencatan senjata di dalam kota merupakan langkah awal menuju proses pertukaran sandera dan normalisasi situasi di wilayah tersebut.

SANA sebelumnya melaporkan bahwa unit-unit keamanan telah disiagakan di sekitar kota untuk memastikan pelaksanaan kesepakatan damai serta perlindungan terhadap warga sipil.

Di sisi lain, Utusan Khusus Amerika Serikat (AS) untuk Suriah, Tom Barrack, turut mengonfirmasi kesepakatan tersebut melalui pernyataan di platform X.

“Pada pukul 17:00 waktu Damaskus, semua pihak telah sepakat untuk melakukan jeda dan penghentian permusuhan,” ujar Barrack.

“Permusuhan yang meningkat hanya dapat diredakan dengan kesepakatan untuk menghentikan kekerasan, melindungi yang tidak bersalah, mengizinkan akses kemanusiaan, dan menjauhi bahaya," tambahnya.

Barrack juga menekankan pentingnya proses lanjutan, yaitu pertukaran sandera dan tahanan.

Namun, hingga Minggu (20/7) malam, belum ada proses pertukaran antara kelompok bersenjata Druze dan suku Arab Badui. SANA melaporkan bahwa negosiasi antar faksi masih berlangsung.

Ketegangan meningkat sejak 13 Juli lalu, ketika terjadi bentrokan antara faksi Druze bersenjata dan komunitas Arab Badui di Suwayda. 

Pasukan pemerintah dikerahkan

Pasukan pemerintah yang dikerahkan untuk menjaga ketertiban diserang oleh kelompok yang disebut sebagai kelompok Druze yang melanggar hukum, menyebabkan jatuhnya korban jiwa di kalangan militer.

Untuk mengendalikan kekerasan, pemerintah mengumumkan empat gencatan senjata berbeda, dengan yang terbaru ditengahi pada Sabtu (19/7).

Namun, tiga kesepakatan sebelumnya gagal bertahan. Pada Jumat (18/7), kekerasan kembali terjadi ketika pejuang yang loyal kepada tokoh spiritual Druze, Hikmat al-Hijri, dilaporkan mengusir warga Badui serta melakukan pelanggaran hak asasi manusia.

Situasi ini menjadi tantangan besar bagi pemerintahan baru di Suriah, yang sedang berupaya memulihkan ketertiban nasional menyusul penggulingan Presiden Bashar al-Assad pada 8 Desember 2024. Assad sebelumnya berkuasa selama 24 tahun. (Fer/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irvan Sihombing
Berita Lainnya