Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Protes Baru Meletus di Caracas Setelah Hasil Pemilihan Presiden Dipertentangkan

Thalatie K Yani
31/7/2024 06:55
Protes Baru Meletus di Caracas Setelah Hasil Pemilihan Presiden Dipertentangkan
Ribuan orang turun ke jalan menolak klaim kemenangan Presiden Nicolás Maduro, yang dianggap curang oleh oposisi. (media sosial X)

PROTES baru pecah di ibu kota Venezuela, Caracas, setelah hasil pemilihan presiden negara itu dipertentangkan. Ribuan orang berkumpul di pusat kota untuk menunjukkan penolakan mereka terhadap klaim kemenangan Presiden Nicolas Maduro. Banyak yang mengatakan mereka tidak akan berhenti sampai ada pemerintahan baru, dengan beberapa menyebut hal ini hanya akan tercapai jika pasukan keamanan bergabung dengan pengunjuk rasa oposisi.

Namun, militer dan polisi sejauh ini tetap setia pada Maduro dan telah melepaskan gas air mata serta peluru karet ke arah beberapa pengunjuk rasa. Pejabat setempat menyatakan sekitar 750 orang telah ditangkap. Dua LSM terkemuka di negara itu melaporkan beberapa orang telah meninggal dan puluhan lainnya terluka.

Menteri Pertahanan Venezuela, Selasa menggambarkan protes sebagai "sebuah kudeta." Dikelilingi oleh pasukan bersenjata, Jenderal Vladimir Padrino membacakan pernyataan yang menyebutkan Presiden Nicolás Maduro mendapat "kesetiaan mutlak dan dukungan tanpa syarat" dari militer. Jaksa Agung Venezuela, yang merupakan sekutu dekat Maduro, menyebutkan seorang tentara telah terbunuh dalam protes anti-pemerintah.

Baca juga : Protes di Venezuela Ricuh, Gas Air Mata dan Bentrokan dengan Pasukan Keamanan

Pemimpin oposisi Maria Corina Machado menyerukan agar protes dilakukan secara damai. Dia menyatakan rakyat Venezuela harus menghindari provokasi dari pemerintah dan tidak saling berhadap-hadapan. Machado juga menegaskan kandidat oposisi memenangkan 70% suara dan menyatakan rakyat yang dulunya mendukung Maduro kini berpihak pada oposisi.

Seorang pengunjuk rasa anti-pemerintah yang tidak ingin disebutkan namanya karena takut akan dampak dari pasukan keamanan, mengatakan kepada BBC  mereka telah melihat bukti penipuan pemilu. Pengunjuk rasa tersebut merasa pemilu telah dicuri dan pemerintah tidak mengakui hasil tersebut.

Protes meletus setelah kepala Dewan Pemilihan Nasional (CNE) - yang merupakan anggota partai Maduro dan pernah bekerja sebagai penasihat hukum Maduro - mengumumkan kemenangan presiden untuk periode ketiga berturut-turut. CNE sebelumnya mengumumkan Maduro memenangkan 51% suara, mengalahkan Edmundo González yang meraih 44%. Namun, otoritas pemilihan belum mempublikasikan rincian hasil pemungutan suara yang menurut oposisi menunjukkan hasil yang diumumkan CNE adalah curang.

Baca juga : Protes Meletus di Venezuela Setelah Nicolás Maduro Menang Pemilihan Presiden

Organisasi Negara-negara Amerika (OAS) menuduh pemerintah Venezuela telah sepenuhnya mendistorsi hasil pemilu. Koalisi oposisi yang mendukung González mengatakan telah memeriksa 73,2% dari total hasil suara dan mengonfirmasi González adalah pemenangnya dengan margin yang lebar. 

Pada Senin, CNE bersikeras semua suara telah dihitung dan Maduro adalah pemenangnya. Jaksa Agung Tarek Saab, seorang sekutu lama Maduro, memperingatkan mereka yang ditangkap akan didakwa dengan "melawan otoritas dan, dalam kasus yang paling serius, terorisme." 

Partai oposisi Voluntad Popular (Keinginan Rakyat) melaporkan salah satu koordinator politik nasional mereka, Freddy Superlano, termasuk di antara mereka yang ditahan.

Baca juga : Oposisi Venezuela Menghadapi Pecah, Keuntungan bagi Maduro

Julio Derbis dari Petare, salah satu kawasan kumuh di pinggiran kota, mengatakan: “Kami akan bertarung, kami berharap dengan tekanan dari jalanan, kami akan membalikkan apa yang coba dipertahankan oleh presiden, yaitu dia tetap berkuasa. Polisi adalah tetangga kami, kami tinggal berdampingan, dan mereka perlu memahami bahwa mereka perlu bersatu dalam perjuangan demi kebaikan bersama kami.”

Pengunjuk rasa lain, Karina Pinto, mengatakan protes kali ini terasa berbeda dibandingkan dengan demonstrasi anti-pemerintah sebelumnya. Dia menekankan harus turun ke jalan sebagai satu-satunya cara menanggapi kekerasan yang ada.

Di bagian lain kota, kelompok pendukung Presiden Maduro juga berkumpul untuk menunjukkan dukungan mereka. Nancy Ramones, salah satu pendukung presiden, menyatakan dia tidak memprotes apa pun, melainkan mendukung pemerintah yang menang. 

Partai oposisi telah bersatu di belakang González dalam upaya untuk menggulingkan Presiden Maduro setelah 11 tahun berkuasa, di tengah ketidakpuasan yang meluas. Hampir 7,8 juta orang telah melarikan diri dari krisis ekonomi dan politik yang mengguncang negara di bawah pemerintahan Maduro. 

Komisaris Hak Asasi Manusia PBB, Volker Turk, menyatakan kekhawatiran mendalam tentang meningkatnya ketegangan dan kekerasan di Venezuela dan meminta pihak berwenang untuk menghormati hak semua warga Venezuela untuk berkumpul dan berdemonstrasi secara damai. (BBC/Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya