Headline
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
SEKRETARIS Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengakui bahwa bantuan kemanusiaan yang kini mulai masuk ke Gaza masih jauh dari kata memadai, pada Selasa (31/10). Dia mengulangi seruannya untuk gencatan senjata kemanusiaan segera antara pasukan Israel dan militan Hamas.
Dalam pernyataannya, Guterres mengatakan jumlah bantuan yang masuk masih jauh dari kebutuhan penduduk Gaza, hambatan pasokan dasar bagi warga Gaza hanya akan memperparah tragedi kemanusiaan dalam konflik tersebut.
Guterres menyerukan agar akses kemanusiaan tanpa hambatan diberikan secara konsisten, aman, dan sesuai dengan skala yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan mendesak akibat bencana yang terjadi di Gaza.'
Baca juga: PBB: Gaza Jadi Kuburan Massal Anak-anak Palestina
Diapun sangat khawatir dengan kekerasan yang semakin meningkat, termasuk perluasan operasi darat oleh Pasukan Pertahanan Israel yang disertai dengan serangan udara yang semakin intens, dan tembakan roket yang terus berlanjut ke Israel dari Gaza.
"Warga sipil telah menanggung beban berat dari pertempuran saat ini sejak awal. Perlindungan terhadap warga sipil di kedua belah pihak adalah yang terpenting dan harus dihormati setiap saat," katanya.
Baca juga: Penyeberangan Rafah akan Dibuka hari Ini untuk Korban Luka di Jalur Gaza
Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas melaporkan bahwa lebih dari 8.300 orang telah terbunuh di Gaza sejak 7 Oktober, termasuk 3.547 anak-anak, 2.136 wanita dan 480 orang lanjut usia.
Angka-angka terbaru yang dikeluarkan oleh badan pengungsi PBB untuk Palestina (UNRWA) yang memiliki sekitar 13.000 staf yang bekerja di Gaza, menunjukkan betapa parahnya krisis kemanusiaan di sana.
Sebanyak 670.000 pengungsi internal berlindung di 150 tempat penampungan UNRWA.
"Situasi di tempat penampungan tetap kritis dengan bantuan yang sangat terbatas dan tidak ada ruang tambahan," kata badan tersebut, dengan layanan kesehatan yang semakin berkurang dan risiko perlindungan yang meningkat.
Selain itu, UNRWA sendiri kehilangan tiga anggota stafnya dalam serangan udara yang sedang berlangsung selama 24 jam terakhir.
“Terbunuh di rumah mereka bersama dengan keluarga mereka. Samir, kepala keamanan dan keselamatan untuk wilayah tengah Gaza yang terbunuh bersama istri dan delapan anaknya," lapor badan tersebut. Hal ini menjadikan jumlah korban tewas menjadi 67 orang.
Kepala UNRWA Phillipe Lazzarini mengatakan bahwa salah satu dari mereka yang tewas hanya beberapa jam sebelum Dewan Keamanan PBB mengadakan pertemuan di New York.
"Saya berduka dan menghormati rekan-rekan PBB yang secara tragis terbunuh dalam pemboman Gaza selama tiga minggu terakhir," kata Sekretaris Jenderal PBB.
"Hati saya tertuju pada keluarga rekan-rekan kami yang kehilangan nyawa dalam tugas,” lanjutnya.
UN News pada Selasa (31/10) berhasil menghubungi Juru Bicara UNRWA di Gaza, Adnan Abu Hasan, yang menggambarkan dengan jelas kesulitan dan bahaya yang dihadapi oleh para koleganya yang berusaha untuk menjaga agar bantuan yang terbatas tetap mengalir kepada mereka yang sangat membutuhkan.
Beberapa anggota keluarganya sendiri telah terluka akibat serangan udara yang terus berlanjut. Kondisi ini, menunjukkan bahwa tidak ada tempat yang aman bagi para pekerja bantuan sipil di sana.
"Tidak pernah ada pembenaran untuk membunuh, melukai dan menculik warga sipil. Saya menyerukan pembebasan segera dan tanpa syarat bagi warga sipil yang disandera oleh Hamas," katanya.
Guterres kembali menekankan bahwa hukum humaniter internasional menetapkan aturan-aturan yang jelas yang tidak dapat diabaikan. Ini bukan menu a la carte dan tidak dapat diterapkan secara selektif.
Semua pihak harus mematuhi aturan, termasuk prinsip-prinsip pembedaan, proporsionalitas, dan kehati-hatian.
Melihat bahaya meluasnya konflik melintasi perbatasan ke Lebanon dan Suriah, Sekjen PBB itu mengatakan bahwa ia tetap sangat prihatin dengan risiko eskalasi yang berbahaya"dan mendesak semua pemimpin di kawasan itu untuk menahan diri. (Z-10)
SALAH satu insiden paling menggemparkan dalam konflik berkepanjangan di wilayah Gaza adalah serangan militer Israel yang menghantam Gereja Keluarga Kudus (GKK) pada Kamis (17/7/2025).
DI tengah serangan udara, pengungsian, dan kelaparan, kelangkaan air yang belum pernah terjadi menambah penderitaan penduduk Jalur Gaza, Palestina.
PEMIMPIN otoritas Israel Benjamin Netanyahu tengah mempertimbangkan jalur militer untuk membebaskan para sandera Israel yang masih ditahan di Jalur Gaza.
LEBIH dari 100 jurnalis menandatangani petisi yang meminta akses langsung tanpa hambatan ke Jalur Gaza. Ini menurut Sky News pada Senin (4/8).
RATUSAN mantan pejabat tinggi keamanan Israel menyerukan kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk menggunakan pengaruhnya menekan pemerintah Israel.
Juru Bicara Pemerintah Jerman mengatakan Israel tetap berkewajiban untuk memastikan pengiriman bantuan secara penuh.
Bantuan ini, sambung Rizky, bersumber dari Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang dikelola oleh Perum Bulog.
Sebanyak 127 orang di Gaza telah meninggal karena penyebab terkait malnutrisi, dengan satu dari tiga orang tidak makan selama beberapa hari, menurut PBB.
Senator Angus King menolak bantuan tambahan untuk Israel karena krisis kelaparan anak di Gaza.
Pesawat militer Yordania dan Uni Emirat Arab menjatuhkan bantuan makanan ke Gaza pada Minggu (27/7), bertepatan dengan dimulainya jeda terbatas oleh militer Israel
MILITER Israel mengumumkan bahwa pengiriman bantuan kemanusiaan melalui udara ke Jalur Gaza akan dimulai pada Sabtu (26/7) malam.
Saat kegiatan berlangsung, tim BAZNAS juga turut bertemu dengan Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka, yang tengah melakukan kunjungan langsung ke posko pengungsian.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved