Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Trump Beri Iran Tenggat Waktu Dua Bulan untuk Capai Kesepakatan Nuklir

Thalatie K Yani
20/3/2025 06:57
Trump Beri Iran Tenggat Waktu Dua Bulan untuk Capai Kesepakatan Nuklir
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei(Media Sosial X)

PRESIDEN Donald Trump, dalam sebuah surat kepada Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei yang berisi usulan negosiasi perjanjian nuklir baru, menegaskan Iran memiliki tenggat waktu dua bulan untuk mencapai kesepakatan, menurut sumber yang mengetahui isi surat tersebut kepada CNN.

Arahan ini muncul seiring dengan keinginan Trump untuk mencapai kesepakatan dengan Iran guna memperoleh lebih banyak kendali atas kemampuan nuklir negara tersebut. Utusan Timur Tengah Trump, Steve Witkoff, menyerahkan surat itu kepada Presiden Uni Emirat Arab, Mohamed bin Zayed Al Nahyan, saat berada di Abu Dhabi pekan lalu, kata sumber tersebut. Uni Emirat Arab kemudian meneruskan surat itu kepada pihak Iran.

“Presiden Trump dengan jelas menyampaikan kepada Ayatollah Khamenei bahwa ia ingin menyelesaikan perselisihan terkait program nuklir Iran melalui jalur diplomatik—dan dalam waktu dekat. Jika hal ini tidak memungkinkan, akan ada cara lain untuk menyelesaikan sengketa tersebut,” ujar juru bicara Dewan Keamanan Nasional, Brian Hughes, dalam pernyataan kepada CNN.

Trump juga membahas kemungkinan kesepakatan nuklir dengan Iran dalam panggilan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, menurut ringkasan percakapan dari Gedung Putih.

Ringkasan itu menyatakan Trump dan Putin “membahas secara luas tentang Timur Tengah sebagai kawasan dengan potensi kerja sama untuk mencegah konflik di masa depan. Mereka juga mendiskusikan perlunya menghentikan proliferasi senjata strategis dan akan berkoordinasi dengan pihak lain untuk memastikan penerapan yang seluas mungkin.”

“Kedua pemimpin sepakat Iran tidak boleh berada dalam posisi yang memungkinkan untuk menghancurkan Israel,” lanjut ringkasan tersebut.

Awal bulan ini, Trump mengatakan kepada Fox News bahwa “ada dua cara untuk menangani Iran: secara militer, atau dengan membuat kesepakatan. Saya lebih memilih membuat kesepakatan, karena saya tidak ingin menyakiti Iran.”

“Saya berkata, ‘Saya harap Anda akan bernegosiasi, karena itu akan jauh lebih baik untuk Iran,’ dan saya pikir mereka ingin menerima surat itu—alternatifnya, kita harus mengambil tindakan, karena kita tidak bisa membiarkan mereka memiliki senjata nuklir,” tambah Trump.

Belum jelas bagaimana respons AS jika Iran menolak untuk melakukan pembicaraan langsung terkait program nuklirnya. Namun, pejabat senior AS tidak menutup kemungkinan adanya aksi militer, baik dari AS maupun Israel, terhadap fasilitas nuklir Iran di masa depan.

Pada masa jabatan pertamanya, Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir yang dibuat pemerintahan Obama dengan Iran dan memerintahkan serangan yang dipimpin AS terhadap komandan Iran, Qasem Soleimani, yang kemudian memicu reaksi keras dari Teheran.

Memasuki masa jabatan keduanya, Trump kembali menerapkan kampanye “tekanan maksimum” terhadap Iran dalam upaya mengisolasi negara tersebut secara ekonomi dan diplomatik.

Khamenei baru-baru ini menyatakan ajakan untuk bernegosiasi oleh “negara-negara arogan” bertujuan untuk mendominasi, bukan menyelesaikan masalah.

“Desakan beberapa negara arogan untuk bernegosiasi bukanlah untuk menyelesaikan masalah, tetapi untuk mendominasi dan memaksakan keinginan mereka,” ujar Khamenei bulan ini, seperti dikutip oleh media pemerintah Iran. (CNN/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya