Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Massa di Kongo Mengamuk, Sasar Kantor PBB dan Kedubes

Irvan Sihombing
29/1/2025 13:30
Massa di Kongo Mengamuk, Sasar Kantor PBB dan Kedubes
Ilustrasi Warga Kongo berbondong-bondong mengungsi.(Anadolu)

MASSA aksi unjuk rasa mengamuk di ibu kota Kinshasa, Kongo, pada Selasa (28/1) waktu setempat. Demonstran membakar area di luar kantor PBB serta menargetkan beberapa kedutaan. Mereka bahkan mulai menjurus pada upaya penjarahan.

Demikian keterangan juru bicara PBB, Stephane Dujarric, dalam konferensi pers seperti dikutip Anadolu, Rabu (29/1) WIB. Para pengunjuk dilaporkan rasa menyasar kantor-kantor organisasi PBB, kedutaan, dan lokasi lain di ibu kota Kinshasa.

“Demonstran membakar area di luar kantor PBB, baik yang terkait dengan penjaga perdamaian atau sejumlah badan PBB lainnya, serta menargetkan beberapa kedutaan. Penjarahan juga telah dilaporkan terjadi di Kinshasa," ujar Dujarric.

Atas meletusnya peristiwa kekerasan itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres langsung menelepon Presiden Republik Demokratik Kongo Felix Tshisekedi dan Presiden Rwanda Paul Kagame melalui dua panggilan telepon terpisah.

"Jelas, mereka membahas situasi yang sedang berlangsung di bagian timur Republik Demokratik Kongo dalam pembicaraannya dengan Presiden Kagame, ada juga penekanan khusus pada perlindungan warga sipil di wilayah tersebut," imbuhnya.

Dujarric menambahkan, penyelesaian krisis di Kongo akan membutuhkan waktu dan komitmen terhadap solusi politik. "Krisis di bagian timur Kongo telah berlangsung selama beberapa dekade. Ini tidak akan bisa diselesaikan dalam 24 jam," ucap dia.

Mengutip Proses Luanda sebagai kerangka kerja yang menjanjikan, ia mengatakan: "Ada berbagai proses yang telah kita lihat, terutama Proses Luanda yang telah menunjukkan kemajuan. Kami ingin melihat para pihak berkomitmen kembali pada proses itu."

Dibentuk pada tahun 2022, Proses Luanda bertujuan untuk meredakan ketegangan dan menemukan perdamaian abadi antara DRC dan Rwanda.

Sebelumnya, kelompok pemberontak M23, yang diduga didukung oleh Rwanda, mengeklaim telah menguasai kota Goma di bagian timur pada Senin (27/1), Bahkan, M23 berhasil menguasai bandara di Kota Goma pada Selasa (28/1). Sementara itu, pemerintah Kinshasa mengeklaim adanya kehadiran pasukan Rwanda.

Setidaknya 25 orang telah tewas di Goma dan sembilan lainnya di Rwanda. Ratusan orang terluka dalam bentrokan yang masih berlangsung.
Warga setempat mengatakan baik pasukan pemerintah maupun pemberontak menguasai sebagian kota yang berpenduduk 3 juta jiwa, termasuk para pengungsi dari wilayah setempat.

Juru bicara Badan Pengungsi PBB (UNHCR), Matthew Saltmarsh, pada Selasa (28/1), mengatakan lebih dari 500 ribu orang baru-baru ini mengungsi di wilayah timur dari Republik Demokratik Kongo (DRC) akibat gerakan pemberontakan bersenjata. (Ant/P-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irvan Sihombing
Berita Lainnya