TEHERAN pada Minggu (17/7) menuduh Washington memprovokasi ketegangan di Timur Tengah. Ini disampaikan sehari setelah Presiden AS Joe Biden mengakhiri tur ke saingan Iran, Arab Saudi, dan musuh bebuyutannya, Israel.
Washington, "Sekali lagi menggunakan kebijakan fobia Iran yang gagal, mencoba menciptakan ketegangan dan krisis di kawasan itu," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanani dalam pernyataan. Komentar itu muncul setelah Biden pada Sabtu bersumpah bahwa Amerika Serikat tidak akan menoleransi upaya negara mana pun untuk mendominasi negara lain di kawasan itu melalui peningkatan militer, serangan, dan/atau ancaman. Ini merupakan arah yang jelas ke Iran.
Kunjungan pertama Biden ke Timur Tengah terjadi hanya beberapa hari sebelum Presiden Rusia Vladimir Putin akan mengunjungi Teheran pada 19 Juli. Biden, dalam pidatonya di kota Jeddah Arab Saudi pada pertemuan puncak yang mempertemukan enam anggota Dewan Kerja Sama Teluk serta Mesir, Yordania, dan Irak, meyakinkan para pemimpin Arab bahwa Washington akan tetap sepenuhnya terlibat di Timur Tengah.
Baca juga: Tiba di Gedung Putih, Biden Bantah Pernyataan Menlu Saudi
"Kami tidak akan pergi dan meninggalkan kekosongan untuk diisi oleh Tiongkok, Rusia, atau Iran," kata Biden. Setelah pertemuan itu, pernyataan bersama berkomitmen para pemimpin untuk melestarikan keamanan dan stabilitas regional.
Ini juga menggarisbawahi upaya diplomatik untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir. Utamanya, mereka menyerukan peningkatan kemampuan pencegahan bersama melawan ancaman yang meningkat yang ditimbulkan oleh kendaraan udara tak berawak. Kemungkinan ini referensi ke Teheran yang pada Jumat meluncurkan kapal laut dan kapal selam yang mampu membawa drone bersenjata.
Teheran, yang menyangkal berusaha membangun bom nuklir, pada Minggu menepis komentar yang dibuat di Jeddah itu. "Tuduhan palsu ini sejalan dengan kebijakan hasutan Washington di kawasan itu," kata Kanani. (AFP/OL-14)