Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Agresi militer Israel yang berkonflik dengan Hamas memengaruhi kondisi sosial dan perekonomian negeri itu. Jumat (9/2) lalu, Lembaga pemeringkat AS, Moody's, menurunkan peringkat utang Israel satu tingkat dari A1 menjadi A2.
Dalam sebuah pernyataan, Moody's mengatakan pihaknya melakukan hal tersebut setelah menilai bahwa konflik militer yang sedang berlangsung dengan Hamas serta dampak dan konsekuensi yang lebih luas, secara signifikan meningkatkan risiko politik bagi Israel serta melemahkan lembaga eksekutif dan legislatif serta kekuatan fiskal mereka di masa mendatang.
Untuk diketahui, Moody’s adalah salah satu lembaga pemeringkat dunia. Lembaga ini kerap dijadikan standar dan dorongan bagi negara berkembang untuk mereformasi kebijakan, memperbaiki fiskal, dan moneter. Sederhananya, Moody's mengukur apakah sebuah perusahaan atau negara dapat membayar kembali utangnya atau tidak.
Baca juga : Israel Mengeklaim Temukan Terowongan Sandera di selatan Gaza
Menurut Bloomberg, ini merupakan kali pertama peringkat utang Israel diturunkan.
Moody's juga menurunkan prospek utang Israel menjadi "negatif" karena risiko eskalasi dengan kelompok militan Lebanon, Hizbullah, yang beroperasi di sepanjang perbatasan utaranya.
Serangan Hamas yang pada 7 Oktober mengakibatkan kematian sekitar 1.160 orang di Israel, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka resmi Israel.
Baca juga : PBB Perkirakan 17.000 Anak Gaza Terpisah dari Orangtua
Sebagai tanggapan, Israel melancarkan serangan udara dan serangan darat yang telah menewaskan sedikitnya 27.947 orang di Gaza, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas.
Menyusul serangan tersebut, S&P Global Ratings menurunkan prospek kredit Israel dari stabil menjadi negatif karena adanya risiko yang dapat memperluas konflik Israel-Hamas.
Fitch – yang merupakan lembaga pemeringkat lainnya dari tiga lembaga pemeringkat terbesar AS – menempatkan Israel pada pengawasan negatif atas risiko konflik.
Baca juga : Rudal dan Kelaparan Jadi Senjata Utama Israel Kosongkan Gaza
“Kondisi keamanan yang melemah menyiratkan risiko sosial yang lebih tinggi dan mengindikasikan lemahnya lembaga eksekutif dan legislatif dibandingkan penilaian Moody’s sebelumnya,” kata lembaga pemeringkat tersebut menjelaskan keputusannya.
“Moody’s memperkirakan beban utang Israel akan jauh lebih tinggi dari perkiraan sebelum konflik terjadi,” tambahnya. (AFP/M-3)
Baca juga : Kemenlu: Tuduhan Israel terhadap Staf UNRWA Bantu Hamas Harus Dibuktikan
PERDANA Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali menyampaikan seruan agar warga Palestina meninggalkan Jalur Gaza.
Israel mengizinkan warga Palestina meninggalkan Jalur Gaza, di tengah persiapan militer Israel melakukan serangan yang lebih luas di wilayah tersebut.
HAMPIR dua tahun sejak pecahnya perang antara Israel dan Hamas, dengan korban jiwa di Jalur Gaza melampaui 60.000 orang, dukungan global untuk pengakuan negara Palestina semakin menguat.
Benjamin Netanyahu mengatakan militer Israel telah mendapat perintah untuk menghancurkan dua wilayah yang dianggap masih dikuasai Hamas, yakni Kota Gaza dan Al Mawasi.
Sejumlah duta besar PBB mengecam rencana Israel menguasai Gaza. Rencana itu berisiko melanggar hukum humaniter internasional.
Keputusan itu diambil meski ada penolakan luas dari publik dan kekhawatiran langkan tersebut akan membahayakan para sandera.
SITUASI geopolitik yang memanas antara Iran dan Israel dinilai masih akan mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan ini.
meningkatnya volatilitas di pasar global dalam beberapa hari terakhir. Sentimen investor saat ini dibayangi sikap kehati-hatian, di tengah masih tingginya ketegangan geopolitik
Indonesia dinilai perlu tampil sebagai middle power atau kekuatan menengah dalam spektrum kekuatan internasional dalam menghadapi perang tarif global.
PARA akademisi diminta untuk lebih peka dan aktif merespons permasalahan global seperti geopolitik, keamanan, ekonomi, energi, lingkungan, dan teknologi informasi.
BI menyebut perlu ada kebijakan-kebijakan yang antisipatif, forward looking dan pre-emptive. Salah satunya adalah dengan menaikkan suku bunga BI-Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6,25%.
BANK Mandiri memandang keputusan Bank Indonesia menaikan BI Rate sebesar 0,25 basis poin menjadi 6,25% sebagai upaya menjaga stabilitas ekonomi makro
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved