Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
PRESIDEN AS Donald Trump turun tangan membela Elon Musk dari gelombang kritik yang berkembang di dalam pemerintahannya sendiri. Sejumlah anggota kabinetnya meminta pegawai federal AS untuk mengabaikan perintah Musk agar mereka mengirim email yang menjelaskan pekerjaan mereka dalam sepekan terakhir.
Presiden AS tersebut merasa perlu bertindak setelah muncul tanda-tanda perpecahan internal akibat dampak kebijakan Musk melalui "Departemen Efisiensi Pemerintah" (Doge). Trump sebelumnya memberikan wewenang kepada Musk untuk melakukan pemecatan massal di lingkungan pegawai federal serta mengurangi pemborosan dan korupsi yang dianggap berlebihan.
Beberapa pejabat kabinet baru, termasuk Direktur FBI Kash Patel dan Direktur Intelijen Nasional Tulsi Gabbard, meminta para staf untuk tidak menuruti perintah Musk yang mewajibkan mereka mengirim laporan kerja mingguan sebelum tengah malam Senin, dengan ancaman pemecatan.
Sejumlah departemen pemerintah lainnya ikut menentang kebijakan ini. Kantor Manajemen Personalia (OPM) mengeluarkan pernyataan yang menyarankan pegawai untuk merespons permintaan tersebut, tetapi menghapus ancaman pemecatan. OPM juga memberi wewenang kepada pimpinan lembaga untuk mengecualikan staf tertentu dari kewajiban tersebut.
Dengan Musk yang terancam kehilangan kredibilitas dan otoritas, Trump menggunakan pertemuannya dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Gedung Putih pada Senin untuk menyatakan dukungan.
"Apa yang dia lakukan hanyalah bertanya: 'Apakah Anda benar-benar bekerja?'" kata Trump. "Jika Anda tidak menjawab, Anda mungkin dipecat karena banyak orang tidak menjawab, dan itu karena mereka bahkan tidak benar-benar bekerja untuk pemerintah."
Musk sebelumnya mengeluarkan perintah ini setelah Trump memuji kinerjanya dalam Doge dan mendesaknya untuk bersikap "lebih agresif".
Namun, beberapa lembaga intelijen seperti FBI, CIA, dan Badan Keamanan Nasional (NSA) menolak perintah tersebut dengan alasan pegawai mereka berisiko membocorkan informasi rahasia jika mematuhi instruksi Musk.
Perlawanan juga datang dari Departemen Keamanan Dalam Negeri dan Pentagon, yang keduanya dipimpin oleh loyalis Trump, Kristi Noem dan Pete Hegseth. Departemen Kehakiman juga meminta stafnya untuk tidak mematuhi perintah tersebut karena "sifat sensitif dan rahasia" dari pekerjaan mereka.
Departemen Kesehatan dan Layanan Sosial (DHSS), yang dipimpin Robert F. Kennedy Jr., meminta pegawainya untuk memberikan jawaban yang samar jika tetap ingin merespons. "Anggaplah apa pun yang Anda tulis akan dibaca oleh aktor asing yang bermaksud jahat dan sesuaikan jawaban Anda," tulis mereka dalam email kepada staf.
Salah satu bentuk perlawanan paling mencolok terjadi di Departemen Perumahan dan Pembangunan Perkotaan (HUD). Layar-layar televisi di kantor mereka menampilkan gambar AI yang tampak menggambarkan Trump mencium kaki Musk secara berulang, dengan teks "Hidup Raja Sejati" terpampang di layar.
Insiden ini memperkuat atmosfer pemberontakan di berbagai lembaga pemerintah, di tengah gelombang gugatan hukum yang mempertanyakan legalitas kebijakan Doge.
"Ini adalah pemberontakan penuh," ujar Doug Holtz-Eakin, presiden American Action Forum, kepada Washington Post. "Tujuan Doge adalah merestrukturisasi lembaga agar lebih efektif, tetapi para kepala departemen ingin menjalankan lembaga mereka sendiri dan mereka menolak pemotongan anggaran besar-besaran yang dilakukan oleh tim Musk."
Meskipun menghadapi perlawanan keras, Musk tetap mempertahankan pendiriannya. Menanggapi dukungan Trump, ia kembali mengancam pegawai federal dengan pemecatan.
"Atas kebijakan Presiden, mereka akan diberi kesempatan kedua. Jika masih tidak merespons, mereka akan dipecat," tulis Musk di platform media sosial miliknya, Twitter/X, pada Senin.
Di unggahan lainnya, Musk mengejek reaksi negatif terhadap kebijakannya. "Absurd sekali, hanya email lima menit saja bisa menimbulkan kegaduhan seperti ini! Ada sesuatu yang sangat salah," tulisnya.
Serikat pekerja American Federation of Government Employees (AFGE), yang mewakili sekitar 800.000 pegawai federal, mengecam langkah Musk sebagai taktik intimidasi untuk membuat pekerja mengundurkan diri.
"Jika kami harus mengomentari setiap hal konyol yang dikatakan Elon Musk, kami tidak akan pernah bisa bekerja," kata juru bicara AFGE, Brittany Holder. "AFGE akan menentang setiap tindakan disipliner, pemecatan, atau balas dendam yang tidak sah terhadap anggota kami dan pegawai federal di seluruh negeri."
Elon Musk menuding Apple memihak ChatGPT di App Store. Ia bahkan berjanji akan membawa masalah ini ke ranah hukum.
Elon Musk kembali memicu kontroversi setelah secara terbuka mengakui telah menggunakan jasa boosting dalam permainan Path of Exile 2 dan Diablo 4.
PEMILIK media sosial X (dulu Twitter), Elon Musk, mengatakan bahwa pihaknya menemukan arsip video untuk aplikasi video pendek Vine, yang diduga telah dihapus.
Sebuah teknologi inovatif muncul dari bayang-bayang lab X Alphabet. Solusi internet berbasis laser Taara merevolusi konektivitas dengan kecepatan yang membuat Starlink milik Elon Musk
Tiongkok berhasil uji coba chip otak Beinao-1 pada pasien ALS, menandingi Neuralink milik Elon Musk.
Pentagon tanda tangani kontrak senilai US$200 juta dengan xAI milik Elon Musk.
Pemerintahan Trump mengumumkan pemangkasan hampir 50% pegawai Departemen Pendidikan AS, yang berdampak pada sekitar 2.100 pekerja mulai 21 Maret.
Pengadilan Banding Sirkuit DC mengabulkan permintaan Presiden Donald Trump untuk memecat Hampton Dellinger, kepala Office of Special Counsel (OSC).
Pemerintahan Donald Trump melanjutkan rencana PHK besar-besaran di berbagai lembaga federal sebagai bagian dari upaya merampingkan birokrasi.
Administrasi Jaminan Sosial (SSA) mengumumkan penutupan Kantor Hak Sipil dan Kesetaraan Kesempatan, dengan alasan efisiensi dan penghapusan fungsi yang dianggap redundan.
Presiden Donald Trump menyebut perintah menghitung ulang jam kerja sebagai “agak sukarela,” meskipun ia kemudian menegaskan mereka yang tidak merespons akan dipecat.
Sebanyak 21 staf teknologi dari United States Digital Service (USDS), yang kini menjadi bagian dari Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE), mengundurkan diri sebagai bentuk protes.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved