Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Crimea Platform Wadah Penguat untuk Kemerdekaan Ukraina

Media Indonesia
06/10/2023 16:18
Crimea Platform Wadah Penguat untuk Kemerdekaan Ukraina
Vasyl Hamianin, Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, dalam sambutannya di acara Crimea Platform pada Kamis (5/10/2023).(Dokpri.)

CRIMEA Platform, acara yang diadakan Kedutaan Besar Ukraina di Indonesia, ditujukan sebagai wadah penguat dan solidaritas sekaligus upaya untuk melakukan konsolidasi internasional guna pemulihan integritas wilayah di Ukraina. Acara yang turut dihadiri oleh berbagai kedutaan besar, pemerintahan, hingga organisasi kelembagaan ini menjadi sarana informasi yang memperlihatkan keadaaan di Ukraina saat ini, khususnya Krimea. Ini karena dari 2014 sampai sekarang, ketegangan perang Rusia melawan Ukraina masih dirasakan.

"Pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional dan hukum hak asasi manusia internasional terus dirasakan masyarakat di wilayah Krimea dan kota Sevastopol yang saat ini diduduki oleh Federasi Rusia. Mirisnya, kekejaman tersebut merambah juga pada anak-anak yang ada di sana," kata Vasyl Hamianin, Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, dalam sambutannya di acara Crimea Platform pada Kamis (5/10/2023).

Crimea Platform yang diadakan di Umaniara De Brawijaya, Jakarta Selatan, turut diperlihatkan melalui tayangan video terkait keprihatinan terhadap anak-anak yang berada di Krimea. Mereka terkurung dalam situasi yang tidak menyenangkan ini. "Rezim Putin menggunakan anak-anak sebagai kedok untuk menduduki fasilitas militer di wilayah pendudukan Krimea," ujarnya.

Dalam sambutannya, Vasyl juga menceritakan bahwa Rusia telah lama menjadikan anak-anak sebagai alat untuk mendapatkan keuntungan militer. "Sekarang anak-anak di bawah umur telah ditempatkan dalam tahanan perambahan wilayah ilegal yang dilakukan oleh agresor dan hal tersebut masih belum ada reaksi dari komunitas internasional," katanya.

Rezim Putin menggunakan anak-anak sebagai kedok untuk menduduki fasilitas militer di wilayah pendudukan Krimea. "Anak-anak juga diwajibkan mengikuti Patriotism Lesson. Mereka akan diajarkan untuk rela mati demi Rusia," sambungnya.

Tamalia Alisjahbana, budayawan, yang turut menghadiri acara turut menyampaikan kekecewaannya terhadap Rusia. Ia menyampaikan bahwa Rusia selalu bilang takut ekspansi NATO. Namun, Rusia memiliki 10% dari daratan bumi. "Jadi berapa banyak tanah yang dia butuh sampai dia merasa aman?" tanya Tamalia dalam acara ini.

"Rusia itu seperti orang yang haus padahal sumurnya penuh air. Mereka memiliki dahaga yang tak pernah bisa puas atau terpenuhi," lanjutnya.

Tamalia juga menyampaikan bahwa tidak ada orang yang menyelamatkan diri ke Rusia, semua lari ke NATO. "Saya sebagai orang awam melihat kebijakan dalam dan luar negeri yang dilakukan Putin itu kurang bagus. Ia menakuti semua orang, melakukan teror kepada warga sendiri dan tetangga. Justru melalui kebijakan tersebut menurut saya akan menjatuhkan diri dari apa yang Rusia harapkan," ungkapnya.

Ada harapan besar yang disampaikan Tamalia untuk kemerdekaan Ukraina. Sebelum menutup wawancara, di hari yang bertepatan dengan HUT TNI, Tamalia juga mengutarakan ia merasa tersentuh ketika di awal sambutan Kedubes Ukraina menyampaikan ucapan selamat kepada TNI. "Kita semua tahu bahwa angkatan bersenjata membawa perjuangan besar kemerdekaan Indonesia di 1945. Akan tetapi, bagi orang Ukraina angkatan bersenjata itu masih terjadi sampai saat ini dan setiap hari kami mendapatkan nama-nama baru para tentara yang gugur dalam perang ini." pungkasnya. (RO/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya