Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
ELON Musk menerima tantangan duel dari Presiden Venezuela Nicolas Maduro. Itu setelah miliarder tersebut berulang kali menyerang kecurangan pemilu besar-besaran dan menyebut Maduro sebagai diktator di media sosial miliknya, X.
Setelah Maduro secara resmi dinyatakan sebagai pemenang pemilu oleh otoritas pemilu, Musk mengutip sebuah artikel berita yang mengutip pernyataan Presiden Argentina Javier Milei yang mengatakan kepada Maduro bahwa Argentina tidak akan mengakui kecurangan lain.
Dia berharap Angkatan Bersenjata Venezuela akan mempertahankan demokrasi dan keinginan rakyat. Dalam unggahan X lainnya, pemilik Tesla yang berusia 53 tahun itu menyebut hasil pemilu di Venezuela sebagai penipuan.
Baca juga : Protes Baru Meletus di Caracas Setelah Hasil Pemilihan Presiden Dipertentangkan
Maduro menanggapi di televisi nasional dan menantang Musk untuk bertarung satu lawan satu. “Apakah kamu ingin bertarung? Ayo kita lakukan. Elon Musk, aku siap," kata Maduro, dilansir dari Anadolu, Jumat (2/8).
“Aku tidak takut padamu, Elon Musk. Ayo kita bertarung, di mana pun kamu mau." Maduro juga menyebut Musk sebagai musuh bebuyutan dan pembunuh.
Dalam menerima tantangan tersebut, Musk menanggapinya dengan mengatakan "jika saya menang, ia mengundurkan diri sebagai diktator Venezuela. Jika ia menang, saya akan memberinya tumpangan gratis ke Mars," mengacu pada perusahaan roket antariksanya, SpaceX.
Baca juga : Protes di Venezuela Ricuh, Gas Air Mata dan Bentrokan dengan Pasukan Keamanan
Musk memposting jajak pendapat di X di mana para pengikutnya dapat memilih siapa yang menurut mereka akan memenangkan pertarungan. Musk membandingkan Maduro dengan seekor keledai dan berbagi kritik terhadap para pemimpin Amerika Latin lainnya, termasuk Presiden El Salvador Nayib Bukele.
Miliarder itu menyarankan bahwa Amerika Serikat (AS) dapat menjadi seperti Venezuela jika Partai Demokrat memenangkan pemilihan presiden Amerika pada November.
Keraguan mengenai transparansi proses pemilu Venezuela telah memicu protes di seluruh negeri yang mengakibatkan 11 orang tewas dan hampir 700 orang ditahan oleh pasukan keamanan. AS dan lebih dari 10 negara Amerika Latin telah meminta jaminan dalam proses pemilu Venezuela.
Baca juga : Protes Meletus di Venezuela Setelah Nicolás Maduro Menang Pemilihan Presiden
Asisten Menteri Luar Negeri AS Brian Nichols, dalam sambutannya di pertemuan Organisasi Negara-negara Amerika (OAS), mengatakan Maduro kalah telak dari Edmundo Gonzalez Urrutia. Ia mendukung penghitungan suara yang dirilis oleh oposisi karena otoritas pemilu Venezuela gagal merilis hasil terperinci.
Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva dan Presiden AS Joe Biden menerbitkan pernyataan yang menegaskan kembali data yang lengkap, transparan, dan terperinci tentang pemungutan suara di tempat pemungutan suara harus segera dirilis.
OAS juga memberikan tekanan kepada Maduro agar bersikap transparan mengenai hasil pemilu. (I-2)
Enam warga negara Amerika Serikat dibebaskan Venezuela setelah perundingan antara Presiden Nicolás Maduro dan pejabat tinggi pemerintahan Donald Trump, Richard Grenell.
Pemimpin oposisi Venezuela, María Corina Machado, ditahan di Caracas setelah ikut serta dalam protes menentang Presiden Nicolás Maduro menjelang pelantikannya.
PIHAK berwenang Venezuela menangkap 125 warga negara asing, termasuk seorang warga negara Israel, yang diduga terlibat dalam konspirasi untuk mengacaukan negara.
Donald Trump dan Kamala Harris melangsungkan debat pertama langsung mereka di Philadelphia.
AMERIKA Serikat (AS) menilai Edmundo Gonzalez tetap menjadi harapan terbaik bagi demokrasi di Venezuela setelah mantan kandidat presiden itu mengasingkan diri di Spanyol.
Sementara protes terus berlanjut di tengah keberhasilannya dalam pemilu yang disengketakan dan diklaim dimenangkan oleh oposisi Venezuela, Edmundo Gonzalez Urrutia.
Hakim federal di Texas menyatakan Donald Trump menyalahgunakan Undang-Undang Musuh Asing untuk mendeportasi migran Venezuela yang diduga terkait geng.
Mahkamah Agung Amerika Serikat izinkan pemerintahan Donald Trump mencabut perlindungan deportasi bagi warga Venezuela.
Mahkamah Agung Amerika Serikat memerintahkan penghentian sementara deportasi sekelompok warga Venezuela yang dituduh sebagai anggota geng oleh pemerintahan Trump.
Presiden Amerika Serikat AS Donald Trump pada Senin (24/3) menandatangani perintah eksekutif yang memberlakukan tarif terhadap negara-negara pengimpor minyak Venezuela.
Pemerintahan Trump akan mencabut status hukum lebih dari 500.000 migran dari Kuba, Haiti, Nikaragua, dan Venezuela yang dilindungi program pembebasan bersyarat era Biden.
Presiden Venezuela, Nicolás Maduro, mengecam deportasi lebih dari 200 migran Venezuela ke penjara mega di El Salvador, menyebutnya sebagai "penculikan."
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved