Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Sri Lanka Kerahkan Militer untuk Atasi Gelombang Protes

 Nur Aivanni
02/4/2022 14:11
Sri Lanka Kerahkan Militer untuk Atasi Gelombang Protes
Seorang warga melintas dekat pasukan militer yang bersiaga mencegah gelombang protes di Kolombo, Sri Lanka, Sabtu (2/4).(Ishara S. KODIKARA / AFP)

PASUKAN militer dikerahkan di Sri Lanka pada Sabtu (2/4), beberapa jam setelah presiden mengumumkan keadaan darurat ketika protes terhadapnya meningkat.

Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa, menyerukan keadaan darurat pada Jumat (1/4) malam, sehari setelah ratusan orang mencoba menyerbu rumahnya dengan marah karena kekurangan makanan, bahan bakar, dan obat-obatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Dikatakan Rajapaksa dalam sebuah pernyataan, keadaan darurat itu untuk melindungi ketertiban umum dan pemeliharaan pasokan serta layanan penting bagi kehidupan masyarakat.

Tentara yang dipersenjatai dengan senapan serbu otomatis sudah dikerahkan untuk mengendalikan massa di SPBU dan di tempat lain ketika keadaan darurat diserukan.

Baca juga: Bus Pengangkut Pengungsi Mariupol Tiba di Zaporizhzhia

"Sebelum keadaan darurat, militer tidak dapat bertindak sendiri dan harus memainkan peran yang mendukung polisi, tetapi sejak Jumat mereka berdiri sendiri," kata seorang pejabat polisi.

Undang-undang darurat itu muncul menjelang aksi protes anti-pemerintah yang direncanakan besok pada Minggu (3/4), ketika para aktivis di media sosial telah mendesak orang-orang untuk berdemonstrasi di luar rumah mereka.

Negara di Asia Selatan berpenduduk 22 juta itu menghadapi kekurangan bahan pokok yang parah, kenaikan harga yang tajam dan pemadaman listrik yang melumpuhkan dalam penurunan paling menyakitkan sejak kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1948.

Pandemi virus korona melumpuhkan pariwisata dan pengiriman uang, keduanya penting bagi perekonomian, dan pihak berwenang memberlakukan larangan impor yang luas dalam upaya untuk menghemat mata uang asing.

Banyak ekonom juga mengatakan krisis itu telah diperburuk oleh salah kelola pemerintah, akumulasi pinjaman bertahun-tahun, dan potongan pajak yang keliru.

Kerusuhan pada Kamis malam di luar rumah pribadi presiden membuat ratusan orang menuntut dia mundur.

Orang-orang meneriakkan "gila, gila, pulang", sebelum polisi menembakkan gas air mata dan menggunakan meriam air.

Kerumunan berubah menjadi kekerasan, membakar dua bus militer, sebuah jip polisi dan kendaraan lainnya, dan melemparkan batu bata ke arah petugas.

Polisi, kata pejabat pengadilan, menangkap 53 pengunjuk rasa dan 21 dari mereka dibebaskan dengan jaminan pada Jumat (1/4) malam. Lainnya masih ditahan tetapi belum didakwa. (AFP/Nur/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya