Pemimpin Dunia Cegah Perang Meluas, Hizbullah Siap Hadapi Israel

ISRAEL dan Hizbullah sama-sama mengancam akan meningkatkan serangan lintas batas mereka meskipun ada desakan internasional agar kedua belah pihak mundur dari ambang perang habis-habisan. 

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Israel telah melakukan serangkaian serangan terhadap Hizbullah yang tidak pernah mereka bayangkan. Sementara Wakil ketua Hizbullah, Naim Kassem, mengatakan pihaknya berada pada fase baru dalam pertempurannya melawan Israel.

Pernyataan keduanya disampaikan setelah serangan ke wilayah Israel utara dan menyebabkan kerusakan di wilayah Haifa. "Tidak ada negara yang bisa menoleransi serangan terhadap warganya," kata Netanyahu.

Baca juga : Serangan Darat Israel ke Libanon Segera Diluncurkan

Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengatakan tindakan militer akan terus berlanjut sampai mereka memastikan kembalinya komunitas utara Israel ke rumah mereka dengan aman. "Ini tujuan kami. Ini misi kami dan kami akan menggunakan cara-cara yang diperlukan untuk mencapainya," sebutnya.

Panglima Angkatan Darat Letnan Jenderal Herzi Halevi berjanji untuk membalas siapa pun yang mengancam warga Israel. Sekutu utama Israel, Amerika Serikat (AS) mengatakan eskalasi militer bukanlah kepentingan terbaik Israel dan Presiden Joe Biden mengatakan Washington melakukan segala kemungkinan untuk mencegah konflik yang lebih luas.

"AS akan melakukan segala yang kami bisa untuk mencegah pecahnya perang yang lebih luas," kata Biden. "Dan kami masih berusaha keras," tambahnya.

Baca juga : Satu Orang Tewas akibat Rentetan Serangan Israel di Libanon

Menjelang Sidang Umum tahunan, Sekjen PBB Antonio Guterres memperingatkan risiko Libanon menjadi Gaza yang lain. "Jelas bahwa kedua belah pihak tidak tertarik pada gencatan senjata dalam perang Gaza," tuturnya.

Blok Uni Eropa yang beranggotakan 27 negara sangat prihatin dengan meningkatnya kekerasan dan menyerukan gencatan senjata segera. "Perang besar-besaran harus dihindari, termasuk dengan memperbarui upaya mediasi diplomatik yang intens," kata kepala kebijakan luar negeri Josep Borrell.

Sementara Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy mendesak Israel dan Hizbullah untuk mencapai gencatan senjata segera menyusul eskalasi yang mengkhawatirkan. Saat berbicara di konferensi tahunan Partai Buruh, dia mengatakan gencatan senjata akan memfasilitasi penyelesaian politik, sehingga warga sipil Israel dan Libanon dapat kembali ke rumah mereka serta hidup dalam damai dan aman.

Baca juga : Diserang Israel, Hizbullah Janji Perpanjang Derita Pemukim Ilegal

Israel telah mengisyaratkan pergeseran fokus ke Hizbullah yang didukung Iran setelah hampir satu tahun melakukan serangan lintas perbatasan. Serangan udara Israel di Beirut selatan terjadi pada 20 September lalu, menewaskan kepala Pasukan Radwan elit Hizbullah, Ibrahim Aqil.

Kementerian Kesehatan Libanon mengatakan serangan itu menewaskan 45 orang. Serangan ini terjadi setelah serangkaian ledakan perangkat komunikasi awal pekan lalu yang menewaskan 39 orang dan melukai hampir 3.000 orang.

"Kami telah memasuki fase baru, yaitu perhitungan terbuka dengan Israel," kata Naim Kassem. "Ancaman tidak akan menghentikan. Kami siap menghadapi semua kemungkinan militer," lanjutnya.

Baca juga : Israel-Hizbullah Perang Terbuka, Negara-Negara Besar Desak Tahan Diri

Pasukan Radwan Hizbullah memelopori operasi darat dan Israel berulang kali menyerukan agar para pejuangnya diusir dari perbatasan. Sedangkan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah mengakui bahwa serangan terhadap perangkat komunikasi itu belum pernah terjadi. Dia berjanji bahwa Israel akan menghadapi pembalasan.

Koordinator khusus PBB untuk Libanon Jeanine Hennis-Plasschaert mengatakan wilayah Libanon di ambang bencana yang akan segera terjadi.

Sekolah ditutup

Kementerian Kesehatan Libanon mengatakan tiga orang tewas dalam serangan Israel di wilayah selatan dan Hizbullah mengumumkan dua pejuangnya tewas. Badan pertahanan sipil Israel memerintahkan semua sekolah di utara ditutup setelah serangan roket.

"Ini mengingatkan saya pada 7 Oktober ketika semua orang tinggal di rumah," kata warga Haifa, Patrice Wolff.

Hizbullah mengatakan pihaknya telah menargetkan fasilitas produksi militer Israel dan pangkalan udara di wilayah Haifa setelah ledakan perangkat komunikasi minggu ini. Sebagai respons awal, Hizbullah mengatakan pihaknya membombardir kompleks industri militer Rafael di Israel utara dengan rentetan roket.

Dikatakan bahwa pihaknya menargetkan pangkalan udara Ramat David jauh di dalam Israel dengan roket Fadi-1 dan Fadi-2 dalam penggunaan roket jenis tersebut yang pertama kali dilakukan Hizbullah sejak perang Gaza dimulai.

Gencatan senjata terhenti

Baku tembak yang terjadi hampir setiap hari selama berbulan-bulan menewaskan ratusan orang di Libanon. Sebagian besar korban tewas ialah pejuang dan puluhan orang di Israel dan Golan. Ini memaksa puluhan ribu orang dari kedua belah pihak meninggalkan rumah mereka.

Netanyahu mengumumkan perluasan tujuan perang Israel dengan mencakup pemulangan penduduk utara pada pada 17 September.

Mediator internasional dari Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat selama berbulan-bulan berusaha mencapai kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera di Gaza yang berulang kali dikatakan para diplomat akan membantu meredakan ketegangan regional. 

Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty mengatakan bahwa gejolak Israel-Hizbullah berdampak negatif pada upaya gencatan senjata di Gaza. "Masalahnya ialah kurangnya kemauan politik di pihak Israel," katanya.

Serangan Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel mengakibatkan kematian 1.205 orang, sebagian besar warga sipil, berdasarkan angka resmi Israel yang mencakup sandera yang terbunuh dalam tawanan Hamas. Dari 251 sandera yang juga ditangkap oleh militan Hamas, 97 masih ditahan di Gaza, termasuk 33 orang yang menurut militer Israel tewas.

Serangan militer balasan Israel menewaskan sedikitnya 41.431 orang di Gaza, sebagian besar dari mereka ialah warga sipil, menurut angka yang diberikan oleh kementerian kesehatan di wilayah yang dikelola Hamas. Sementara PBB telah mengakui angka-angka tersebut dapat diverifikasi. (Straits Times/Z-2)