Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
KEMENTERIAN Kesehatan Gaza mendeteksi kasus polio pertama di daerah kantong yang terkepung itu. Kabar tersebut muncul beberapa jam setelah pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyerukan penghentian pertempuran untuk memungkinkan kampanye vaksinasi bagi anak-anak terhadap virus tersebut.
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Kesehatan Gaza menyalahkan kondisi sulit di Gaza termasuk penyebaran air limbah di jalan-jalan, kekurangan pasokan medis dan kurangnya produk kebersihan pribadi karena blokade Israel atas munculnya virus di wilayah tersebut.
Beberapa jam sebelumnya, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah menyerukan jeda kemanusiaan dalam perang di Gaza untuk melakukan kampanye vaksin polio. “Tidak mungkin melaksanakan kampanye vaksinasi polio saat perang berkecamuk di mana-mana,” ujarnya kepada wartawan di markas besar PBB di New York, Amerika Serikat, dilansir dari Al Jazeera, (Sabtu 17/8).
Baca juga : Hizbullah Pamerkan Kompleks Rudal Besar tidak Terdeteksi Israel
Guterres menghimbau agar jaminan jeda kemanusiaan segera diberikan dari pihak-pihak yang bertikai sambil ia memperingatkan bahwa pencegahan dan penanggulangan penyebaran polio di Gaza memerlukan upaya besar, terkoordinasi, dan mendesak.
"Mari kita perjelas: Vaksin terbaik untuk polio adalah perdamaian dan gencatan senjata kemanusiaan segera. Namun, bagaimanapun juga, jeda polio adalah suatu keharusan,” kata Guterres.
Kepala PBB menambahkan bahwa organisasi tersebut siap untuk meluncurkan kampanye vaksin polio di Gaza untuk anak-anak di bawah usia 10 tahun, tetapi ia mengatakan tantangannya serius.
Baca juga : Erdogan Dukung Sekjen PBB Reformasi Dewan Keamanan
Setidaknya cakupan vaksinasi sebesar 95% akan diperlukan selama setiap dua putaran kampanye untuk mencegah penyebaran polio dan mengurangi kemunculannya, mengingat kehancuran di Gaza. Guterres mencatat bahwa kampanye yang sukses akan memerlukan fasilitasi transportasi untuk vaksin dan peralatan pendingin di setiap langkah, masuknya ahli polio ke Gaza, serta layanan internet dan telepon yang andal.
Menurut badan PBB untuk anak-anak (UNICEF), vaksinasi akan diberikan dalam dua putaran dan diharapkan akan diluncurkan pada akhir Agustus dan September tahun ini di seluruh Jalur Gaza. Kementerian Kesehatan di Gaza juga mengatakan kampanye vaksinasi tidak akan berhasil tanpa gencatan senjata yang memungkinkan tim medis untuk mengakses orang-orang secara bebas di seluruh wilayah.
“Kami tegaskan bahwa kampanye vaksinasi tidak akan cukup tanpa penyelesaian menyeluruh terhadap masalah pembuangan limbah dan penumpukan sampah di antara tenda-tenda warga yang mengungsi, serta penyediaan air minum dan penghentian agresi. Kementerian Kesehatan menekankan bahwa penyebaran virus ini tidak akan berhenti di perbatasan Gaza, dan lembaga internasional serta pihak terkait harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menghentikan penyebarannya di dalam dan luar Gaza,” ungkap pernyataan kementerian tersebut.
Baca juga : Italia Ingin Ajukan Rencana Rekonstruksi Gaza pada Sidang Umum PBB
Hamas mengatakan pihaknya mendukung permintaan PBB untuk jeda kemanusiaan guna memvaksinasi anak-anak terhadap polio. “Hamas juga menuntut pengiriman obat-obatan dan makanan kepada lebih dari dua juta warga Palestina yang terjebak di Jalur Gaza,” kata Izzat al-Rishq, anggota biro politik kelompok tersebut, dalam sebuah pernyataan.
Pada Juli, Kementerian Kesehatan Gaza mengumumkan epidemi polio di Gaza dan menyalahkan serangan militer Israel di daerah kantong itu sebagai alasan di balik penyebaran virus mematikan itu. Militer Israel mengatakan pada bulan Juli bahwa mereka telah mulai memvaksinasi prajuritnya terhadap penyakit itu. Polio telah terdeteksi dalam air limbah di provinsi Deir el-Balah dan Khan Younis di Gaza, kata Hamid Jafari, spesialis polio Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), awal bulan ini.
Tanpa layanan kesehatan yang layak, penduduk Gaza sangat rentan terhadap wabah penyakit, kata pejabat kesehatan masyarakat dan kelompok bantuan. Israel telah membatasi akses kelompok kemanusiaan ke Gaza, dan pasukan Israel telah mengebom konvoi bantuan, menewaskan puluhan pekerja bantuan.
Terlebih lagi, serangan Israel telah membuat sebagian besar rumah sakit di Gaza tidak beroperasi dan pengungsian berulang kali terhadap warga Palestina, yang terus menghadapi perintah evakuasi oleh militer Israel, membuat sulit untuk menemukan dan menjangkau anak-anak yang belum divaksinasi. (I-2)
OCHA mencatat 11.877 balita di Gaza mengalami gizi buruk akut.
Badan PBB untuk Anak-anak, UNICEF, mengungkapkan bahwa rata-rata 28 anak tewas setiap hari di Jalur Gaza. Tragedi ini terjadi di tengah blokade ketat Israel
PBB menegaskan solusi militer tidak akan pernah menyelesaikan konflik antara Israel dan Palestina.
Pakar independen PBB menyerukan agar Lembaga Kemanusiaan Gaza (Gaza Humanitarian Foundation/GHF), yang dibentuk Israel dan Amerika Serikat, untuk segera dibubarkan.
ISRAEL akan mengizinkan masuknya barang-barang tertentu ke Jalur Gaza melalui pedagang swasta lokal.
SEKITAR 1.500 warga Gaza dilaporkan tewas ketika berusaha mendapatkan bantuan kemanusiaan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved