Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Pro-Kontra Arab Saudi Buka Toko Alkohol

Sarah Tri Wulandari
26/1/2024 21:17
Pro-Kontra Arab Saudi Buka Toko Alkohol
Bartender Libanon Hadi Ghassan menyiapkan minuman di Meraki Riyadh, bar yang menawarkan bellini dan spritze nonalkohol.(AFP/Fayez Nureldine.)

KEPUTUSAN kontroversial Arab Saudi untuk membuka toko alkohol pertama menciptakan gelombang ketertarikan dan kekhawatiran di kalangan warga negara dan warga asing. Toko tersebut terletak di Diplomatic Quarter, barat daya Ibu Kota Arab Saudi. 

Toko alkohol ini hanya dapat diakses oleh diplomat non-Muslim. Artinya, bagi sebagian besar dari 32 juta penduduk Arab Saudi, tidak ada yang berubah untuk saat ini terkait itu.

Namun, kehadiran toko alkohol itu memunculkan banyak pertanyaan dari warga asing dan lokal. "Apakah ini hanya perubahan kebijakan kecil atau sinyal dari gejolak yang besar?"

Baca juga: Festival Kontroversial Balad Beast Guncang Sejarah Jeddah

Sumber yang mengetahui persiapan toko tersebut mengungkapkan rincian rencana tersebut pada Rabu (24/1). Ada dokumen beredar yang menunjukkan betapa hati-hatinya para pemimpin kerajaan Teluk itu dalam mengelola operasinya.

Meskipun dengan kuota pembelian dan akses terbatas yang diterapkan melalui aplikasi, pembukaan toko ini dilihat oleh sebagian penduduk Riyadh sebagai langkah awal menuju ketersediaan alkohol yang lebih luas. Ini dapat berarti mengakhiri larangan alkohol yang ada sejak 1952. 

Hal itu membuat sebagian warga memiliki kekhawatiran terhadap identitas dan budaya kerajaan. Beberapa penduduk menilai bahwa penjualan alkohol dapat merusak nilai-nilai tradisional dan memengaruhi komunitas.

Baca juga: Lima Reformasi Sosial Utama oleh Putra Mahkota Saudi MBS

"Negara ini terus mengejutkan kita," kata seorang pengusaha Libanon yang makan malam pada Rabu (24/1) di LPM, restoran Prancis di Riyadh yang dikenal dengan daftar anggur tanpa alkohol dan koktail. 

Bukan kami yang sebenarnya

Namun seperti pengunjung lain di LPM, seorang pengusaha--yang menolak disebutkan namanya--menyoroti sensitivitas seputar segala sesuatu yang berhubungan dengan alkohol. Ini karena alkohol dilarang dalam Islam di negara yang merupakan rumah bagi tempat suci umat Islam di Mekah dan Madinah.

Di meja lain, sambil menikmati pesanan tiramisu hazelnut, dua pria Saudi berusia tiga puluhan mengatakan mereka khawatir tentang dampak penjualan alkohol terhadap identitas kerajaan. "Ini bukan kami yang sebenarnya," kata salah satu pria itu.

Baca juga: Saudi akan Buka Toko Jual Alkohol ke Diplomat Non-Muslim

"Bukannya saya punya semacam penilaian terhadap orang-orang yang minum alkohol. Tidak, sama sekali tidak. Namun, memiliki sesuatu yang ada di luar sana akan memengaruhi budaya dan komunitas."

Dia menambahkan, "Katakanlah jika saya punya adik laki-laki. Jika ada minuman beralkohol di luar sana, ada kemungkinan dia akan menjadi seorang pecandu alkohol."

Temannya menimpali dengan mengatakan bahwa dia lebih suka orang-orang terus pergi ke luar negeri untuk minum-minum, seperti yang dilakukan banyak orang saat ini. "Sangat menakutkan jika mereka mengizinkan hal-hal seperti itu masuk (negara). Siapa pun yang ingin mencoba alkohol, jaraknya hanya satu jam perjalanan dengan pesawat," katanya.

"Semua orang bepergian ke sini. Aksesnya mudah. Namun yang ingin saya katakan ialah di wilayah hukum ini, saya tidak senang hal itu diperbolehkan."

Di bawah agenda reformasi Visi 2030, penguasa de facto Arab Saudi, Putra Mahkota Mohammed bin Salman, sedang mencoba mengubah eksportir minyak mentah terbesar di dunia menjadi pusat bisnis, olahraga, dan pariwisata yang dapat mencapai kesejahteraan di era pascaminyak. Hal ini memerlukan daya tarik lebih banyak orang asing. 

Mengizinkan alkohol secara bertahap dapat berperan dalam hal ini, kata Kristin Diwan dari Arab Gulf States Institute di Washington. "Ini satu langkah lagi dalam menormalisasi sanksi pemerintah terhadap alkohol dalam situasi tertentu," katanya.

Dikendalikan dengan ketat

Pusat Komunikasi Internasional pemerintah pada Rabu mengatakan bahwa tujuan kebijakan baru ini ialah melawan perdagangan gelap barang dan produk beralkohol yang diterima oleh misi diplomatik. Hal ini jelas merujuk pada berkembangnya pasar gelap setempat, tempat botol wiski sering kali dijual dengan harga ratusan dolar.

Melihat itu, "Kemungkinan dimaksudkan untuk mengirimkan pesan halus bahwa perubahan mungkin sedang terjadi. Namun prosesnya akan dilakukan secara bertahap dan dikontrol dengan ketat," kata Kristian Ulrichsen, peneliti Timur Tengah di Baker Institute for Public Policy Rice University. 

Sementara itu, orang dalam industri restoran tidak yakin bisnis akan terkena dampaknya dalam waktu dekat. "Bagi industri makanan dan minuman, hal ini tidak memberikan dampak langsung," kata seorang manajer.

Ia menambahkan bahwa hal ini mengubah cara pandang dunia luar terhadap Arab Saudi. "Hal ini dapat menarik banyak orang untuk datang ke kerajaan tersebut," yang berarti lebih banyak pelanggan.

Jika akses terhadap alkohol di Arab Saudi pada akhirnya meluas melampaui yang dijelaskan sumber pada Rabu, pihak yang paling dirugikan ialah penjual mocktail dan minuman nonalkohol lain yang semakin populer. "Itu bukan hal yang baik bagi saya. Saya akan kehilangan bisnis saya," kata Evans Kahindi, manajer merek Blended by Lyre's, perusahaan minuman beralkohol nonalkohol, sambil tertawa.

"Selalu ada spekulasi mengenai minuman beralkohol asli di sini. Namun sejujurnya ini urusan pemerintah. Kami belum tahu dan saya tidak bisa berspekulasi tentang apa pun." (Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya