Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
SEKRETARIS Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan negara-negara anggota tentang Libanon yang menjadi Gaza lain di tengah meningkatnya ketegangan dengan Israel. Menyoroti transformasi epik yang tengah dihadapi dunia, Guterres menyampaikan pidato di hadapan negara-negara anggota selama pembukaan Sidang Umum PBB ke-79 di kantor pusat New York.
"Dunia kita sedang mengalami pusaran angin. Kita berada di era transformasi dahsyat menghadapi tantangan yang belum pernah kita lihat sebelumnya tantangan yang menuntut solusi global," kata Guterres, seraya menambahkan bahwa perpecahan geopolitik terus bertambah dalam, dilansir Anadolu, Rabu (25/9).
Menyoroti pemanasan global, Sekjen PBB mengatakan bahwa perang berkecamuk tanpa ada petunjuk bagaimana akan berakhir. Ia menggarisbawahi ancaman postur nuklir dan senjata baru menimbulkan bayangan gelap.
Baca juga : UNICEF: Anak-anak Libanon Hadapi Bencana Buatan Israel
"Kita sedang bergerak maju ke arah yang tak terbayangkan, ke titik di mana bencana bisa melanda dunia," katanya.
Guterres mendasarkan pidatonya pada dua kenyataan utama bahwa keadaan global saat ini tidak berkelanjutan dan tantangan yang dihadapi dunia dapat dipecahkan.
"Tingkat impunitas di dunia tidak dapat dipertahankan secara politik dan tidak dapat ditoleransi secara moral," tegasnya, sambil menyesalkan banyaknya pemerintah yang merasa berhak mengabaikan hukum internasional, konvensi hak asasi manusia, dan resolusi PBB.
Baca juga : Hizbullah Balas Serangan Israel yang Tewaskan 558 Orang di Libanon
"Mereka dapat menyerbu negara lain, menghancurkan seluruh masyarakat, atau sama sekali mengabaikan kesejahteraan rakyatnya sendiri. Dan tidak akan terjadi apa-apa," katanya, seraya mencatat bahwa "impunitas" dapat dilihat di Timur Tengah, Eropa, Afrika, dan sekitarnya.
Mengenai Timur Tengah, Guterres mengamati bahwa Gaza adalah mimpi buruk yang tak pernah berakhir yang mengancam seluruh wilayah. Tidak usah mencari lebih jauh lagi selain Libanon. Ia mengatakan semua negara harus waspada terhadap eskalasi antara Libanon dan Israel.
"Libanon berada di ambang kehancuran. Rakyat Libanon, rakyat Israel, dan rakyat dunia tidak mampu membiarkan Libanon menjadi seperti Gaza," katanya.
Baca juga : Pemimpin Dunia Cegah Perang Meluas, Hizbullah Siap Hadapi Israel
Ia mengecam hukuman kolektif terhadap warga Palestina, menegaskan kembali tuntutannya untuk gencatan senjata segera dan dimulainya solusi dua negara.
"Kecepatan dan skala pembunuhan dan penghancuran di Gaza tidak pernah terjadi sebelumnya selama saya menjabat sebagai sekretaris jenderal. Lebih dari 200 staf kami sendiri telah terbunuh, banyak di antaranya bersama keluarga mereka," katanya.
Guterres membandingkan kekacauan global saat ini dengan ketegangan yang lebih terstruktur pada era Perang Dingin.
"Terlepas dari semua bahayanya, Perang Dingin memiliki aturan. Ada jalur komunikasi langsung, jalur merah, dan pagar pembatas," katanya, tetapi sekarang, dunia berada dalam "api penyucian polaritas" dengan banyak negara bertindak tanpa pertanggungjawaban karena tidak adanya tatanan dunia yang stabil. (I-2)
SEDIKITNYA enam orang tewas dan 10 lainnya terluka pada Kamis (7/8) akibat serangan pesawat nirawak Israel di Libanon timur.
PEMERINTAH Libanon dijadwalkan kembali menggelar rapat pada Kamis (7/8) waktu setempat untuk membahas langkah sensitif terkait pelucutan senjata Hizbullah.
ISRAEL melancarkan serangkaian serangan udara di Nabatieh di Libanon selatan pada Kamis malam (3/7).
PEMERINTAH Israel menyatakan kesediaannya untuk menjajaki perdamaian dengan Suriah.
Houthi mengumumkan telah meluncurkan rudal balistik Zulfiqar yang menargetkan sebuah lokasi "sensitif" di Israel selatan. Serangan itu diklaim telah berhasil mengenai sasarannya.
SEKRETARIS Jenderal Hizbullah, Naim Qassem, menyatakan pada Sabtu (28/6) bahwa kelompoknya tidak akan meletakkan senjata selama Israel terus melakukan serangan di Libanon selatan.
PERDANA Menteri Denmark Mette Frederiksen, pemegang presidensi Uni Eropa mempertimbangkan opsi sanksi maupun bentuk tekanan lain terhadap Israel atas serangan di Gaza
RIBUAN warga Palestina terpaksa meninggalkan lingkungan Zeitoun di selatan Kota Gaza, setelah beberapa hari serangan udara dan operasi militer Israel
Spekulasi soal posisi RI dalam isu Gaza menguat setelah Presiden Prabowo Subianto dianggap terlalu dominan dalam mengendalikan arah diplomasi.
Indonesia didorong untuk melakukan tindakan yang tegas dalam mendukung Palestina tidak hanya sekedar pernyataaan-pernyataan dukungan.
Israel disebut tengah berunding dengan lima negara, termasuk Indonesia, untuk menerima warga Gaza
Bersama dengan Satgas Garuda Merah Putih II, BAZNAS menyiapkan 80 ton bantuan pangan yang akan dikirim melalui jalur airdrop ke Gaza melalui Yordania dan Mesir.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved