Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Militer Israel Luncurkan Operasi Besar di Jenin, Tewaskan 10 Warga Palestina

Thalatie K Yani
22/1/2025 07:58
Militer Israel Luncurkan Operasi Besar di Jenin, Tewaskan 10 Warga Palestina
Pada 20 Januari, militer Israel meluncurkan "operasi militer skala besar" di Jenin, Tepi Barat, yang menewaskan sedikitnya 10 warga Palestina, termasuk seorang anak.(Media Sosial X)

MILITER Israel membunuh sedikitnya 10 warga Palestina, termasuk seorang anak, di Tepi Barat yang diduduki, Selasa, saat perdana menteri negara itu mengumumkan dimulainya "operasi militer skala besar" di kota Jenin. Dua hari setelah gencatan senjata Gaza diberlakukan.

Kabinet keamanan Israel meluncurkan serangan militer untuk "memberantas terorisme di Jenin," kata Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam sebuah pernyataan. Operasi ini disebut "Iron Wall," tambahnya.

Sebagai tanggapan, Hamas mengeluarkan pernyataan yang menyerukan “rakyat di Tepi Barat dan pemuda revolusionernya untuk bergerak dan meningkatkan perlawanan terhadap tentara pendudukan di semua titik kontak dengan mereka.”

Badan berita Palestina Wafa melaporkan pesawat tempur Israel menyerang Jenin dan pasukan Israel, termasuk penembak jitu dan kendaraan lapis baja, mengepung kamp pengungsi di kota tersebut dan mencegah ambulans memasuki area itu.

Video dari jurnalis lokal menunjukkan sejumlah besar kendaraan lapis baja, termasuk buldoser, memasuki Jenin. Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan sedikitnya 10 orang, sembilan pria dan seorang remaja, terbunuh dan 40 lainnya terluka di kota tersebut.

Belum jelas apakah yang terbunuh adalah warga sipil atau terlibat dalam pertempuran dengan pasukan Israel. Video dari lokasi kejadian tampaknya menunjukkan setidaknya dua dari mereka adalah warga sipil yang tampak tidak bersenjata. Penduduk setempat mengatakan kepada CNN, seorang pria yang ditembak dan kemudian dinyatakan meninggal di rumah sakit Jenin adalah warga sipil.

Sayap bersenjata Jihad Islam Palestina, Brigade Al Quds, mengatakan para pejuangnya menembaki pasukan Israel yang maju di sekitar kamp pengungsi.

Jihad Islam mengatakan operasi militer Israel ini adalah upaya Netanyahu untuk menyelamatkan "koalisi pemerintahnya yang goyah" dan merusak "kebahagiaan" setelah para tahanan Palestina dibebaskan di Tepi Barat sebagai bagian dari gencatan senjata Gaza.

“Kami menyerukan kepada rakyat kami di seluruh Tepi Barat yang diduduki untuk menghadapi kampanye kriminal ini dengan segala cara, menggagalkan tujuannya, dan mengkonsolidasikan kekalahan musuh dalam menundukkan kehendak rakyat kami di Tepi Barat dan Gaza,” kata kelompok militan tersebut dalam sebuah pernyataan.

Serangan terbaru ini terjadi setelah militer Israel melakukan operasi militer besar-besaran dan mematikan di Tepi Barat utara pada bulan Agustus dan September. Kampanye tersebut disebut “Operasi Summer Camps.”

Tujuan ‘perang’ baru

Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich, seorang nasionalis sayap kanan yang menentang gencatan senjata Gaza, mengatakan dalam sebuah pernyataan, Selasa, keamanan di Tepi Barat telah dimasukkan dalam “tujuan perang” negara itu. CNN  meminta konfirmasi dari Kantor Perdana Menteri mengenai klaim tersebut.

“Setelah Gaza dan Lebanon, hari ini, dengan bantuan Tuhan, kami mulai mengubah konsep keamanan di Yudea dan Samaria dan dalam kampanye untuk memberantas terorisme di wilayah ini,” katanya, menggunakan nama alkitabiah yang digunakan orang Israel untuk merujuk Tepi Barat.

Smotrich sebelumnya pernah mempertimbangkan untuk mundur dari pemerintah Israel terkait dengan gencatan senjata Gaza. Namun memutuskan untuk tetap bertahan di kabinet setelah mengatakan ia mendapat jaminan dari Netanyahu tentang komitmennya untuk melanjutkan operasi militer Israel.

Terjadi lonjakan signifikan dalam kekerasan di Tepi Barat yang diduduki sejak gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera antara Israel dan Hamas diberlakukan pada Minggu.

Pada Senin, Kepala Staf Angkatan Darat Israel (IDF) yang akan segera keluar, Herzi Halevi, mengatakan militer "harus siap untuk operasi signifikan" di Tepi Barat yang diduduki.

Kantor Hak Asasi Manusia PBB (OHCHR) di Ramallah mengatakan pada Senin, mereka "terkejut" dengan gelombang kekerasan baru yang dilakukan pemukim Israel dan pasukan keamanan di Tepi Barat.

Pasukan keamanan Israel menembak dan membunuh seorang anak Palestina berusia 14 tahun yang diduga tidak bersenjata, Minggu, kata OHCHR dalam sebuah pernyataan pada hari Senin.

OHCHR mengatakan “puluhan pemukim” menyerbu beberapa kota Palestina, Minggu, membakar rumah dan kendaraan, memblokir jalan, dan melemparkan batu.

Serangan terus berlanjut, Senin, kata penduduk Al-Funduq, sebuah kota di timur Qalqilya, kepada CNN. Mereka mengatakan sekelompok besar pemukim bersenjata membakar kendaraan dan toko di kota tersebut, melempar batu dan menembak ke arah rumah sebelum bergerak ke desa terdekat di mana mereka membakar dua traktor dan sebuah pembibitan tanaman, serta merusak sebuah rumah.

Komunitas internasional telah lama mengutuk kekerasan pemukim yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir dan sebagian besar tidak dihukum.

AS, di bawah pemerintahan Biden, menjatuhkan sanksi terhadap beberapa pemukim Israel yang diduga bertanggung jawab atas kekerasan mematikan, namun sanksi tersebut kini telah dicabut, dengan keputusan untuk melakukannya termasuk dalam sejumlah perintah eksekutif yang ditandatangani Presiden AS Donald Trump setelah dilantik Senin. 

Keesokan harinya, calon duta besar AS untuk PBB, Perwakilan Republik Elise Stefanik dari New York, mengatakan ia setuju dengan pandangan sejumlah politisi sayap kanan di Israel bahwa Israel memiliki “hak alkitabiah” untuk mencaplok Tepi Barat.

Pemukiman Yahudi di Tepi Barat dianggap ilegal menurut hukum internasional dan pengadilan tertinggi PBB mengatakan pada Juli, kehadiran Israel di Tepi Barat dan Yerusalem Timur adalah ilegal.

Mengenai gelombang kekerasan terbaru ini, kelompok hak asasi manusia Israel B'Tselem mengatakan “pemukim, didukung, dikawal, dan dengan kerja sama penuh (dari) tentara Israel,” menyerang komunitas Palestina di Tepi Barat. Badan berita Palestina Wafa melaporkan serangan pemukim di beberapa bagian wilayah tersebut.

IDF mengatakan mereka dan polisi menanggapi laporan kerusuhan di Al-Funduq pada Senin dan dua pemukim ditembak polisi selama respons tersebut, menurut sebuah pernyataan dari polisi.

Layanan darurat Israel, Magen David Adom (MDA), mengatakan mereka merawat dua korban, satu dalam "kondisi kritis" dan satu lagi dalam "kondisi serius." Kedua pasien mengalami "cedera tembus" dan dievakuasi ke rumah sakit Meir, menurut MDA.

Pernyataan bersama dari beberapa komandan Israel mengatakan pada Selasa, penyelidikan awal menunjukkan "puluhan warga sipil Israel, beberapa di antaranya mengenakan masker, tiba di area Al-Funduq, memicu kerusuhan, membakar properti, dan menyebabkan kerusakan."

Respon IDF terhadap serangan pemukim di Al-Funduq memicu lebih banyak kekerasan, Selasa. Polisi mengatakan 17 orang ditangkap dan tiga petugas polisi terluka selama protes terkait penembakan pemukim tersebut.

Pasukan Israel dan pemukim telah membunuh sedikitnya 851 warga Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem Timur yang diduduki sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, termasuk 173 anak-anak. Sementara itu, 2024 merupakan tahun ketiga dengan jumlah korban jiwa terbanyak bagi Israel di Tepi Barat sejak pengumpulan data dimulai pada 2008, menurut PBB, yang mencatat 34 warga Israel tewas – 15 tentara dan 19 warga sipil. Dari warga sipil tersebut, tujuh di antaranya adalah pemukim. (CNN/Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya