Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Polisi Usut Pemicu Kerusuhan di Prancis

Cahya Mulyana
30/6/2023 10:42
Polisi Usut Pemicu Kerusuhan di Prancis
Petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan kebakaran di sebuah hotel di Roubaix, Prancis akibat aksi demonstrasi.(AFP/Kenzo TRIBOUILLARD)

JAM malam ditetapkan di pinggiran Calamart, Paris, Prancis, untuk membantu memulihkan ketertiban setelah kerusuhan meletus, awal pekan ini. Pemicunya penembakan oleh polisi yang menewaskan remaja berusia 17 tahun, Nahel.

Pelaku penembakan yang memicu kemarahan secara meluas dan kerusuhan selama dua malam telah ditahan dalam proses penyelidikan. Ribuan orang mengambil bagian dalam pawai peringatan, Kamis (29/6), menuntut keadilan bagi Nahel.

Nahel tewas ditembak, Selasa (27/6), di Nanterre. Jaksa Penuntut Nanterre Pascal Prache mengatakan penyelidikan awal menyimpulkan syarat penggunaan senjata secara legal tidak terpenuhi dalam penembakan itu.

Baca juga: Ibunda Remaja Prancis yang Dibunuh Polisi: Dia Melihat Wajah Arab!

Berdasarkan hukum Prancis, ditempatkan di bawah penyelidikan formal berarti hakim investigasi memiliki alasan kuat untuk mencurigai adanya kesalahan. Tetapi proses tersebut memberikan waktu untuk penyelidikan lebih lanjut sebelum diajukan ke pengadilan.

Penembakan remaja itu terekam dalam video dan memicu ketegangan yang sudah lama membara antara polisi dan pemuda di lingkungan miskin itu. Pembunuhan itu dipandang sebagai contoh kekerasan oleh polisi kepada sipil.

Terdapat kekhawatiran yang berkembang di Prancis atas taktik polisi, terutama terhadap pemuda dari minoritas nonkulit putih. Protes telah menyebar ke seluruh Prancis, dengan 150 orang ditangkap dalam semalam.

Baca juga: Usai Demonstrasi, Polisi Prancis Tahan 150 Orang Tersangka

Otoritas lokal Clamart, di pinggiran Paris, mengatakan akan memberlakukan jam malam mulai pukul 21:00 hingga 06:00 waktu setempat hingga Senin (3/7). 

Setelah rapat darurat, Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin mengatakan jumlah petugas polisi yang dikerahkan akan lebih dari empat kali lipat, dari sembilan ribu menjadi 40 ribu personel.

Di wilayah Paris, jumlah petugas yang dikerahkan akan lebih dari dua kali lipat menjadi lima ribu orang. 

“Para profesional gangguan harus pulang,” kata Darmanin.

Meskipun belum perlu mengumumkan keadaan darurat, tindakan yang diambil untuk memadamkan kerusuhan selama berminggu-minggu pada 2005. 

“Tanggapan negara akan sangat tegas,” ujarnya.

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengadakan pertemuan keamanan darurat tentang kekerasan tersebut. 

“Tindakan ini sama sekali tidak dapat dibenarkan,” kata Macron di awal pertemuan.

Dia meminta pihak keamanan mengamankan pusat kerusuhan dan pencegahan kekerasan untuk beberapa hari mendatang. Meskipun kehadiran polisi ditingkatkan, kekerasan terus terjadi.

Ketika demontrasi menyebar ke kota-kota lain, polisi dan petugas pemadam kebakaran berjuang untuk menahan pengunjuk rasa dan memadamkan banyak kobaran api. Sekolah, kantor polisi, balai kota, dan bangunan umum lainnya rusak dari Toulouse di selatan hingga Lille di utara, dengan sebagian besar kerusakan di pinggiran kota Paris.

“Itu mengejutkan karena ada keluarga dan anak kecil, dan orang-orang di sini ingin damai. Kemudian kami melihat kerusuhan dan kekerasan, beberapa orang menghancurkan bangunan,” kata Natacha Butler dari Al Jazeera.

Banyak yang mengatakan polisi menangani akhir demontrasi itu dengan cara yang salah. Dan itu adalah hal yang terjadi berulang. Darmanin mengatakan sejauh ini 170 petugas terluka dalam kerusuhan itu, tetapi tidak ada korban luka.

Sedikitnya 90 fasilitas umum dirusak. Jumlah warga sipil yang terluka tidak segera dirilis. Kerusuhan telah menghidupkan kembali ingatan tentang kerusuhan pada 2005 yang mengguncang Prancis selama tiga minggu dan memaksa Presiden Prancis saat itu Jacques Chirac mengumumkan keadaan darurat.

Gelombang kekerasan itu meletus di Clichy-sous-Bois pinggiran kota Paris dan menyebar ke seluruh negeri setelah kematian dua pemuda yang tersengat listrik di gardu listrik saat mereka bersembunyi dari polisi. Dua petugas dibebaskan dalam persidangan 10 tahun kemudian. (Aljazeera/Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya