Direktur RS Indonesia di Gaza Tewas, Jumlah Tenaga Kesehatan Gugur Capai 1.400 Orang

Andhika Prasetyo
04/7/2025 12:41
Direktur RS Indonesia di Gaza Tewas, Jumlah Tenaga Kesehatan Gugur Capai 1.400 Orang
dr. Marwan Al Sultan Direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara yang tewas akibat serangan Israel.(X)

SERANGAN udara Israel kembali menelan korban dari kalangan tenaga medis. Dr Marwan Al-Sultan, dokter spesialis jantung ternama sekaligus Direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza, tewas bersama anggota keluarganya dalam serangan udara Israel.

Sejak konflik pada Oktober 2023, total korban jiwa dari kalangan tenaga kesehatan mencapai 1.400 orang menurut data PBB.

Kondisi itu dinilai menambah kompleksitas krisis kemanusiaan di Gaza. Tenaga medis tak hanya berjuang menyelamatkan nyawa di tengah keterbatasan fasilitas dan obat-obatan, tetapi juga menjadi sasaran langsung dari kekerasan bersenjata.

Menurut organisasi pemantau tenaga medis Palestina, Healthcare Workers Watch (HWW), Marwan ialah tenaga medis ke-70 yang gugur akibat agresi Israel dalam 50 hari terakhir.

“Pembunuhan dr Marwan Al-Sultan oleh militer Israel adalah kehilangan yang sangat besar bagi Gaza dan komunitas medis secara keseluruhan. Ini akan berdampak parah terhadap sistem layanan kesehatan di Gaza,” ujar Muath Alser, Direktur HWW, seperti dikutip The Guardian.

“Ini bagian dari pola sistematis dan brutal dalam menargetkan tenaga kesehatan yang terjadi tanpa konsekuensi hukum. Ini bukan hanya tragedi kehilangan nyawa, tetapi juga penghancuran pengalaman dan keahlian medis yang telah mereka bangun selama puluhan tahun, di saat rakyat Palestina menghadapi situasi yang sangat mengerikan,” tambah Alser.

Selama 50 hari terakhir, setidaknya tiga dokter, kepala perawat di RS Indonesia dan RS Anak Al-Nasser, seorang bidan senior, teknisi radiologi, serta puluhan lulusan baru dan perawat magang turut menjadi korban.

Salah satu hari paling kelam terjadi pada 6 Juni, tepat di hari Idul Adha. Ketika itu sembilan tenaga medis tewas akibat serangan udara di Gaza utara saat mereka tengah berlindung bersama keluarga mereka.

Dihantam artileri Israel

Fares Afana, kepala layanan ambulans di Gaza utara, kehilangan putranya, Bara’a, yang juga bekerja sebagai paramedis. Bara’a tengah menangani korban luka di sebuah apartemen di kawasan Al-Tuffah, Gaza City, pada 9 Juni lalu, ketika gedung itu dihantam artileri Israel.

“Mereka memang sengaja dijadikan target,” kata Afana.

Laporan dari Insecurity Insight, sebuah lembaga pemantau konflik, mengungkapkan ratusan tenaga kesehatan tewas saat bertugas di rumah sakit, di tengah perjalanan menuju lokasi korban, dalam ambulans, saat proses evakuasi pasien, di pos pemeriksaan militer, bahkan di sekolah dan kamp pengungsian yang dijadikan tempat perlindungan.

Selain korban jiwa, ratusan tenaga medis Gaza lainnya dilaporkan masih ditahan oleh Israel. Sebagian dari mereka mengaku mengalami penyiksaan, pemukulan, dan penahanan tanpa dakwaan.

Organisasi medis internasional MedGlobal yang berbasis di Amerika Serikat menyebutkan lebih dari 300 staf medis diyakini masih berada di dalam penjara Israel. Di antara mereka termasuk Hussam Abu Safiya, Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, yang ditahan sejak Desember 2024. (Dhk/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irvan Sihombing
Berita Lainnya