Trump Akui Gagal Capai Kemajuan dalam Pembicaraan Damai dengan Putin soal Perang Ukraina

Thalatie K Yani
04/7/2025 05:37
Trump Akui Gagal Capai Kemajuan dalam Pembicaraan Damai dengan Putin soal Perang Ukraina
Ilustrasi(Media Sosial X)

PRESIDEN Amerika Serikat Donald Trump mengaku tidak berhasil mencapai kemajuan apa pun dalam upaya mengakhiri perang di Ukraina setelah melakukan percakapan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Sementara itu, Kremlin menegaskan Rusia tetap teguh pada tujuannya dalam konflik tersebut.

"Pembicaraan itu cukup panjang. Kami membahas banyak hal, termasuk Iran, dan tentu saja soal perang di Ukraina. Saya tidak senang dengan hasilnya," kata Trump kepada awak media.

Saat ditanya apakah ada kemajuan menuju kesepakatan damai, Trump menjawab blak-blakan, "Tidak, saya sama sekali tidak membuat kemajuan dengannya."

Pernyataan Trump kali ini tergolong suram, berbeda dari nada optimis yang biasa ia sampaikan setelah percakapan-percakapannya sebelumnya dengan Putin sejak kembali menjabat pada Januari. Meski sempat menunjukkan pendekatan yang lebih lunak terhadap Rusia, Trump dalam beberapa minggu terakhir mulai menunjukkan frustrasi, bahkan menolak tawaran Putin untuk menengahi konflik Iran-Israel dan menyarankan agar Rusia fokus pada perang di Ukraina.

Putin Tegaskan Tak Akan Menyerah

Kremlin melaporkan bahwa percakapan antara kedua pemimpin berlangsung hampir satu jam. Menurut penasihat Kremlin, Yuri Ushakov, Putin menegaskan Rusia tidak akan mengabaikan tujuan militernya di Ukraina.

"Presiden kami mengatakan Rusia akan mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yaitu menghilangkan akar penyebab konflik ini," ujar Ushakov. Rusia selama ini menuntut agar Ukraina melepaskan ambisinya untuk bergabung dengan NATO, yang disebut sebagai salah satu pemicu utama konflik.

Meskipun begitu, Putin menyampaikan kepada Trump bahwa Moskow masih terbuka untuk perundingan damai. "Dia juga menyatakan kesiapan Rusia untuk terus melanjutkan proses negosiasi guna mencari solusi politik terhadap konflik ini," tambah Ushakov.

Namun demikian, selama berbulan-bulan Moskow menolak proposal gencatan senjata yang diajukan AS, sementara pasukan Rusia terus memperluas wilayah kekuasaannya di Ukraina timur dan selatan.

Zelensky di Denmark

Di tengah ketegangan diplomatik tersebut, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berada di Denmark pada Kamis untuk bertemu dengan para pejabat tinggi Uni Eropa. Dalam kunjungannya, Zelensky menekankan pentingnya memperkuat kerja sama dengan Uni Eropa dan NATO, terutama di tengah keraguan terbaru mengenai dukungan militer dari Amerika Serikat.

Kunjungan itu berlangsung beberapa hari setelah Washington mengumumkan penundaan sebagian pengiriman senjata ke Ukraina, sebuah pukulan berat bagi Kyiv yang sangat bergantung pada dukungan militer Barat.

Zelensky menegaskan kembali Ukraina selalu mendukung seruan Trump untuk "gencatan senjata tanpa syarat." Seorang pejabat tinggi Ukraina menyebutkan bahwa percakapan antara Zelensky dan Trump dijadwalkan berlangsung pada Jumat.

Sementara itu, serangan udara Rusia pada Kamis dilaporkan menewaskan sedikitnya delapan orang di wilayah Ukraina. Kyiv juga disebut tengah berupaya meminta klarifikasi dari Washington terkait dampak langsung penundaan bantuan militer yang diumumkan oleh Gedung Putih dan Pentagon.

"Kelanjutan dukungan Amerika untuk Ukraina, untuk pertahanan kami dan rakyat kami, adalah kepentingan bersama," ujar Zelensky dalam pernyataan sebelumnya.

Rusia: Hentikan Bantuan Senjata Barat

Rusia secara konsisten menyerukan kepada negara-negara Barat untuk menghentikan pengiriman senjata ke Ukraina. Kremlin juga menegaskan bahwa semua konflik di Timur Tengah seharusnya diselesaikan secara diplomatis, merespons serangan AS ke situs nuklir Iran, sekutu utama Rusia di kawasan tersebut.

Dengan situasi yang semakin kompleks dan dukungan militer dari Barat yang mulai goyah, masa depan upaya damai di Ukraina tampaknya masih jauh dari harapan. (AFP/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya