SULTAN Haitham bin Tarik dari Oman, negara Teluk yang telah lama menjadi mediator antara Iran dan Barat, tiba di Teheran pada Minggu (28/5) untuk kunjungan dua hari.
Perjalanannya dilakukan hanya dua hari setelah Teheran membebaskan pekerja bantuan Belgia, Olivier Vandecasteele, dari hampir 15 bulan tahanan. Ini sebagai ganti diplomat Assadollah Assadi yang ditahan di Belgia atas rencana pada 2018 untuk mengebom demonstrasi oposisi Iran di luar Paris.
Oman membantu memfasilitasi pertukaran tersebut. Sultan bertemu dengan Presiden Ebrahim Raisi yang mengatakan bahwa hubungan bilateral dapat meningkat di berbagai bidang, termasuk industri dan, "Urusan pertahanan dan keamanan," kata situs web kepresidenan.
Baca juga: Agresi Israel Targetkan Damaskus Suriah
"Teheran dan Muscat memiliki pandangan yang sama tentang kerja sama regional, memperkuat dan menstabilkan keamanan, perdamaian, dan kemakmuran negara-negara di kawasan itu," kata Raisi seperti dikutip.
Kantor berita resmi Oman men-tweet bahwa nota kesepahaman dan kesepakatan untuk mempromosikan investasi telah ditandatangani. Kunjungan sultan dilakukan setahun setelah Raisi mengunjungi Muscat dan mengikuti kesepakatan pemulihan hubungan yang ditengahi Tiongkok antara Arab Saudi dan Iran yang diumumkan pada Maret.
Baca juga: Makam Mahsa Amini di Iran Dirusak
Menjelang perjalanan sultan, surat kabar Asharq al-Awsat mengutip Menteri Luar Negeri Oman Sayyid Badr Hamad Al Busaidi mengatakan Oman optimistis perjalanan bersejarah itu akan bermanfaat secara regional dan global. Oman memiliki hubungan dekat dengan Iran serta memainkan peran mediasi antara Teheran dan Amerika Serikat dalam membangun kesepakatan nuklir yang dicapai Iran dan kekuatan dunia pada 2015.
Kesultanan tersebut dilaporkan menjadi tuan rumah pembicaraan rahasia AS-Iran menjelang penandatanganan kesepakatan yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama, atau JCPOA, yang memberi Iran keringanan dari sanksi internasional dengan imbalan pembatasan program nuklirnya. JCPOA runtuh pada 2018 setelah Washington secara sepihak menarik diri darinya dan menerapkan kembali sanksi sehingga mendorong Iran untuk menangguhkan implementasi komitmennya sendiri untuk mengekang aktivitas nuklir.
Pembicaraan yang dimulai pada April tahun lalu untuk memulihkan kesepakatan nuklir belum membuahkan hasil. Kunjungan terakhir seorang sultan Oman ke Iran pada 2013 ketika Qaboos bin Said Al Said mengunjungi Teheran saat kepresidenan Hassan Rouhani ketika kesepakatan 2015 itu disegel. (AFP/Z-2)