Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
OPEC+ kembali bertemu kemarin, dan setuju untuk melakukan pengurangan kembali produksi minyak yang lebih dalam karena harga minyak terus turun, meskipun diprediksi naik pada tahun depan.
Para anggota juga setuju untuk mengurangi pasokan minyak tambahan sebesar 1 juta barel per hari.
Bagi Arab Saudi, pengurangan tersebut berbarengan dengan perpanjangan pengurangan produksi secara sukarela oleh Arab Saudi dengan jumlah yang sama hingga kuartal pertama tahun depan.
Baca juga : Pasar Wait and See Emiten Harga Minyak Setelah Keputusan OPEC+
"Para pedagang sejauh ini masih khawatir mengenai seberapa jauh negara-negara anggota akan melakukan pembatasan yang sifatnya sukarela," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Jumat (1/12).
Sebab di akhir perundingan masih ada beberapa yang berselisih dimana Angola mengatakan pihaknya menolak apabila dilakukan pengurangan produksi kembali dan akan tetap memproduksi pasokan yang ada pada tingkat saat ini.
Oleh karena itu sepertinya saat ini pengurangan produksi akan disampaikan secara individu oleh masing-masing negara dan bukan melakukan OPEC+.
Baca juga : Harga Minyak Dunia Naik Jelang Pertemuan OPEC+
Pemotongan yang diharapkan dapat mendorong harga minyak, ternyata tidak memberikan dampak signifikan terhadap harga minyak. Harga minyak WTI sendiri menghapus kenaikan yang sudah terjadi dan justru mengalami penurunan hingga ditutup US$75,96 per barel.
Penjelasan pemangkasan yang kurang detail justru membuat para pedagang menjadi bingung dengan apa yang terjadi dengan OPEC+ saat ini.
Menurut konsultan Energi Aspects Ltd., mereka mengatakan bahwa pengurangan produksi OPEC+ sebesar 1 juta barel per hari sebenarnya hanya setengah dari jumlah sebenarnya.
Baca juga : Apa Dampak Perang Israel-Hamas bagi Pasar Minyak Dunia? Ini Prediksinya
Saat ini beberapa proyeksi tampaknya melihat harga minyak terus melemah di tengah melimpahnya pasokan dan kondisi perekonomian yang berpotensi kurang baik pada tahun depan.
Harga minyak diproyeksikan dapat kembali turun mengantisipasi penurunan permintaan. Hal yang mengejutkan justru datang dari Brasil. Mereka akan bergabung dalam piagam kerja sama aliansi minyak dengan OPEC+, sebuah langkah yang tidak akan mengikat untuk melakukan pengurangan produksi.
"Hal ini seharusnya menjadi sebuah sentimen positif bagi saham-saham yang berkorelasi terhadap harga minyak, dan berdampak negatif bagi pasar. Namun kami melihat, karena kurangnya detail yang disampaikan, Dow Jones ditutup +1,47% dan S&P 500 +0,38% dimana ini hanya berjarak 5% dari titik tertinggi sepanjang masa yang pernah dicapai," kata Nico.
Baca juga : OPEC+ Rekomendasikan Pengurangan Produksi agar Harga Minyak Naik
Ekuitas saham di Amerika sejauh ini naik lebih dari 8% pada bulan November 2023, seperti yang pernah dicapai di bulan yang sama pada tahun 1928. Begitupun dengan saham di Kawasan Eropa yang ditutup hampir menghijau.
"Namun membaiknya pasar saham, akan membuat pasar obligasi mengalami tekanan, sehingga berpeluang untuk turun dari sisi pasar obligasi," kata Nico. (Z-4)
PT Pertamina Hulu Energi memproduksi hingga 566 ribu barel minyak per hari (barrel oil per day/BOPD) hingga akhir tahun lalu. Jumlah ini sebesar 68% produksi minyak mentah nasional.
Pemboran hari ini bakal menghasilkan 1.203 barel minyak per hari dan 14,58 juta meter kubik gas setara minyak per hari.
HARGA minyak dunia turun lebih dari 2% setelah produsen OPEC+ menyetujui pengurangan produksi minyak secara sukarela.
Masa depan bahan bakar fosil akan menjadi titik penting ketika para pemimpin dunia bertemu di konferensi iklim COP28 akhir bulan ini.
HARGA minyak menguat di perdagangan Asia pada Selasa (11/7) sore, memulihkan beberapa kerugian dari sesi sebelumnya. Hal tersebut dipicu pengurangan pasokan OPEC+ dan pelemahan dolar AS.
PERUSAHAAN perbankan investasi, Goldman Sachs Group Inc memberikan peringatan mengenai harga minyak mentah Brent yang berpotensi turun di bawah US$40 per barel.
Presiden Donald Trump meminta Arab Saudi dan OPEC menurunkan harga minyak untuk membantu mengakhiri perang Rusia-Ukraina.
HARGA minyak melonjak hampir 2% karena kekhawatiran pasar meningkat atas potensi serangan militer Iran terhadap Israel.
Harga minyak mentah dunia merupakan indikator penting dalam ekonomi global. Fluktuasi harga minyak mentah berdampak langsung pada berbagai sektor.
Ruang kendali itu terletak di titik paling tinggi anjungan kapal. Selama 52 tahun, hanya puluhan personil yang pernah duduk di kursi ruang kendali FSO Arco Ardjuna
THE Federal Reserve (Fed) mengeluarkan revisi proyeksi terbaru. Menurut proyeksi terbaru ini, The Fed mengakomodasi penurunan suku bunga sekali dan mengakui bahwa inflasi menjadi sticky.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved