Headline
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
SEORANG anggota kongres AS mengecam rekan-rekannya pada Kamis (19/9) yang bungkam tentang pembunuhan warga Palestina oleh Israel, termasuk bayi, di Jalur Gaza.
"Kita tengah mengalami salah satu kejahatan mengerikan terhadap kemanusiaan yang paling terdokumentasi dalam sejarah kita. Mereka adalah anak-anak yang tidak sempat melihat ulang tahun pertama mereka. Kita tidak bisa menganggap ini sebagai hal yang biasa," kata Rashida Tlaib di gedung DPR.
Pernyataan tersebut disampaikan setelah Kementerian Kesehatan Gaza merilis dokumen setebal 649 halaman yang memuat nama setiap warga Palestina yang tewas di Jalur Gaza. Dokumen tersebut mencantumkan 34.344 warga Palestina yang tewas akibat serangan Israel, mencantumkan nama, usia, jenis kelamin, dan nomor identitas mereka.
Baca juga : Netanyahu Bangga Diundang untuk Berpidato di Kongres AS di Tengah Kecaman Serangan ke Gaza
"Rekan-rekan saya terus bungkam. Saya bertanya-tanya apakah itu karena bayi-bayi ini orang Palestina? Mereka anak-anak, itu saja. Mereka anak-anak. Saya tidak percaya saya harus terus-menerus mengingatkan rekan-rekan saya bahwa orang Palestina juga manusia," kata Tlaib, dilansir Anadolu, Jumat (20/9).
Dia mengatakan 14 halaman pertama dokumen itu adalah nama-nama bayi. "Saya berharap rekan-rekan saya yang berusia di bawah 1 tahun saat mereka dibunuh akan melihatnya. Empat belas halaman berisi nama-nama bayi yang dibunuh oleh pemerintah Israel. Ini bukan pembelaan diri. Ini genosida," tambahnya.
Ia juga mengkritik banyak rekannya yang terus mengirim bom ke Israel. "Ini bukan kerja keras untuk gencatan senjata. Jika pemerintahan Biden-Harris menginginkan gencatan senjata, mereka harus berhenti mengirim bom dan senjata. Kita harus berhenti mempersenjatai dan mendanai genosida."
Israel terus melancarkan serangan brutal terhadap Gaza menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera. Hampir 41.300 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, telah tewas dan lebih dari 95.500 orang terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Serangan Israel telah menyebabkan hampir seluruh penduduk wilayah tersebut mengungsi di tengah blokade yang terus berlanjut yang mengakibatkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan. Israel menghadapi tuduhan genosida atas tindakannya di Gaza di Mahkamah Internasional. (I-2)
Keputusan itu diambil meski ada penolakan luas dari publik dan kekhawatiran langkan tersebut akan membahayakan para sandera.
Sejumlah negara di dunia mengecam keras rencana Israel mengambil alih Gaza City, menilai langkah itu akan memperburuk konflik dan memicu pertumpahan darah.
Warga Palestina di Gaza City kini dihadapkan pada ancaman pengusiran kembali di tengah campuran rasa takut dan putus asa.
Pemerintah Jerman menghentikan ekspor peralatan militer ke Israel sebagai respons atas rencana pendudukan Gaza.
Indonesia berpotensi masuk dalam skenario yang selaras dengan kepentingan Israel dan Amerika Serikat, disadari atau tidak oleh pemerintah.
Militer Israel mengeklaim menguasai sekitar 75% wilayah Gaza dan terus beroperasi di Kota Gaza serta kamp-kamp di bagian tengah.
Media Israel menyebut langkah itu sebagai fase awal dari strategi yang bertujuan menguasai seluruh Jalur Gaza.
Meski menghadapi kritik global dan kabar adanya perbedaan pendapat di kalangan petinggi militer, PM Israel Benjamin Netanyahu tetap mempertahankan keputusannya.
SEKRETARIS Jenderal PBB disebut sangat khawatir dengan keputusan Israel untuk menguasai Kota Gaza di Jalur Gaza, Palestina.
AUSTRALIA, Jerman, Italia, Selandia Baru, dan Inggris menolak dengan tegas rencana Israel untuk menduduki Kota Gaza di Jalur Gaza, Palestina.
ORGANISASI Kerja Sama Islam (OKI) mengutuk keras kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat Mike Johnson yang memimpin delegasi Kongres ke koloni ilegal Israel, Ariel, di Tepi Barat yang diduduki.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved