Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Natal di Betlehem, Perekonomian Kota Kelahiran Yesus Terguncang akibat Serangan Israel ke Gaza

Ferdian Ananda Majni
25/12/2024 09:45
Natal di Betlehem, Perekonomian Kota Kelahiran Yesus Terguncang akibat Serangan Israel ke Gaza
Peta Kota Betlehem, tempat kelahiran Yesus. Natal di Betlehem tahun ini sepi dampak serangan Israel ke Gaza.(Dok. Britannica)

KOTA Betlehem merayakan Natal dalam suasana muram tahun ini. Serangan Israel ke Gaza membuat perayaan Natal di Betlehem, kota kelahiran Yesus tersebut, menjadi lebih sepi. Tak nampak banyak para wisatawan atau peziarah yang datang seperti tahun-tahun sebelumnya.

Berbagai perayaan Natal juga dibatalkan sebagai wujud kepedulian pada apa yang terjadi pada umat Kristiani di Gaza.

Pembatalan perayaan Natal di Betlehem merupakan pukulan telak bagi perekonomian kota tersebut. Padahal sudah menderita akibat pembatasan di bawah pendudukan Israel.

Pariwisata menyumbang sekitar 70% pendapatan Betlehem atau hampir semuanya berasal dari musim Natal.

Wali Kota Salman mengatakan pengangguran di kota tersebut berkisar sekitar 50% atau lebih tinggi dari 30% pengangguran di seluruh wilayah Tepi Barat.

Perekonomian kota yang sempat terpuruk selama pandemi kini terperosok lebih parah akibat konflik yang berkepanjangan. Bethlehem, meskipun menjadi pusat penting dalam sejarah agama Kristen, memiliki jumlah umat Kristen yang relatif kecil di antara penduduk Palestina.

Dari sekitar 14 juta orang yang tinggal di Tanah Suci, hanya sekitar 182.000 yang beragama Kristen di Israel, sekitar 50.000 di Tepi Barat dan Yerusalem, serta 1.300 di Gaza.

Tetapi kota ini tetap menjadi simbol besar bagi umat Kristiani di seluruh dunia, yang datang berziarah ke tempat kelahiran Yesus setiap tahunnya.

Namun, dampak dari perang yang melanda Gaza tidak hanya dirasakan oleh kota ini, tetapi juga oleh wilayah sekitarnya.

Salah satu efek yang paling jelas adalah penurunan drastis jumlah wisatawan yang datang ke Bethlehem dan kawasan suci lainnya

Mohammad Awad, 57, telah berjualan kopi selama lebih dari 25 tahun di kaki Masjid Omar, yang terletak tepat di seberang gereja terkenal di kota itu.

"Bisnis berjalan baik sebelum perang, tetapi sekarang tidak ada seorang pun," kata penjual itu.

"Saya berharap perang di Gaza akan segera berakhir dan wisatawan akan kembali," sebutnya.

Kekerasan Israel terhadap warga Palestina, baik dari pemukim maupun pasukan militer telah meningkat di seluruh Tepi Barat yang diduduki sejak perang di Gaza pecah, tetapi wilayah Betlehem sebagian besar tetap kondusif.

Sejak serangan pada 7 Oktober 2023 yang memicu perang, akses ke dan dari Bethlehem dan kota-kota Palestina lainnya telah dibatasi.

Pos-pos pemeriksaan militer Israel menyebabkan antrean panjang kendaraan yang ingin melewati batas.

Pembatasan setelah perang juga telah mencegah sekitar 150.000 warga Palestina meninggalkan wilayah itu untuk bekerja di Israel, yang menyebabkan ekonomi di sana menyusut hingga 25%. (Z-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya