Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Meta Klaim Gagalkan Peretasan Iran Targetkan Biden dan Trump

Ferdian Ananda Majni
25/8/2024 21:28
Meta Klaim Gagalkan Peretasan Iran Targetkan Biden dan Trump
Ilustrasi.(Freepik)

META mengklaim telah menggagalkan rencana peretas Iran yang menggunakan platform perpesanan WhatsApp untuk menargetkan tokoh masyarakat. Rencana peretasan ini termasuk beberapa yang memiliki hubungan dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan mantan Presiden Donald Trump.

Raksasa teknologi AS, yang juga merupakan perusahaan induk Facebook, itu mengatakan dalam suatu posting blog pada Jumat (23/8) bahwa mereka mendeteksi aktivitas jahat yang terkait dengan kelompok Iran, APT42, yang juga dikenal sebagai UNC788 dan Mint Sandstorm. Kelompok ini dikenal karena kampanye permusuhan terus-menerus menggunakan taktik phishing dasar di internet untuk mencuri kredensial akun daring orang-orang.

Dilansir dari UPI News, perusahaan tersebut mengatakan kelompok kecil peretas tersebut menggunakan WhatsApp untuk menargetkan tokoh masyarakat di Israel, Palestina, Iran, Amerika Serikat, dan Inggris, termasuk beberapa yang terkait dengan pemerintahan Presiden Biden dan mantan Presiden Trump.

Baca juga : Mark Zuckerberg Tegaskan tidak Dukung Joe Biden dan Donald Trump

APT42, yang diduga memiliki hubungan dekat dengan Korps Garda Revolusi Islam, sebelumnya menargetkan tokoh militer Saudi, pembangkang, dan aktivis hak asasi manusia dari Israel dan Iran, politisi di Amerika Serikat, dan akademisi, aktivis, dan jurnalis yang berfokus pada Iran di seluruh dunia.

Kelompok tersebut disalahkan oleh tim kampanye Trump karena memperoleh dokumen internal secara ilegal awal bulan ini dan diyakini oleh pejabat AS berupaya memengaruhi pemilihan presiden 2024.

Meta mengatakan para peretas beroperasi dengan mengirimkan pesan kepada pengguna WhatsApp yang menyamar sebagai dukungan teknis untuk AOL, Google, Yahoo, dan Microsoft. Pesan mencurigakan tersebut dilaporkan ke Meta yang menanggapi dengan menyelidikinya dan menghubungkan aktivitas tersebut dengan kelompok peretas yang sama bertanggung jawab atas upaya serupa yang dilaporkan sebelumnya oleh Microsoft dan Google.

Baca juga : Amerika Serikat Siapkan Alternatif jika Pembicaraan Nuklir Iran Gagal

Tidak ada akun pribadi yang dikompromikan dalam skema phishing terbaru. Peretasan tersebut tampaknya tidak berhasil berkat kewaspadaan pengguna, kata perusahaan tersebut.

Namun, perusahaan tersebut menambahkan bahwa demi kehati-hatian yang tinggi dan mengingat lingkungan ancaman yang meningkat menjelang pemilihan AS, "Kami juga berbagi informasi tentang aktivitas jahat ini dengan penegak hukum dan dengan tim kampanye presiden untuk mendorong mereka agar tetap berhati-hati terhadap potensi penargetan yang berlawanan."

Di sisi lain, Calon Presiden Demokrat AS Kamala Harris unggul di kalangan pemilih muda, kulit hitam, dan keturunan Amerika Latin. Saingannya dari Republik Donald Trump unggul di kalangan pemilih kulit putih dan kelompok berusia matang. Demikian menurut jajak pendapat organisasi Kanada Angus Reid Institute. 

Baca juga : PM Israel Ingatkan Pemerasan Nuklir ala Iran

Survei itu menunjukkan sebanyak 59% publik Amerika yang berusia antara 18-34 tahun mendukung Harris dan Trump hanya 30%. Harris juga mendapat dukungan dari kalangan kulit hitam sebesar 67% dan 57% dari kalangan Latin. Trump hanya memperoleh dukungan 16% dan 33% di antara kelompok tersebut.

Di saat yang sama, mayoritas (51%) pemilih kulit putih lebih mendukung Trump dan hanya 39% yang mendukung Harris. Di antara responden berusia di atas 54 tahun, 49% lebih mendukung Republik dan 40% mendukung perwakilan Demokrat.

Jajak pendapat itu juga menunjukkan bahwa Harris mendapat dukungan 47% dari total responden. Ini berarti tiga persen lebih tinggi dari angka sebelumnya yang dicatat pada bulan lalu.

Sementara dukungan terhadap Trump belum berubah hingga saat ini, masih sebesar 42%. Jajak pendapat ini dilakukan pada 19-23 Agustus dengan 1.758 responden terdaftar dan margin kesalahan plus atau minus dua poin persentase. 

Pemilihan presiden Amerika Serikat akan diadakan pada 5 November mendatang. (Fer/Ant/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya