Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
KEKHAWATIRAN akan perang terbuka habis-habisan antara dua negara berkekuatan nuklir, India dan Pakistan, terus meningkat setelah Islamabad menuduh New Delhi ‘menyulut api’ di Kashmir dan Punjab.
Tudingan itu dilayangkan Islamabad menyusul serangan India pada Rabu (7/5) dini hari waktu setempat. Dalam serangan berjuluk ‘Operasi Sindoor’ ini, militer India membombardir sembilan lokasi di Pakistan dan wilayah Kashmir yang dikelola Pakistan dengan rudal.
Merespons serangan itu, pada pertemuan dewan keamanan nasional, Rabu (7/5), pemerintah Perdana Menteri Shehbaz Sharif telah memberikan otorisasi kepada militer Pakistan untuk mengambil tindakan guna mempertahankan kedaulatan negara, pada waktu, tempat, dan dengan cara yang dipilihnya.
Pakistan memperingatkan bahwa mereka akan membalas kematian 31 orang dalam serangan rudal angkatan udara India pada Rabu dini hari. Tekad ini makin meningkatkan kekhawatiran akan eskalasi perang terbuka antara kedua negara bersenjata nuklir tersebut.
Dalam pidato larut malam kepada rakyat pada Rabu, Sharif mengatakan, "Kami berjanji, bahwa kami akan membalas setiap tetes darah para martir tersebut."
Komentarnya muncul setelah pemerintah Pakistan menuduh India ‘memicu kebakaran hebat’ dengan serangan terhadap sembilan lokasi di Kashmir yang dikelola Pakistan dan Provinsi Punjab. Sharif mengizinkan militernya mengambil tindakan balasan yang sesuai terhadap India.
Sementara India beralasan serangan itu merupakan respons terhadap serangan militan di Kashmir yang dikelola India dua minggu lalu, yang menewaskan 25 warga India dan satu warga Nepal. India menuduh Paskistan terlibat dalam peristiwa itu, namun Islamabad membantahnya.
Harga yang Harus Dibayar
Dalam wawancara dengan Guardian di Islamabad, Wakil Perdana Menteri Pakistan Ishaq Dar - yang juga menteri luar negeri - menegaskan negaranya akan melakukan apa pun untuk mempertahankan martabatnya.
"Kami berhak memberi wewenang kepada angkatan bersenjata untuk mengambil tindakan yang tepat sebagai tanggapan - dan tindakan tersebut akan terukur, proporsional, dan bertanggung jawab," tegas Dar.
Ia menolak untuk menyebutkan jadwal serangan balasan terhadap India, tetapi mengatakan rencana tersebut akan dipimpin oleh panglima militer Jenderal Asim Munir, yang akan berkonsultasi dengan pemerintah koalisi.
"Tindakan apa yang dapat kita ambil kapan dan di mana - saya kira masih terlalu dini untuk dibahas pada tahap ini," ujar Dar. “Tidak ada waktu respons minimum atau maksimum.”
Dar bersikeras bahwa hingga saat ini, Pakistan telah menunjukkan kesabaran dan pengendalian diri yang maksimal dalam menghadapi tuduhan dan serangan India.
"Ya, ada kerugian ekonomi yang besar yang menyertai setiap perang besar. Namun, jika pertanyaannya adalah kedaulatan, integritas negara, integritas teritorial, martabat bangsa, maka tidak ada harga yang harus dibayar," katanya.
Masyarakat Internasional Diam
Dar juga mengungkapkan kekesalannya terhadap masyarakat internasional, yang sejauh ini enggan terlibat dalam pertikaian terbaru antara India dan Pakistan, selain mendesak pengekangan diri. Tawaran Pakistan untuk membantu penyelidikan independen terhadap pembunuhan turis di Kashmir tidak dijawab, katanya.
Di bawah presiden sebelumnya, Amerika Serikat (AS) dinilai sangat proaktif dalam membantu meredakan konflik antara India dan Pakistan, yang seringkali mencegah terjadinya perang habis-habisan. Namun, Dar mencatat bahwa pemerintahan AS saat ini, yang dimpimpin Donal Trump, enggan mengambil peran mediasi yang sama.
"Ya, di masa lalu presiden AS memang berperan aktif. Namun, setiap pemerintahan punya gaya kerjanya sendiri," katanya. Ia menambahkan, "Ini juga merupakan tanggung jawab masyarakat global karena segala konsekuensi dan dampak ekonomi negatif dari perang semacam itu tidak akan terbatas pada India-Pakistan. Perang ini pada akhirnya akan melintasi batas-batas internasional," imbuhnya.
Target Teroris dan Korban Sipil
Pihak berwenang Pakistan mengatakan serangan India telah menewaskan 31 orang. Sementara pihak India menyebut sedikitnya 15 warga sipil tewas akibat penembakan Pakistan.
Setelah serangan udara pada Rabu (7/5), yang menewaskan 31 orang, termasuk beberapa anak-anak, dan melukai puluhan lainnya, India mengekspresikan kegembiraan dan antusiasme yang besar, mengeklaim kemenangan atas Pakistan.
Militer India mengatakan serangan itu menargetkan teroris dan kamp pelatihan teroris dua kelompok militan, Lashkar-e-Taiba dan Jaish-e-Mohammed, yang telah lama dituduh beroperasi secara bebas di Pakistan dan terlibat dalam beberapa serangan teror paling mematikan di India.
"Kami hanya membunuh mereka yang membunuh orang-orang tak bersalah," kata Menteri Pertahanan India, Rajnath Singh. Sementara Menteri Dalam Negeri India, Amit Shah, mengatakan pemerintah bertekad untuk memberikan respons yang setimpal terhadap serangan apa pun terhadap India dan rakyatnya.
Militer India menggambarkan serangan rudal itu sebagai tidak eskalatif, proporsional, dan bertanggung jawab.
Namun Pakistan menyatakan serangan India tidak beralasan dan tidak dapat dibenarkan, telah menewaskan pria, wanita, dan anak-anak yang tidak bersalah. Islamabad juga membantah keberadaan kamp atau infrastruktur teroris di wilayah yang diserang oleh India.
Hal ini ditegaskan kembali oleh Dar, yang mengatakan, “Tidak ada kelompok teroris di wilayah yang diserang India.”
Di sisi lain, ada indikator bahwa India juga menderita kerugian dalam serangan hari Rabu, yang dilakukan oleh pesawat militer dan pesawat nirawak (drone) dari dalam wilayah udara India sendiri. Pakistan mengeklaim ada sekitar 80 jet tempur India ikut serta dalam serangan itu, dan menyatakan Islamabad berhasil melakukan pengendalian dengan menembak jatuh lima jet tempur.
Pemerintah India masih bungkam terkait semua pesawat yang dilaporkan ditembak jatuh oleh Pakistan. Tetapi puing-puing dari setidaknya tiga pesawat dilaporkan terdeteksi di wilayah Kashmir yang dikelola India dan Negara Bagian Punjab di India.
Wilayah Sengketa
Selain Kashmir, Operasi Sindoor militer India juga menyerang Punjab. Ini Untuk pertama kalinya sejak perang India-Pakistan pada tahun 1971, rudal India menyerang wilayah Punjab, provinsi yang paling penting secara politik dan militer di Pakistan, menewaskan sedikitnya 16 orang di sana.
Pada sidang parlemen hari Rabu (7/5), Bilawal Bhutto Zardari, wakil ketua Partai Rakyat Pakistan, yang berkuasa sebagai bagian dari pemerintahan koalisi, menegaskan kembali hak negara untuk mempertahankan diri dan mengatakan bahwa jawaban Pakistan terhadap serangan India ‘belum terjadi’. "Pakistan berhak menanggapi serangan ini dengan cara apa pun yang diinginkannya," tegasnya.
Kashmir, di kaki pegunungan Himalaya, telah menjadi sengketa sejak pemisahan India dan pembentukan Pakistan pada 1947. Baik India maupun Pakistan mengeklaimnya secara penuh, tetapi masing-masing mengelola sebagian wilayah tersebut, yang dipisahkan oleh salah satu perbatasan yang paling dijaga ketat di dunia, yaitu Garis Kontrol (Land of Control/LoC). LoC didasarkan pada perbatasan gencatan senjata yang ditetapkan setelah perang 1947-48. China mengelola bagian lain di timur.
India dan Pakistan telah berperang tiga kali memperebutkan Kashmir, yang terakhir pada 1999.
Menanggung Derita
Di Desa Wuyan di Kashmir yang dikelola India, warga mengaku mendengar suara benturan keras sekitar pukul 1.40 dini hari pada Rabu (7/5). "Saat saya bergegas ke jendela, saya melihat sebuah pesawat yang terbakar jatuh," kata warga bernama Adnan Ahmad, 25.
"Ada pesawat lain yang bergerak di atas pesawat yang jatuh. Pesawat itu mendarat di dekat gedung sekolah dan menghantam pohon. Terjadi beberapa ledakan dari reruntuhan pesawat yang jatuh selama sekitar satu jam," katanya.
Sejak dini hari, terjadi baku tembak hebat antara pasukan India dan Pakistan di sepanjang garis kendali. Menurut pejabat di Kashmir yang dikelola India, sedikitnya 12 warga sipil di pihak India telah tewas sejak Rabu pagi. Pakistan melaporkan bahwa sedikitnya lima orang tewas akibat penembakan di wilayah mereka.
Parvez Khan, kepala petugas medis Poonch, salah satu daerah perbatasan yang mengalami kerusakan terparah akibat penembakan lintas perbatasan, mengatakan 42 orang dirawat karena luka-luka.
"Dua saudara saya terluka parah ketika peluru mortir menghantam rumah mereka pagi ini," kata Safeer Abdullah, warga Poonch yang mengungkapkan kemarahannya atas meningkatnya ketegangan India-Pakistan. "Kami telah menanggung kekerasan ini selama beberapa generasi; nenek moyang kami menderita, dan sekarang kami juga. Setiap jam di sini terasa seperti akhir hidup bagi kami. Penembakan itu begitu hebat sehingga tidak seorang pun dalam radius 150 km dari perbatasan dapat tidur atau makan dengan layak," imbuh Safeer.
Saat penembakan terus berlanjut sepanjang hari, ribuan penduduk yang tinggal di dekat garis kontrol di sisi perbatasan India terpaksa mengungsi ke daerah yang lebih aman. Mereka menggambarkan kehidupan dalam teror di tengah apa yang mereka sebut hujan tembakan artileri yang merusak rumah-rumah, kuil Sikh, ladang pertanian, dan kendaraan.
Warga lainnya, Abdullah Khan, mengatakan dia telah dikurung di ruang bawah tanah bersama enam anggota keluarganya sejak serangan semalam. "Peluru mortir telah mendarat di sekitar kami sejak tadi malam. Meskipun banyak yang berhasil melarikan diri ke daerah yang lebih aman, kami belum menemukan kesempatan untuk melarikan diri," katanya.
Setop Eskalasi
Taruhannya tinggi untuk konfrontasi antara India dan Pakistan. Menurut penilaian Arms Control Association, masing-masing negara memiliki sekitar 170 hulu ledak nuklir. Bagi Pakistan, persenjataan itu dilihat sebagai cara untuk mencegah India — yang ekonominya jauh lebih besar — mengambil tindakan militer.
Para pemimpin duni telah bersuara, mendesak India dan Pakistan untuk menahan diri dan menyerukan penurunan ketegangan. "Dunia tidak dapat menanggung konfrontasi militer antara India dan Pakistan," kata juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. Ia mengatakan Guterres menyerukan pengekangan militer maksimum dari kedua belah pihak.
Sementara itu, AS, Inggris, China, Iran, dan Uni Emirat Arab semuanya menyerukan deeskalasi konflik yang cepat.
Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, mengatakan Inggris telah berinteraksi segera dengan kedua negara, mendorong dialog, deeskalasi, dan perlindungan warga sipil.
Presiden Trump meminta India dan Pakistan untuk menghentikan pertempuran mereka. "Saya ingin mereka berhenti. Kami berhubungan baik dengan kedua negara, hubungan kami baik, dan saya ingin mereka berhenti." (Guardian/Economic Times/BBC/B-3)
Jet tempur Angkatan Udara India (IAF) jatuh pada jam-jam awal konflik dengan Pakistan yang berlangsung pada 7-10 Mei.
Jenderal top India mengakui negaranya memang kehilangan sejumlah jet tempur selama serangan terhadap sembilan pusat teror di Pakistan dan daerah Kashmir yang dikontrol Pakistan.
Seorang pria asal Pakistan tewas ditembak Pasukan Keamanan Perbatasan India (BSF) setelah diduga melintasi perbatasan internasional secara ilegal dan mengabaikan peringatan
KONFLIK terbaru antara India dan Pakistan yang meletus pada Mei 2025 bukan sekadar pertikaian dua negara bertetangga.
INDIA dan Pakistan kembali terlibat dalam saling tuduh, kali ini terkait pengelolaan senjata nuklir. Ketegangan ini terjadi hanya beberapa hari setelah gencatan senjata
KETEGANGAN antara India dan Pakistan kembali memuncak setelah serangan teroris di Pahalgam, Kashmir India, bulan lalu, tepatnya 22 April 2025.
PARA pemimpin negara-negara anggota G7 menyerukan agar ketegangan di Timur Tengah segera diredakan. G7 menyatakan sikap bahwa Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir.
Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif mengutuk serangan India, yang terjadi pada Rabu (7/5) dini hari waktu setempat, dan berjanji bahwa Pakistan akan merespons dengan tegas.
Superkomputer tercepat di dunia, "El Capitan", resmi diluncurkan di Lawrence Livermore National Laboratory (LLNL), California, dengan biaya pembangunan US$600 juta.
Putaran baru konsultasi antara Iran dan Eropa terkait kesepakatan nuklir akan berlangsung pada 13 Januari.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved