Hamas Beri Respons Positif atas Proposal Gencatan Senjata 60 Hari

Thalatie K Yani
05/7/2025 07:26
Hamas Beri Respons Positif atas Proposal Gencatan Senjata 60 Hari
Hamas menyatakan memberikan respon positif terhadap proposal gencatan senjata selama 60 hari dengan Israel di Gaza.(AFP)

HAMAS pada Jumat (5/7) menyatakan telah memberikan "respons positif" terhadap proposal gencatan senjata selama 60 hari dengan Israel di Gaza, membuka peluang baru bagi tercapainya kesepakatan damai setelah berbulan-bulan negosiasi yang gagal.

Dalam pernyataannya, Hamas menyatakan siap untuk segera memasuki tahap negosiasi terkait mekanisme pelaksanaan kesepakatan tersebut. Proposal yang dimediasi oleh AS ini sebelumnya sudah lebih dulu disetujui oleh Israel, sehingga kedua pihak kini diperkirakan akan memulai perundingan final demi mewujudkan penghentian konflik yang telah berlangsung lama.

Bishara Bahbah, tokoh Palestina-Amerika yang terlibat langsung dalam diskusi dengan Hamas, menyambut baik langkah ini. Dalam unggahan Facebook-nya, ia menyebutkan, “Kita sekarang jauh lebih dekat untuk mengakhiri perang terkutuk ini.”

Menurutnya, Hamas telah mengusulkan beberapa amandemen yang dinilai perlu, namun tidak akan menghambat tercapainya kesepakatan dalam waktu dekat.

Seorang sumber dari pihak Israel mengonfirmasi bahwa beberapa perubahan redaksional dalam proposal telah diperkirakan sebelumnya dan tidak akan mengganggu proses negosiasi.

Rencana Pertukaran Tahanan dan Penarikan Pasukan

Proposal tersebut mencakup pembebasan 10 sandera Israel yang masih hidup dan 18 yang telah meninggal selama masa gencatan senjata. Pada hari pertama gencatan senjata, Hamas akan membebaskan delapan sandera hidup sebagai imbalan atas pembebasan sejumlah tahanan Palestina oleh Israel.

Setelahnya, pasukan Israel akan mulai ditarik dari wilayah Gaza utara. Proses negosiasi menuju gencatan senjata permanen akan dimulai bersamaan.

Pembebasan sandera direncanakan berlangsung tanpa upacara atau perayaan dari pihak Hamas, dan sisanya akan dilepaskan dalam empat tahap lanjutan sesuai dengan jadwal dalam proposal.

Peran Qatar dan Dukungan AS

Langkah diplomatik ini muncul setelah konflik 12 hari antara Israel dan Iran bulan lalu, yang memicu intensifikasi upaya damai. Qatar langsung memulai kembali negosiasi tidak langsung antara Israel dan Hamas dengan membawa proposal baru yang didukung pemerintahan Presiden AS Donald Trump.

Proposal terbaru ini juga menjamin komitmen kuat dari AS untuk memastikan Israel tetap berada di meja perundingan, bahkan jika gencatan senjata berakhir sebelum kesepakatan permanen tercapai.

Selain itu, Israel juga diminta membuka jalur bantuan kemanusiaan ke Gaza melalui mekanisme tradisional, bukan lewat lembaga Gaza Humanitarian Foundation yang kontroversial.

Trump telah mendorong keras tercapainya kesepakatan ini. Dalam pernyataan di Truth Social, ia memperingatkan Hamas untuk menerima tawaran tersebut.

“Saya harap, demi kebaikan Timur Tengah, Hamas menerima kesepakatan ini. Karena tidak akan ada tawaran yang lebih baik—yang ada hanya akan makin memburuk,” tulis Trump, sembari berterima kasih kepada Qatar dan Mesir atas peran mereka.

Langkah Selanjutnya: Perundingan Intensif

Israel menerima proposal tersebut pada Selasa (2/7), bertepatan dengan kunjungan penasihat senior Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Ron Dermer, ke Washington DC untuk bertemu dengan utusan khusus AS Steve Witkoff.

Keesokan harinya, Hamas mengonfirmasi tengah mendiskusikan proposal dalam konsultasi nasional dan menekankan pentingnya gencatan senjata yang mencakup penghentian agresi, penarikan pasukan Israel, dan bantuan kemanusiaan mendesak bagi warga Gaza.

Kini, kedua pihak diperkirakan segera memulai "proximity talks" atau perundingan tidak langsung di mana delegasi Hamas dan Israel berada di gedung yang sama dan negosiator bertindak sebagai perantara bolak-balik. Salah satu poin penting yang harus dibahas adalah tenggat waktu penarikan pasukan Israel selama gencatan senjata berlangsung.

Proposal ini diajukan Qatar minggu ini setelah upaya diplomatik panjang yang dipimpin oleh Witkoff. Versi sebelumnya sempat ditolak Hamas karena tidak memuat jaminan mengenai akhir permanen dari perang. Proposal baru ini memperkuat jaminan AS, bahwa gencatan senjata bisa diperpanjang meski kesepakatan menyeluruh belum tercapai.

Kondisi di Gaza dan Perubahan Sikap Netanyahu

Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, lebih dari 57.000 warga Gaza telah tewas sejak perang dimulai. Di tengah proses diplomasi ini, Israel terus melancarkan serangan, menyebabkan puluhan korban jiwa tambahan.

Selama ini, Israel bersikukuh tidak akan menyetujui gencatan senjata permanen sebelum menghancurkan kekuatan militer Hamas. Namun, setelah konflik dengan Iran, Netanyahu tampaknya mulai menunjukkan keterbukaan untuk kompromi.

Dalam pernyataan terbaru, Netanyahu mengatakan “banyak peluang telah terbuka” setelah operasi militer di Iran, termasuk kemungkinan memulangkan para sandera yang masih ditahan di Gaza—sebuah pergeseran prioritas yang mencolok setelah berbulan-bulan fokus pada penghancuran Hamas.

Netanyahu dijadwalkan bertolak ke Washington akhir pekan ini dan akan bertemu dengan Presiden Trump di Gedung Putih pada Senin (8/7). Sebelum itu, ia akan menggelar rapat kabinet pada Sabtu malam untuk membahas proposal gencatan senjata.

Meski anggota sayap kanan pemerintahan Israel menyuarakan penolakan, sejumlah partai politik lain menyatakan dukungannya terhadap kesepakatan ini. (CNN/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya