Headline
Sebaiknya negara mengurus harga barang dulu.
BELASAN mantan pejabat keamanan senior Israel mengeluarkan pesan video bersama pada Minggu (3/8), menyerukan diakhirinya perang di Gaza. Pesan tersebut menyatakan bahwa Israel telah mengalami lebih banyak kerugian daripada kemenangan, dan bahwa pertempuran telah berlarut-larut karena alasan politik, alih-alih kebutuhan militer strategis.
Di antara 19 pensiunan kepala staf IDF, kepala intelijen, direktur Shin Bet dan Mossad, serta komisaris polisi yang mendukung klip tersebut adalah mantan perdana menteri sekaligus kepala IDF Ehud Barak, mantan kepala staf IDF Moshe Ya'alon dan Dan Halutz; mantan direktur Shin Bet Nadav Argaman, Yoram Cohen, Ami Ayalon, Yaakov Peri, dan Carmi Gillon; mantan kepala Mossad Tamir Pardo, Efraim Halevy, dan Danny Yatom; serta mantan komisaris Kepolisian Israel Dudi Cohen, Moshe Karadi, Rafi Peled, dan Assaf Hefetz.
Banyak dari mereka yang ditampilkan dalam video tersebut sebelumnya mengkritik Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan penanganan perang oleh koalisi, demikian The Times of Israel melaporkan.
Laporan terpisah oleh Middle East Eye menyebutkan mereka juga mengumumkan telah mengirimkan surat, yang ditandatangani oleh 550 mantan pejabat keamanan, kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang memintanya untuk menekan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu terkait masalah ini.
“Hentikan Perang Gaza! Atas nama (Komandan Keamanan Israel), kelompok terbesar mantan jenderal IDF (Tentara Israel) Israel dan setara dengan Mossad, Shin Bet, Kepolisian, dan Korps Diplomatik, kami mendesak Anda untuk mengakhiri perang Gaza," bunyi surat itu. “Anda melakukannya di Lebanon. Saatnya melakukannya di Gaza juga.”
Para penandatangan surat tersebut mencakup lima mantan kepala Shin Bet—Ami Ayalon, Nadav Argaman, Yoram Cohen, Yaakov Peri, dan Carmi Gillon—serta tiga mantan kepala staf militer, termasuk mantan Perdana Menteri Ehud Barak, dan mantan Menteri Pertahanan Moshe Yaalon.
Surat tersebut menyebutkan penderitaan para tawanan Israel di Gaza, yang bersama dengan warga Palestina menderita akibat blokade bantuan Israel yang diberlakukan, sebagai alasan utama untuk mengakhiri pertempuran.
“Menurut penilaian profesional kami, Hamas tidak lagi menjadi ancaman strategis bagi Israel, dan pengalaman kami menunjukkan Israel memiliki semua yang diperlukan untuk menghadapi sisa kemampuan terornya, baik dari jarak jauh maupun dengan cara lain,” kata mereka.
“Memburu para pejabat senior Hamas yang tersisa dapat dilakukan nanti. Para sandera kita tidak bisa menunggu.”
Sekitar 50 tawanan yang ditawan selama serangan Hamas ke Israel selatan pada Oktober 2023 diperkirakan masih ditahan di Gaza, termasuk 30 orang yang diyakini telah tewas.
Sementara itu, setidaknya 180 orang, termasuk 93 anak-anak, telah meninggal dunia akibat kekurangan gizi di Jalur Gaza sejak Oktober 2023 akibat kebijakan kelaparan Israel.
Secara keseluruhan, pasukan Israel telah membunuh lebih dari 60.000 warga Palestina di Gaza sejak perang dimulai, termasuk lebih dari 18.000 anak-anak. (B-3)
Portman membagikan konten yang menampilkan para demonstran di Tel Aviv yang menuntut diakhirinya perang di Gaza dan pengembalian tawanan Israel yang ditahan di Gaza.
Presiden AS Donald Trump dan PM Israel Benjamin Netanyahu bahas perkembangan perang di Gaza.
Puan diundang pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia sekaligus Kepala Negara Vatikan, Paus Fransiskus, untuk menghadiri World Leaders Summit on Children's Rights.
Amerika Serikat (AS) bakal mengeluarkan kebijakan penjualan senjata ke Israel. AS bakal menjual senjata senilai US$8 miliar (setara Rp129 triliun) untuk membantu Israel dalam perang di Gaza.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved