Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
KEPUTUSAN Presiden Yoon Suk-yeol untuk tidak menghadiri upacara peringatan korban kerumunan Itaewon yang dijadwalkan pada hari Minggu (29/30) telah menimbulkan kontroversi dan kritik. Keputusan tersebut telah menjadi pusat perhatian, terutama dari Partai Demokratik Korea (DPK) sebagai partai oposisi utama.
Tragedi Itaewon terjadi pada 29 Oktober tahun lalu selama perayaan Halloween di distrik hiburan Itaewon di Yongsan, Seoul. Sebanyak 159 orang tewas dan banyak lainnya terluka dalam kerumunan yang terjadi di sana. Keputusan presiden untuk tidak menghadiri upacara peringatan ini telah menimbulkan pertanyaan tentang pertanggungjawaban pemerintah dalam tragedi ini.
Menurut kantor presiden, keputusan ini didasari oleh keyakinan bahwa upacara tersebut memiliki motif politik. Namun, DPK dan partai oposisi lainnya yang berencana menjadi tuan rumah bersama upacara tersebut, menyatakan bahwa ini adalah momen untuk menghormati dan mengenang korban, bukan acara politik.
Baca juga: Mengenang 1 Tahun Tragedi Itaewon, Keluarga Korban Masih Mencari Keadilan
DPK dan beberapa anggota masyarakat, termasuk keluarga korban, telah menyerukan agar presiden hadir dalam upacara tersebut dan memberikan permintaan maaf serta belasungkawa kepada keluarga korban. Mereka menilai bahwa pemerintah bertanggung jawab atas insiden tersebut.
Sebelumnya, staf presiden awalnya mempertimbangkan kehadiran presiden di tempat umum untuk menunjukkan bahwa pemerintah mendengarkan dan merenungkan pendapat publik. Namun, presiden memutuskan untuk tidak menghadiri upacara tersebut, dengan alasan bahwa itu adalah rapat politik.
Baca juga: Kisah Selamat Dari Tragedi Kerumunan Massa di Itaewon: Sebuah Pengalaman Pribadi
Kontroversi ini telah mengungkapkan perpecahan pendapat di antara partai politik dan masyarakat. Kritik terhadap keputusan ini semakin meningkat, dengan beberapa pihak menyatakan bahwa presiden sedang mempolitikkan tragedi ini dengan menolak menghadiri upacara peringatan.
Upacara peringatan itu sendiri akan dihadiri oleh keluarga korban, partai oposisi termasuk DPK, dan banyak anggota masyarakat yang ingin mengenang korban dan menuntut pertanggungjawaban atas tragedi Itaewon.
Seiring peringatan tragedi ini, masyarakat Korea Selatan terus menuntut kejelasan dan pertanggungjawaban pemerintah terkait insiden Itaewon yang tragis ini. Mereka berharap bahwa pemerintah akan menjelaskan langkah-langkah yang telah diambil untuk mencegah insiden serupa di masa depan dan menghormati dan mengenang para korban.
Pertanyaan tentang pertanggungjawaban pemerintah dalam tragedi Itaewon tetap menjadi isu yang belum terselesaikan. Masyarakat dan keluarga korban terus menekan pemerintah untuk memberikan jawaban dan bertanggung jawab atas insiden yang merenggut banyak nyawa ini. Pada saat yang sama, keputusan presiden untuk tidak menghadiri upacara telah memicu perdebatan yang lebih dalam tentang peran pemerintah dalam insiden tersebut dan tanggung jawabnya dalam mengenang para korban.
Seiring peringatan pertama tragedi Itaewon ini, masyarakat Korea Selatan terus berharap agar kejelasan, pertanggungjawaban, dan tindakan konkret akan menjadi bagian dari proses mengenang para korban dan mencegah insiden serupa di masa depan. (Z-10)
Dua tahun lalu, perayaan Halloween di Itaewon, Korea Selatan, berubah menjadi tragedi ketika lebih dari 150 orang meninggal akibat desak-desakan di tengah keramaian.
Perayaan festival adalah bagian dari budaya manusia yang membawa kegembiraan, namun dalam beberapa kasus, peristiwa ini bisa berubah menjadi tragedi.
Banyak kejadian buruk jelang dan pada Halloween. Berikut enam kejadian yang terjadi jelang perayaan musim gugur itu.
Keluarga korban tragedi kerumunan maut Itaewon, Korea Selatan, bersama dengan kelompok warga setempat, menggelar demonstrasi pada Sabtu (28/10) pagi di Taman Gwangju, Gwangju.
Investigasi akan mencakup beberapa tuduhan penting, termasuk rencana darurat militer yang gagal dilaksanakan oleh Yoon.
SEORANG perempuan asal Korea Selatan melahirkan lima bayi dan sempat menggemparkan dunia medis pada 2024 lalu. Pasangan asal Korea Selatan tersebut ialah Kim Joon Young dan Sagong Hye Ran
DERETAN perusahaan teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) asal Korea Selatan memamerkan inovasi terbaru mereka dalam acara ASEAN-KOREA Digital Business Partnership 2025.
Seorang perempuan di Korea Selatan didenda Rp38 juta karena menarik celana rekan kerja pria di depan umum. Kasus ini memicu debat soal batas antara lelucon dan pelecehan seksual.
Kegiatan yang dilakukan Woori Family Volunteer Group yang beranggotakan karyawan Woori Bank bersama keluarganya beraksi sebagai relawan di acara melukis mural tersebut.
Adapun ruang lingkup kerja sama yang dilakukan yaitu pengembangan sistem klaim digital dan pengembangan sistem pembayaran kepada seluruh fasilitas kesehatan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved