Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PARLEMEN Serbia berubah menjadi kekacauan, ketika anggota parlemen oposisi melempar granat asap dan gas air mata di dalam ruang sidang sebagai bentuk protes terhadap pemerintah dan dukungan bagi mahasiswa yang berdemonstrasi.
Dengan puluhan anggota parlemen berkumpul di dalam ruangan, para anggota oposisi menyalakan suar, melempar granat asap dan telur, sementara yang lain melompat dari kursi mereka untuk berkelahi dengan petugas keamanan. Saat ruangan dipenuhi asap, beberapa di antara mereka membentangkan spanduk bertuliskan: “Serbia bangkit untuk menumbangkan rezim.”
Tiga anggota Partai Progresif Serbia (SNS) yang berkuasa, termasuk seorang perempuan hamil, mengalami luka dalam keributan tersebut, dengan salah satunya mengalami stroke, menurut laporan afiliasi CNN di Serbia, N1.
Kekacauan ini menandai eskalasi dramatis dari gerakan protes yang dipimpin mahasiswa yang telah melumpuhkan negara dan menjadi ancaman terbesar bagi pemerintahan keras Presiden Aleksandar Vucic.
Krisis politik di Serbia bermula setelah kanopi di sebuah stasiun kereta di kota Novi Sad runtuh pada November lalu, menewaskan 15 orang. Tragedi ini menjadi pemicu ketidakpuasan yang telah lama terpendam terhadap 12 tahun kekuasaan Vucic. Awalnya hanya berupa aksi doa bersama bagi para korban, protes ini berkembang menjadi demonstrasi harian yang berlangsung hampir empat bulan, melibatkan berbagai lapisan masyarakat Serbia, dan meluas ke seluruh penjuru negeri Balkan itu.
Kanopi yang runtuh—yang diyakini banyak orang sebagai akibat dari pekerjaan tergesa-gesa oleh kontraktor yang tidak kompeten—telah menjadi simbol dugaan korupsi yang mengakar dalam pemerintahan Serbia.
Dalam bentrokan hari Selasa, beberapa anggota parlemen oposisi memegang papan bertuliskan “keadilan bagi yang terbunuh,” sementara massa di luar gedung parlemen mengadakan 15 menit keheningan, satu menit untuk setiap korban tragedi Novi Sad.
Pemerintahan Vucic menanggapi para demonstran dengan campuran strategi lunak dan keras. Pemerintah bergantian antara meremehkan gerakan tersebut sebagai rekayasa negara asing untuk melemahkan Serbia, dan menawarkan nada yang lebih damai dengan menjanjikan konsesi.
Parlemen Serbia pada Selasa dijadwalkan untuk mengonfirmasi pengunduran diri Perdana Menteri Milos Vucevic, yang telah mengumumkan pada Januari bahwa ia akan mundur dalam upaya meredakan ketegangan politik. Namun, para demonstran melihat langkah ini sebagai upaya presiden untuk mengalihkan kesalahan—sebuah taktik yang pernah digunakannya untuk meredam krisis sebelumnya.
"Dengan Perdana Menteri mengundurkan diri, para demonstran mengatakan, 'Tidak, tidak, tidak, ini tidak cukup. Kami tidak akan tertipu lagi,’” kata Engjellushe Morina, peneliti senior di Dewan Hubungan Luar Negeri Eropa, kepada CNN saat itu.
Vucevic kemudian mengunjungi rumah sakit untuk menjenguk Jasmina Obradovic, anggota parlemen yang mengalami stroke. Dalam unggahan di media sosial, Vucevic mengatakan bahwa baik Obradovic maupun negara ini akan "melewati cobaan ini."
Parlemen Serbia pada Selasa sebenarnya dijadwalkan untuk membahas 62 agenda, termasuk pemungutan suara terkait pemecatan Ketua Parlemen Ana Brnabic.
Brnabic menegaskan bahwa parlemen Serbia “tidak akan mundur” setelah insiden tersebut dan menyebut para anggota parlemen yang mengacaukan sidang sebagai “teroris.” Sidang sempat mencoba dilanjutkan, tetapi anggota parlemen oposisi terus meniup peluit dan membunyikan klakson sebagai bentuk protes. (CNN/Z-2)
Unjuk rasa tersebut merupakan reaksi terhadap operasi penangkapan besar-besaran yang dilakukan Lembaga Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) terhadap para migran tidak berdokumen.
Wakil Gubernur California, Eleni Kounalakis, berencana mengajukan gugatan hukum atas keputusan Presiden Donald Trump yang mengerahkan Garda Nasional.
Penegak hukum di Los Angeles bersiap menghadapi malam yang penuh ketegangan usai demonstrasi terkait penggerebekan imigrasi.
Wali Kota LA, Karen Bass, mengatakan tidak ada kebutuhan menurunkan pasukan federal dan kehadiran Garda Nasional menciptakan kekacauan yang disengaja.
LAPD menyatakan unjuk rasa di luar Pusat Penahanan Metropolitan sebagai perkumpulan ilegal dan mengizinkan penggunaan peluru tak mematikan.
Penyidik mengatakan Mohammed Sabry Soliman merencanakan pelemparan bom molotov ke demonstran pawai untuk sandera Israel, selama satu tahun.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved