KEKHAWATIRAN keterlibatan Belarus dalam konflik di Ukraina semakin meningkat dengan pelaksanaan latihan militer. Minsk menggunakan tank BTR-82A Rusia yang baru dan tank Uni Soviet yang dimodernisasi mengirimkan gema yang menggelegar di sekitar lapangan saat mereka menembak. Tank-tank itu dikendarai oleh divisi elite Belarus.
Presiden Alexander Lukashenko, yang telah berkuasa sejak 1994, mengatakan dia akan siap berperang bersama Rusia jika Belarus diserang Ukraina. Dia juga menuduh Kyiv melakukan provokasi.
Pada akhir tahun lalu, Belarus dan Rusia mengumumkan pembentukan pasukan tanggap terpadu, dengan beberapa ribu prajurit Rusia tiba di negara tersebut. Lukashenko mengatakan dia meminta sekutu Rusianya, Vladimir Putin, untuk divisi tambahan yang akan berada di bawah komandonya.
Baca juga: Zelensky Minta IOC Larang Rusia dan Belarus Ikuti Olimpiade 2024
Kolonel Maxim Zhuravlev mengatakan akademi sedang melatih para prajurit muda.
"Hari ini, kita mempelajari pengalaman dari semua konflik modern di dunia. Dari sini kami mengambil apa yang baru dan menjadikannya bagian dari proses pendidikan," katanya.
Kekhawatiran atas mobilisasi gaya Rusia telah tumbuh di negara otoriter itu, yang sebagian besar terputus dari Barat karena sanksi. Lukashenko mengatakan dia tidak berencana mengirim orang-orangnya melewati perbatasan selatan ke Ukraina.
Tetapi, dia menekankan perlunya anggota militer aktif memiliki kesiapan perang.
"Jika kami melihat ancaman perang, kami akan melakukan mobilisasi," kata Lukashenko.
Ia menambahkan bahwa Belarus belajar dari kesalahan Rusia. Jika Belarus harus memanggil cadangan, itu harus lebih baik daripada di Rusia.
Terlebih luas wilayah dan jumlah penduduk Belarus jauh lebih kecil dari Rusia.
Di ruang kelas akademi militer di pinggiran Minsk, petugas mengawasi wajib militer mensimulasikan pertempuran di komputer. Para pejabat mengatakan itu adalah bagian dari unit teknologi informasi.
Lukashenko, bulan ini, menyerukan penguatan unit tersebut. Minsk dulunya adalah surga teknologi informasi, tetapi banyak para spesialisnya meninggalkan negara itu setelah tindakan keras besar-besaran terhadap oposisi usai pemilihan ulang yang dimenangkan Lukashenko pada 2020. (AFP/OL-1)