Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Pertempuran di Suwayda Mereda, Pemerintah Suriah Klaim Kota sudah Dikuasai

Khoerun Nadif Rahmat
20/7/2025 13:55
Pertempuran di Suwayda Mereda, Pemerintah Suriah Klaim Kota sudah Dikuasai
Ilustrasi(tangkapan layar)

PEMERINTAH Suriah menyatakan pertempuran di Suwayda, wilayah selatan negeri itu, telah dihentikan sejak Minggu (20/7), menyusul keberhasilan milisi Druze merebut kembali kota tersebut dan dikerahkannya kembali pasukan pemerintah ke kawasan yang selama sepekan terakhir dilanda konflik sektarian, menewaskan lebih dari 900 orang.

Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Suriah, Noureddine al-Baba, menyebutkan Suwayda kini telah bersih dari pertempuran suku.

"Telah bersih dari seluruh petempur suku, dan bentrokan di dalam kota sudah berhenti," kata Noureddine dikutip dari AFP.

Kelompok bersenjata suku Bedouin yang sempat menguasai kota dilaporkan dipukul mundur oleh milisi Druze pada Sabtu (19/7). Pemerintah Suriah sebelumnya mengumumkan gencatan senjata setelah tercapainya kesepakatan yang ditengahi Amerika Serikat guna mencegah kemungkinan intervensi militer Israel.

Israel sendiri sebelumnya melancarkan serangan udara terhadap posisi militer pemerintah di Suwayda dan Damaskus. Serangan itu bertujuan memaksa pasukan pemerintah mundur, menyusul tudingan keterlibatan mereka dalam eksekusi di luar hukum dan pelanggaran terhadap warga sipil Druze selama operasi militer singkat di wilayah tersebut.

Berdasarkan laporan Syrian Observatory for Human Rights (SOHR), lebih dari 900 orang tewas sejak pecahnya bentrokan sektarian di Suwayda. Konflik antara komunitas Druze dan Bedouin itu bahkan menarik masuk kelompok Islamis pendukung pemerintah, Israel, dan suku-suku bersenjata dari berbagai penjuru Suriah.

Menurut laporan AFP, puluhan rumah dan kendaraan terbakar, serta toko-toko dijarah sebelum akhirnya dibakar. Namun, malam harinya, juru bicara kelompok Druze “Men of Dignity”, Bassem Fakhr, memastikan tidak ada lagi milisi Badui yang bertahan di dalam kota. 

Pernyataan itu dikonfirmasi SOHR yang melaporkan para petempur suku menarik diri setelah serangan besar-besaran yang dilancarkan milisi Druze. Meski Suwayda berhasil dikuasai kembali, bentrokan masih berlangsung di kawasan lain di provinsi tersebut.

Hasil mediasi AS

Kesepakatan gencatan senjata antara pemerintah Islamis Suriah dan Israel diumumkan oleh Amerika Serikat pada Sabtu (19/7). Utusan Khusus AS untuk Suriah, Tom Barrack, menyebut Presiden Interim Suriah Ahmed al-Sharaa dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menyepakati penghentian konflik.

Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio meminta pemerintah Suriah mencegah masuknya kelompok jihad yang berpotensi melakukan pembantaian, sekaligus menyerukan agar semua pihak yang terlibat kekejaman, termasuk aparat pemerintah, dimintai pertanggungjawaban.

Barrack menambahkan, kesepakatan itu turut mendapat dukungan dari Turki, pendukung utama Sharaa, dan Yordania. "Kami menyerukan kepada Druze, Bedouin, dan Sunni untuk meletakkan senjata dan bersama-sama membangun identitas Suriah yang damai dan bersatu," tulisnya di platform X.

Di Amman, Barrack juga bertemu dengan pejabat tinggi Suriah dan Yordania guna membahas langkah konkret mendukung penerapan kesepakatan tersebut.

Kendati dikenal dekat dengan kelompok Islamis dan memiliki rekam jejak keterkaitan dengan Al-Qaeda, pemerintahan AS di bawah Presiden Trump menjalin komunikasi dengan Sharaa. Sementara itu, Washington mengkritik Israel atas serangan udara terbarunya dan berupaya mencari jalan keluar yang menguntungkan bagi pemerintah Sharaa.

Dalam pidatonya, Sharaa mengumumkan gencatan senjata di Suwayda dan kembali menegaskan komitmen pemerintahannya melindungi seluruh kelompok etnis dan agama di Suriah. Ia pun menyampaikan apresiasi atas peran AS yang disebutnya kembali menunjukkan kepedulian terhadap stabilitas Suriah.

Namun, Israel meragukan komitmen itu. Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar menilai kaum minoritas di Suriah hidup dalam ketakutan sejak Sharaa menggulingkan Bashar al-Assad. “Di Suriah Sharaa, menjadi anggota kelompok minoritas, Kurdi, Druze, Alawi, atau Kristen, sama saja dengan mempertaruhkan nyawa,” kata Saar di X.

Terjadi krisis kemanusiaan

Data SOHR mencatat sedikitnya 940 orang tewas sejak pecahnya konflik di Suwayda, termasuk 326 petempur Druze dan 262 warga sipil Druze, di antaranya 165 korban eksekusi sewenang-wenang.

Menteri Informasi Suriah Hamza al-Mustafa mengatakan, setelah tahap pertama gencatan senjata yang melibatkan pengerahan aparat keamanan, tahap berikutnya akan dibuka koridor kemanusiaan.

PBB melaporkan, pertempuran di Suwayda telah menyebabkan sedikitnya 87.000 orang terpaksa mengungsi. (Ndf/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irvan Sihombing
Berita Lainnya