Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Warga Palestina Berbondong-bondong Cari Tempat Aman di Selatan Gaza

Ferdian Ananda Majni
07/12/2023 18:45
Warga Palestina Berbondong-bondong Cari Tempat Aman di Selatan Gaza
Suasana kamp pengunsian warga Gaza(AFP)

TENTARA Israel terus menggempur militan Hamas di kota-kota besar Gaza pada Kamis (7/12) dan menyerang puluhan target sehingga mengakibatkan warga Palestina berjuang untuk bertahan hidup dengan mencari tempat-tempat aman yang tersisa.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menggambarkan kondisi yang dialami warga Palestina sebagai hari kiamat.

Warga Gaza berdesakan menuju kota Rafah yang berdekatan dengan perbatasan Mesir. Mereka mematuhi selebaran dan pesan-pesan Israel yang mengatakan bahwa mereka akan aman di kota tersebut.

Baca juga : Israel Intensifkan Serangan Harian di Tepi Barat Palestina

"Namun mereka tetap merasa takut setelah serangan Israel terhadap sebuah rumah di sana menewaskan 15 orang pada hari Rabu," menurut pejabat kesehatan di Rafah.

Baca juga : Israel Berangus Gaza dan Perluas Pemukiman Yahudi di Yerusalem

Israel mengatakan bahwa pihaknya telah menewaskan sejumlah pria bersenjata di kota terbesar di selatan Gaza, Khan Younis, termasuk dua militan yang muncul dengan tembakan dari sebuah terowongan, sehari setelah pasukan Israel memasuki jantung kota.

Sementara Sayap bersenjata Hamas, Brigade al-Qassam, mengatakan sebelumnya bahwa pertempuran berlangsung sengit.

Para pejabat kesehatan Palestina mengatakan serangan udara Israel telah menewaskan empat orang di sebuah rumah di kamp pengungsi Nuseirat di Jalur Gaza tengah semalam dan serangan lainnya menewaskan dua orang di Khan Younis pada Kamis pagi.

Penduduk di Kota Gaza di utara melaporkan pemboman sepanjang malam dan baku tembak sengit di Shejaia, sebelah timur pusat kota dan kamp pengungsi Jabalia lebih jauh ke utara serta pemboman di distrik lain, Sabra.

Israel mengatakan telah menyerbu sebuah kompleks Hamas di Jabalia, menewaskan beberapa orang bersenjata dan menemukan jaringan terowongan, area pelatihan dan tempat penyimpanan senjata.

Di Khan Younis, pasukan Israel telah mengepung rumah pemimpin Hamas Yahya Al-Sinwar.

"Rumahnya mungkin bukan istananya, dan dia bisa melarikan diri, tapi ini hanya masalah waktu sebelum kami menangkapnya,” kata

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan pada Rabu malam dalam sebuah pernyataan video.

Penduduk Khan Younis mengatakan tank-tank Israel telah mendekati rumah Sinwar, namun tidak diketahui apakah ia berada di sana. Israel mengatakan bahwa mereka yakin banyak pemimpin dan pejuang Hamas yang bersembunyi di terowongan-terowongan bawah tanah.

Pesawat-pesawat tempur Israel juga mengebom target-target di sepanjang jalur pantai yang padat penduduknya dalam salah satu fase terberat dalam perang yang telah berlangsung selama dua bulan ini.

Kantor berita resmi Palestina, WAFA, mengatakan sedikitnya 17 orang tewas dalam serangan udara Israel di sebuah rumah di Maghazi, Gaza Tengah.

Al Jazeera Media Network yang berbasis di Qatar mengatakan pemboman Israel di Kamp Jabaliya di Gaza utara menewaskan 22 kerabat korespondennya di Gaza, Moamen Al-Sharafi.

Di Jenewa, kepala hak asasi manusia PBB mengatakan bahwa situasi di Gaza adalah apokaliptik dengan risiko pelanggaran hak asasi manusia yang serius yang dilakukan oleh kedua belah pihak.

Ratusan ribu orang yang kehilangan tempat tinggal di Gaza utara selama perang putus asa mencari tempat berlindung di beberapa tempat di selatan yang dianggap aman oleh Israel.

Kantor kemanusiaan PBB mengatakan bahwa sebagian besar tunawisma di Rafah, sekitar 13 km sebelah selatan Khan Younis, tidur seadanya karena kurangnya tenda meskipun PBB telah berhasil mendistribusikan beberapa ratus tenda.

Sementara beberapa bantuan telah masuk ke Gaza dari Mesir melalui penyeberangan Rafah, lonjakan permusuhan sejak gencatan senjata yang berlangsung selama seminggu runtuh pada 1 Desember lalu telah menghambat distribusinya, demikian laporan PBB.

Warga sipil yang terlantar juga melarikan diri ke daerah terpencil Al Mawashi di pantai Mediterania selatan Gaza, yang menurut Israel aman.

Organisasi-organisasi pengungsi melaporkan bahwa bekas desa Badui itu kekurangan tempat tinggal, makanan dan kebutuhan lainnya.

"Tidak ada kamar mandi. Kami bahkan tidak bisa mandi jika kami ingin salat," kata seorang pengungsi Palestina, Enas Mosleh, kepada televisi Al Jazeera.

"Ini adalah daerah yang benar-benar terpencil,” sebutnya.

Warga Palestina lainnya yang mengungsi ke Al Mawashi, Ibrahim Mahram, mengatakan bahwa lima keluarga berbagi tenda.

"Kami menderita karena perang meriam dan lolos dari perang itu untuk sampai pada perang kelaparan," katanya kepada jaringan televisi tersebut.

"Kami membagi satu buah tomat untuk kami semua,” pungkasnya (CNA/Z-8)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putra Ananda
Berita Lainnya