Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Rusia Tahan 750 Warga yang Tolak Mobilisasi

Cahya Mulyana
25/9/2022 06:25
Rusia Tahan 750 Warga yang Tolak Mobilisasi
Rusia menahan seorang demonstran yang ambil bagian dalam aksi menolak mobilisasi di Moskow.(AFP)

POLISI Rusia telah membubarkan aksi protes mobilisasi militer, menangkap ratusan, termasuk beberapa anak-anak. Sebanyak 750 orang, termasuk lebih dari 370 orang di ibu kota Moskow dan sekitar 150 lainnya di St Petersburg telah ditahan.

Beberapa orang yang ditangkap adalah anak di bawah umur. Protes ini meletus, sejak Rabu (21/9), beberapa jam setelah Presiden Rusia Vlaidmir Putin mengumumkan panggilan dari 300.000 tentara cadangan dalam sebuah langkah untuk memperkuat pasukan yang berperang di Ukraina.

Langkah itu dilakukan setelah militer Rusia mengalami kemunduran medan perang di Ukraina. 

Baca juga: Diplomat UE Josep Borrell Kecam Referendum Rusia di Ukraina

Polisi dikerahkan di kota-kota tempat protes dijadwalkan oleh kelompok oposisi Vesna dan pendukung pemimpin oposisi yang dipenjara Alexei Navalny. Polisi dengan cepat menangkap para demonstran sebelum mereka dapat mengadakan protes.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pun meminta pasukan Moskow untuk menyerah. Dia berjanji akan memperlakukan tentara Kremlin dengan cara yang beradab.

"Tidak ada yang akan tahu keadaan penyerahan Anda," katanya.

Komentar itu muncul hanya beberapa jam setelah Rusia mengesahkan undang-undang yang membuat penyerahan sukarela dan desersi sebagai kejahatan yang dapat dihukum 10 tahun penjara. 

Undang-undang terpisah juga ditandatangani pada Sabtu (24/9), yang memfasilitasi kewarganegaraan Rusia untuk orang asing yang mendaftar di tentara Rusia setidaknya selama satu tahun dari persyaratan normal untuk tinggal lima tahun.

Warga Rusia tanpa pengalaman militer atau usia wajib militer yang telah menerima surat panggilan masuk dalam target 300 ribu tentara cadangan. Kritik pun semakin menyebar kepada Putin.

Kepala komisi hak asasi manusia Rusia, Valery Fadeyev, meminta Menteri Pertahanan, Sergei Shoigu untuk menghentikan cara brutal ini. 

Sementara wakil menteri yang bertanggung jawab atas logistik, Jenderal bintang empat Dmitry Bulgakov, telah diganti untuk dipindahkan ke posisi lain.

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov menyampaikan pidato berapi-api di pidato Majelis Umum PBB yang menuduh negara-negara Barat berusaha menghancurkan negaranya. 

“Russophobia resmi di Barat belum pernah terjadi sebelumnya, sekarang cakupannya sangat aneh,” kata Lavrov.

"Mereka tidak menghindar dari menyatakan niat untuk menimbulkan tidak hanya kekalahan militer di negara kita tetapi juga untuk menghancurkan dan mematahkan Rusia.”.

Sementara itu, Rusia menggelar referendum di empat wilayah pendudukan Ukraina dan tampaknya akan secara resmi mencaplok sebagian wilayah itu minggu depan. 

Kiev dan Barat telah mencela pemungutan suara sebagai palsu dan mengatakan hasil yang mendukung aneksasi telah ditentukan sebelumnya.

Putin, minggu ini, memperingatkan bahwa Moskow akan menggunakan segala cara untuk melindungi wilayahnya, mencakup penggunaan senjata nuklir strategis. 

Aneksasi tersebut menimbulkan kekhawatiran bahwa Rusia kemudian dapat melihat setiap gerakan militer di wilayah yang diduduki sebagai serangan terhadap wilayahnya sendiri. (Aljazeera/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya