Headline
Sebaiknya negara mengurus harga barang dulu.
KEMENTERIAN Luar Negeri Rusia membantah tudingan Amerika Serikat (AS), Eropa dan, Ukraina bahwa negara tersebut melakukan pembunuhan masal di Bucha, dekat Kyiv. Moskow menilai skenario ini sengaja dibuat untuk memutarbalikkan fakta.
"Siapa yang menguasai provokasi? Tentu saja AS dan NATO," kata juru bicara kementerian Maria Zakharova dalam sebuah wawancara di televisi pemerintah pada Minggu malam (3/4). Zakharova mengatakan bahwa kemarahan langsung usai melihat kuburan massal sudah direncanakan untuk menodai reputasi Rusia.
"Dalam kasus ini, menurut saya fakta bahwa pernyataan ini (tentang Rusia) dibuat pada menit-menit pertama setelah materi-materi ini muncul, tidak diragukan lagi siapa yang 'memerintahkan' cerita ini," katanya.
Pihak berwenang Ukraina mengatakan pada Minggu bahwa mereka sedang menyelidiki kemungkinan kejahatan perang oleh Rusia setelah menemukan ratusan mayat. Beberapa diikat dan ditembak dari jarak dekat. Mayat berserakan di sekitar kota-kota di luar Kyiv setelah pasukan Rusia menarik diri dari daerah itu.
Pihak berwenang Rusia mengatakan bahwa foto-foto dan rekaman yang disiarkan dari Bucha merupakan provokasi yang dirancang untuk mengganggu pembicaraan damai antara Moskow dan Kyiv. Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa gambar-gambar itu merupakan pertunjukan lain yang dipentaskan oleh rezim Kyiv.
Rekaman dan foto-foto warga sipil yang tewas berserakan di seluruh kota telah mendorong negara-negara Barat untuk menyerukan agar mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan perang di Ukraina dihukum. Rusia, sebaliknya, meminta agar Dewan Keamanan PBB bersidang pada Senin untuk membahas yang disebutnya provokasi oleh radikal Ukraina di Bucha.
Baca juga: Iran hanya akan ke Wina untuk Tuntaskan Kesepakatan Nuklir
Rusia mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina pada 24 Februari dalam yang disebutnya operasi khusus untuk menurunkan kemampuan militer tetangga selatannya dan membasmi orang-orang yang disebutnya nasionalis berbahaya. Pasukan Ukraina telah melakukan perlawanan keras. Barat telah memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Rusia dalam upaya untuk memaksanya menarik pasukannya. (Channelnewsasia/OL-14)
Pengumuman reposisi kapal selam nuklir AS muncul di tengah meningkatnya serangan Rusia terhadap Ukraina, bahkan ketika Trump mengancam akan memberikan sanksi yang lebih keras.
Jerman telah menjadi pemasok bantuan persenjataan terbesar kedua bagi Ukraina setelah Amerika Serikat.
Juru bicara utama Kremlin menegaskan ada atau tidaknya ancaman Trump, perang Rusia melawan Ukraina akan terus berlanjut.
Uni Eropa menyampaikan bahwa dana dalam program Fasilitas Ukraina akan dikurangi dari €4,5 miliar.
SEJUMLAH negara anggota Uni Eropa tengah mengajukan permohonan pinjaman puluhan miliar euro ke Uni guna membeli senjata bagi Ukraina.
Serangan udara Rusia di Ukraina menewaskan sedikitnya 25 orang. Presiden AS Donald Trump beri Rusia tenggat hingga 8 Agustus setujui gencatan senjata.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved