Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Didukung Netanyahu, Siapa Yasser Abu Shabab terkait ISIS di Gaza?

Ferdian Ananda Majni
07/6/2025 16:00
Didukung Netanyahu, Siapa Yasser Abu Shabab terkait ISIS di Gaza?
Warga Gaza.(Dok Al-Jazeera)

KEKUATAN bersenjata baru yang misterius muncul di Jalur Gaza selatan. Kemunculan kelompok itu memicu kekhawatiran dan kecaman dari berbagai pihak. 

Milisi ini, yang menurut laporan terdiri dari pejuang-pejuang Badui lokal, dituding memiliki keterkaitan dengan jaringan kriminal dan kelompok ekstremis ISIS. Sejumlah politisi oposisi Israel, media Arab, warga Palestina, serta lembaga kajian turut menyuarakan keprihatinan atas dugaan dukungan Israel terhadap kelompok tersebut. 

Dugaan ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai arah kebijakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Gaza, setelah ia secara terbuka mengakui adanya kerja sama dengan klan suku setempat dalam melawan Hamas.

Milisi Proksi untuk Melawan Hamas?

Menurut laporan Haaretz, pemerintah Israel diduga memasok senjata kepada kelompok yang berafiliasi dengan Yasser Abu Shabab. Tokoh ini terkait dengan klan Badui Hamashah yang memiliki pengaruh besar di Rafah. 

Kelompok bersenjata ini dikenal dengan nama Pasukan Populer dan sebelumnya menggunakan nama Unit Antiterorisme.

Kelompok ini dituduh oleh warga Palestina telah menjarah truk bantuan, bekerja sama dengan militer Israel, dan menimbulkan kekacauan dengan dalih memerangi Hamas.

Mantan Menteri Pertahanan dan anggota parlemen Israel, Avigdor Liberman, adalah pihak pertama yang mengungkap keterlibatan pemerintah dalam mendukung milisi tersebut. 

Dalam kutipan oleh Haaretz, dia menuding bahwa Netanyahu telah mempersenjatai sekelompok penjahat dan kriminal.

"Pada akhirnya, senjata-senjata ini akan digunakan untuk melawan kita," ucapnya.

Siapa Yasser Abu Shabab?

Yasser Abu Shabab dikenal sebagai sosok yang memiliki pengaruh di Rafah, meskipun ia memiliki latar belakang yang kontroversial. Haaretz menyebut bahwa ia pernah dipenjara di Gaza karena kasus pencurian dan tindak kriminal lain.

Dalam wawancara dengan The Washington Post pada November 2024, Abu Shabab tidak membantah tuduhan penjarahan bantuan. Namun ia mengklaim bahwa kelompoknya menghindari mengambil barang-barang untuk anak-anak.

Dewan Eropa untuk Hubungan Luar Negeri (ECFR) menggambarkan Abu Shabab sebagai pemimpin geng kriminal yang beroperasi di Rafah. Kelompok tersebut telah dikeluarkan dari beberapa aliansi suku karena dugaan kerja sama dengan Israel dan penjarahan bantuan kemanusiaan. 

Saudaranya dilaporkan tewas dalam operasi Hamas terhadap para penjarah konvoi bantuan.

Afiliasi dengan ISIS dan Dunia Hitam

Sumber-sumber Arab turut mengangkat aspek ideologis kelompok ini. Media Al-Araby Al-Jadeed menyebut kelompok Abu Shabab berkembang dari jaringan kriminal menjadi kelompok salafi jihadis yang terinspirasi oleh ideologi ISIS.

Laporan menyebut kelompok ini terlibat dalam penyelundupan narkoba dan senjata, termasuk melalui perbatasan Gaza dan Semenanjung Sinai Mesir, daerah yang menjadi basis operasional kelompok yang berafiliasi dengan ISIS selama bertahun-tahun.

Dalam laporan lain, Haaretz mencatat pernyataan Liberman yang mengatakan, "Kelompok Hamashah pada dasarnya adalah penjahat yang dalam beberapa tahun terakhir berupaya membangun citra ideologis dengan mengidentifikasi diri sebagai salafi jihadis dan menyatakan afiliasi dengan ISIS," katanya.

Meski kini menyebut diri sebagai kekuatan antiteror, penduduk lokal menyamakan perilaku mereka dengan kelompok kriminal terorganisasi. 

Pada Mei 2025, kelompok ini mengganti nama dari Unit Antiterorisme menjadi Pasukan Populer yang dianggap sebagai upaya untuk mengaburkan afiliasi mereka.

Tidak menampik

Pemerintah Israel tak menampik dugaan tersebut. Perdana Menteri Netanyahu membela strategi ini dan berkata kepada penyiar Kan, "Apa yang dibocorkan Liberman? Bahwa unsur keamanan mengaktifkan klan di Gaza yang menentang Hamas? Apa yang buruk dari itu? Itu hanya hal yang baik, menyelamatkan nyawa tentara Israel."

Namun, analis keamanan Michael Milshtein dari Moshe Dayan Centre menyebut keputusan ini lebih merupakan fantasi ketimbang strategi nyata.

Dalam komentarnya kepada AFP, ia menilai bahwa kelompok tersebut telah ditolak oleh para pemimpin sukunya sendiri, yang menyebut mereka kolaborator dan gangster.

Menurutnya, militer Israel memberikan senjata, uang, dan perlindungan kepada kelompok ini untuk mengganggu stabilitas wilayah kekuasaan Hamas.

Tanggapan Hamas dan Kelompok Abu Shabab

Hamas mengutuk keras kehadiran milisi ini, menyebutnya sebagai pengkhianat dan aktor di balik krisis kemanusiaan yang disengaja. 

"Kami memiliki bukti jelas ada koordinasi antara geng penjarah, kolaborator pendudukan, dan pasukan musuh itu sendiri," demikian pernyataan resmi Hamas.

Sementara itu, Pasukan Populer membantah tuduhan kerja sama dengan Israel. 

"Kami tidak pernah, dan tidak akan pernah, menjadi alat pendudukan. Senjata kami sederhana, kuno, dan kami dapatkan dari dukungan rakyat kami sendiri," kata mereka dalam suatu pernyataan.

Namun, video yang beredar di media sosial memperlihatkan para pejuang mereka mengenakan perlengkapan militer lengkap, termasuk helm dan rompi bertanda Layanan Antiteror dalam bahasa Arab dan Inggris. 

Spekulasi mencuat bahwa perlengkapan itu mungkin berasal dari pasokan militer Israel. (I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya