Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

Sepak Bola dan Politik di Negeri Samba

Adiyanto
20/10/2022 10:24
Sepak Bola dan Politik di Negeri Samba
Mantan pemain timnas Brasil, rai di acara Ballon d'Or, pekan lalu(FRANCK FIFE/AFP)

Brasil identik dengan sepak bola. Negara Amerika latin itu merupakan pemegang tropi terbanyak kejuaraan dunia, yakni lima kali pada 1958, 1962, 1970, 1994, dan 2002. Brasil juga banyak melahirkan pesepak bola hebat, dari Pele, Socrates, Zico, Dunga, Kaka, hingga Neymar. Berkat kepiawaian itu, mereka menjadi orang-orang kaya setelah bermain di sejumlah klub eropa.

Pertanyaannya, kemana mereka akan ‘menggiring’ afiliasi politik mereka pada pemilu putaran kedua yang akan digelar 30 Oktober nanti?  Menurut laporan AFP, sebagian besar mendukung presiden petahana sayap kanan, Jair Bolsonaro. Siapa saja mereka dan siapa pula yang memihak calon presiden dari sayap kiri Luiz Inacio Lula da Silva? Berikut uraiannya:

Neymar

Neymar yang merupakan pemain Paris Saint-Germain dan superstar tim nasional Brasil, sangat mendukung Bolsonaro.

Dalam postingannya di TikTok, pemain berusia 30 tahun itu, menyanyikan lagu dansa elektronik pro-Bolsonaro tiga hari sebelum pemilihan putaran pertama pada 2 Oktober lalu.

Lula menuduh Neymar mendapat pengampunan utang pajak dari Bolsonaro, sehingga memihak lawan politiknya itu.

Sikap politik beberapa pesepakbola di Brasil saat ini memang terbelah, tetapi mereka umumnya mendukung Bolsonaro. Selain Neymar, mereka yang terang-terangan mendukung Bolsonaro adalah Lucas Moura (Tottenham Hotspur), Felipe Melo (Fluminense).

Tidak hanya yang masih aktif, beberapa mantan pemain juga mendukung calon petahana. Mereka antara lain, Romario, veteran Piala Dunia 1994. Mantan pemain Barcelona itu sekarang menjadi senator yang bersekutu dengan Bolsonaro.

Selain Romario, bintang Piala Dunia 2002 Rivaldo (Barcelona) dan ​​Marcos (Palmeiras) juga mendukung Bolsonaro. Begitu juga dengan veteran tim nasional Robinho (Real Madrid, AC Milan), yang pernah dijatuhi hukuman sembilan tahun penjara karena pemerkosaan oleh pengadilan Italia.

Sejarawan olahraga Joao Malaia mengatakan para pesepakbola itu sangat tertarik pada kebijakan dan retorika ekonomi ultra-liberal Bolsonaro.

Hanya satu pemain saat ini yang secara terbuka dan terang-terangan mendukung Lula, yakni Paulinho (mantan pemain Bayer Leverkusen dan pernah tampil di Olimpiade Tokyo 2020). Sementara mantan pemain lainnya yang bersimpati pada calon dari sayap kiri itu antara lain, Rai (Botafogo, Sao Paulo, Paris Saint-Germain). Pada malam anugrah Ballon d’Or minggu lalu, pemain timnas Brasil di Piala Dunia 1994 itu mengangkat kepalan tangan dan setelah itu jarinya membentuk tanda "L" sebagai simbol untuk Lula.

Mayoritas diam

Malaia mengatakan pesepakbola Brasil terkadang  enggan terlibat aktivisme politik. "Ada pepatah di Brasil, sepak bola dan politik tidak bisa bercampur," katanya.

Salah satu contoh yang dialami mantan penyerang Tim Samba Reinaldo (Atletico Mineiro). Pada Piala Dunia 1978, dia dibangku cadangkan setelah merayakan gol dengan memberi salut hormat ala Black Movement, gerakan yang membela hak-hak kulit hitam di Brasil.

Pakar pemasaran olahraga Rafael Zanette mengatakan politik juga dapat berdampak negatif terhadap peluang pemain untuk mendapat kontrak dari klub dan sponsor."Seorang pemain yang mengambil sikap politik memicu tanda bahaya," katanya.

Pengecualian yang cukup menonjol adalah gerakan pro-demokrasi pada 1980-an, terutama yang dilakukan para pemain Corinthians, selama kediktatoran militer Brasil (1964-1985). Mereka terang-terangan berani menentang. Pemimpinnya termasuk Casagrande dan mendiang saudara laki-laki Rai, Socrates yang juga anggota timnas Brasil.(M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya