Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Ketegangan Geopolitik Picu Peningkatan Volatilitas, Indeks Saham Global Terkoreksi

Insi Nantika Jelita
18/6/2025 08:51
Ketegangan Geopolitik Picu Peningkatan Volatilitas, Indeks Saham Global Terkoreksi
ilustrasi(Antara Foto)

HEAD of Research & Chief Economist Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto menyoroti meningkatnya volatilitas di pasar global dalam beberapa hari terakhir. Sentimen investor saat ini dibayangi sikap kehati-hatian, di tengah masih tingginya ketegangan geopolitik serta belum jelasnya arah kebijakan dari bank sentral utama dunia. Akibatnya, pasar saham global terkoreksi.

"Sentimen pasar global dalam beberapa hari terakhir ditandai oleh kehati-hatian dan volatilitas yang meningkat," ujar Rully dalam keterangan resmi, Rabu (18/6).

Meskipun keyakinan terhadap potensi pendaratan lunak ekonomi Amerika Serikat mulai menguat, namun risiko tetap tinggi, terutama di pasar negara berkembang dan sektor-sektor yang rentan terhadap gangguan rantai pasok global.

Pada perdagangan 17 Juni, indeks saham utama AS ditutup melemah. Dow Jones terkoreksi 0,71%, Nasdaq turun 0,9%, dan S&P 500 turun 0,8%. Di sisi lain, indeks volatilitas VIX melonjak ke level 21,6, menandakan meningkatnya kekhawatiran pasar. 

Tekanan juga terasa di pasar Eropa, dipicu oleh eskalasi konflik geopolitik seperti ketegangan Israel-Iran dan perang yang terus berlangsung antara Rusia dan Ukraina.

Sementara, pergerakan harga komoditas turut mencerminkan kondisi pasar yang diliputi ketidakpastian. Harga minyak mentah Brent naik ke US$74,5 per barel dan WTI ke USD72,9, menandakan rebound di tengah risiko pasokan. 

Harga emas cenderung stabil di kisaran US$3.300–US$3.400 per troy ounce, mencerminkan peran aset safe haven di tengah gejolak global.

Di dalam negeri, Rully menuturkan IHSG justru mampu menguat 0,5% ke level 7.155,9, ditopang oleh arus masuk investor asing serta nilai tukar rupiah yang relatif stabil. 

"Namun demikian, volatilitas pasar diperkirakan masih akan berlanjut dalam waktu dekat," imbuhnya.

Para pelaku pasar kini menantikan arah kebijakan suku bunga dari Bank Indonesia yang diprediksi akan mempertahankan level di 5,5%, serta sinyal dari The Federal Reserve yang kemungkinan masih akan mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25%–4,50%. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, investor disarankan untuk tetap mengadopsi strategi yang berhati-hati. (H-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indriyani Astuti
Berita Lainnya