Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

5.000 Anak di Iran Keracunan

Cahya Mulyana
08/3/2023 10:08
5.000 Anak di Iran Keracunan
Suasana di sebuah sekolah di Tehran, Iran, pada 11 Oktober 2022.(AFP/ATTA KENARE)

KASUS karacunan yang menyerang anak-anak di Iran belum berakhir. Setidaknya dari data terbaru, ada 5.000 anak keracunan yang penyebabnya belum juga diketahui.

Anggota parlemen Iran yang menyelidiki kasus ini, Mohammad-Hassan Asafari, mengatakan sebagian besar korban adalah perempuan.

Kasus keracunan di Iran seperti diketahui sudah terjadi sejak akhir November tahun lalu. Peristiwa tersebut memicu gelombang kemarahan dan tuntutan tindakan dari pihak berwenang serta menyedot perhatian dunia internasional. Amerika Serikat (AS) menyerukan agar penyelidikan dilakukan secara independen.

Baca juga: Satu Korban Keracunan Makanan Di Lembang Meninggal

Terlebih karena kasus pertama dilaporkan segera setelah dimulainya protes kematian Mahsa Amini yang dituduh melanggar aturan hijab di Iran.

Setelahnya, puluhan murid di berbagai sekolah telah terkena serangan racun, dengan gejala murid yang menderita mulai dari sesak napas hingga mual dan vertigo setelah melaporkan bau tidak menyenangkan di lingkungan tempat belajar mereka.

Baca juga: Racun Misterius Serang Pelajar Perempuan di 30 Sekolah di Iran

"Sebanyak 25 provinsi dan sekitar 230 sekolah telah terkena dampaknya, dan lebih dari 5.000 anak perempuan dan laki-laki diracuni," kata Mohammad-Hassan.

Menurut dia berbagai tes sedang dilakukan untuk mengidentifikasi jenis dan penyebab keracunan. Sejauh ini, belum ada informasi spesifik mengenai jenis racun yang digunakan.

Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei memberi perintah agar pelakunya dilacak tanpa ampun dan dia menyebut peracunan sebagai kejahatan yang tak termaafkan.

Presiden Iran Ebrahim Raisi telah menugaskan Kementerian Dalam Negeri untuk memberikan pembaruan terus-menerus tentang penyelidikan tersebut. 
(AFP/Z-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto
Berita Lainnya